Intuisi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 33:
==== Agama Hindu ====
Dalam agama Hindu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menafsirkan [[Weda]] dan teks-teks esoteris lainnya. Menurut [[Sri Aurobindo]], intuisi berada di bawah alam pengetahuan dengan identitas; ia menggambarkan alam psikologis pada manusia (sering disebut dalam [[Bahasa Sanskerta|bahasa Sansekerta]]) dimana memiliki dua sifat yang mudah berubah. Sifat pertama adalah penanaman pengalaman psikologis yang dibangun melalui informasi sensorik (pikiran berupaya dalam menyadari dunia luar). Sifat kedua adalah tindakan yang dilakukan seseorang ketika ia berusaha untuk menyadari dirinya sendiri sehingga membuat manusia sadar akan keberadaan dan emosi yang ia miliki. Dia menyebut sifat kedua ini sebagai pengetahuan dengan [[identitas]].<ref>{{Cite book|last=Ghose|first=Aurobindo|date=1990|url=https://www.
Lebih lanjut, Aurobindo menemukan bahwa saat ini, biasanya, [[pikiran]] dipengaruhi oleh fungsi [[Fisiologi|fisiologis]] tertentu dan akan terbentuk reaksi normal untuk dapat berinteraksi dengan dunia luar. Akibatnya, ketika kita mencari tahu tentang dunia luar, biasanya dapat mengetahui kebenaran tentang berbagai hal melalui pengamatan menggunakan alat indera. Namun, pengetahuan dengan identitas, yang saat ini terfokus pada keberadaan manusia, dapat diperluas lebih jauh ke luar diri kita sehingga menghasilkan pengetahuan intuitif.<ref>{{Cite book|last=Ghose|first=Aurobindo|date=1990|url=https://www.
Aurobindo menemukan pengetahuan intuitif ini sifatnya lazim bagi manusia yang lebih tua (Weda). Kemudian pengetahuan intuitif ini diambil alih oleh akal yang mengatur [[persepsi]], pikiran, dan tindakan kita. Adapun hal tersebut dihasilkan dari Weda ke filsafat [[Metafisika|metafisik]] hingga mengarah pada [[penelitian ilmiah]]. Dia menemukan bahwa proses ini, sebenarnya adalah lingkaran kemajuan, karena kemampuan yang lebih rendah didorong untuk mendapatkan cara bekerja yang lebih tinggi.<ref>{{Cite book|last=Ghose|first=Aurobindo|date=1990|url=https://www.
==== Agama Buddha ====
Baris 52:
==== Awal Filsafat Modern ====
Dalam bukunya yang berjudul ''Meditation on First Philosophy'', Decrates menganggap intuisi (berasal dari kata kerja bahasa Latin, ''intueor,'' yakni untuk melihat) sebagai pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, di mana pengetahuan tersebut diperoleh melalui [[penalaran]] rasional atau menemukan kebenaran melalui kontemplasi. Definisi ini menyatakan bahwa "apapun yang saya rasa dengan jelas suatu kebenaran adalah benar"<ref>{{Cite
Kemudian filsuf lainnya, seperti [[David Hume|Hume]], memiliki interpretasi intuisi yang lebih [[Ambiguitas|ambigu]]. Hume mengklaim intuisi adalah pengenalan hubungan (hubungan waktu, tempat, dan sebab-akibat) sementara ia menyatakan bahwa "kemiripan" (pengenalan hubungan) "akan mencolok mata" (yang tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut) tetapi menyatakan, "atau lebih tepatnya dalam pikiran"—menghubungkan intuisi dengan kekuatan pikiran, bertentangan dengan teori empirisme.<ref>{{Cite book|last=Hume|first=David|date=2009|url=https://www.worldcat.org/oclc/589506983|title=A treatise of human nature : being an attempt to introduce the experimental method of reasoning into moral subjects|location=[Waiheke Island]|publisher=Floating Press|isbn=978-1-77541-067-6|pages=105|oclc=589506983|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Johnson|first=Oliver A.|date=1995|url=https://www.worldcat.org/oclc/31243449|title=The mind of David Hume : a companion to book I of A treatise of human nature|location=Urbana and Chicago|publisher=University of Illinois Press|isbn=0-252-02156-8|pages=123|oclc=31243449|url-status=live}}</ref>
Baris 60:
==== Filsafat Kontemporer ====
Intuisi biasanya digunakan secara terpisah dari teori lainnya tentang bagaimana intuisi memberikan bukti untuk bisa dinyatakan. Terdapat anggapan yang berbeda mengenai jenis intuisi keadaan mental, mulai dari penilaian spontan hingga penyajian khusus dari kebenaran yang diperlukan. Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah filsuf, seperti George Bealer, telah mencoba untuk mempertahankan daya tarik intuisi melawan keraguan Quine tentang analisis konseptual.<ref>{{Cite book|last=Bealer|first=George|date=1998|url=https://
Asumsi metafilosofis yang mengungkap bahwa filsafat harus bergantung pada intuisi, baru-baru ini ditentang oleh para filsuf eksperimental (misalnya, Stephen Stich).<ref>{{Cite journal|last=Mallon|first=Ron|last2=Machery|first2=Edouard|last3=Nichols|first3=Shaun|last4=Stich|first4=Stephen|date=2009-09|title=Against Arguments from Reference|url=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1933-1592.2009.00281.x|journal=Philosophy and Phenomenological Research|language=en|volume=79|issue=2|pages=332–356|doi=10.1111/j.1933-1592.2009.00281.x}}</ref> Salah satu masalah utama yang dikemukakan oleh para filsuf eksperimental adalah bahwa intuisi berbeda, misalnya, dari satu budaya ke budaya lain, sehingga tampaknya cukup bermasalah untuk mengutipnya sebagai bukti klaim filosofis.<ref>{{Cite book|last=Stich|first=Stephen P.|date=2012|url=https://www.worldcat.org/oclc/796937480|title=Collected papers. Volume 2, Knowledge, rationality, and morality, 1978-2010|location=New York|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-987585-6|pages=159-190|oclc=796937480|url-status=live}}</ref> Timothy Williamson telah menanggapi keberatan semacam itu terhadap metodologi filosofis dengan menyatakan bahwa intuisi tidak memainkan peran khusus dalam praktik filsafat, dan menganggap bahwa skeptisisme tentang intuisi tidak dapat dipisahkan secara bermakna dari skeptisisme umum tentang penilaian. Pada pandangan ini, tidak ada perbedaan kualitatif antara metode filsafat dan akal sehat, sains atau matematika.<ref>{{Cite book|last=Williamson|first=Timothy|date=2008
== Referensi ==
|