Soetedja Poerwodibroto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Referensi: kategorisasi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
 
== Karier ==
Saat ia bersekolah di [[Algemeene Middelbare School|AMS Bandung]], Soetedja berguru piano kepada seorang Belanda.<ref name=":0" /> Ia bertekad untuk menjadi seorang musikus daripada menjadi seorang dokter atau ahli hukum sesuai keinginan ayah angkatnya. Begitu ayah angkatnya mengancam mengusirnya, Soetedja memilih meninggalkan Banyumas dan menemui [[Syarif Hamid II dari Pontianak|Sultan Pontianak Hamid II]] lalu melatih anak-anaknya bermusik. Akibat kepergiannya itu, Soemandar jatuh sakit, lalu membujuknya pulang, dengan jaminan ia dapat melanjutkan studi musik ke Eropa.<ref name="kompas.id">{{Cite web|date=2018-11-15|title=Mengenal Soetedja, Pencipta Lagu ”Di Tepinya Sungai Serayu”|url=https://www.kompas.id/baca/utama/2018/11/15/mengenal-soetedja-pencipta-lagu-di-tepinya-sungaiserayu|website=kompas.id|access-date=2021-11-22}}</ref><ref name="kompas.id" />
 
Saat ia pulang ke Jawa, Soemandar mengajak Soetedja naik perahu mengarungi [[Kali Serayu]]. Dari situlah ia menciptakan lagu "[[Di Tepinya Sungai Serayu]]". Selain itu, ayah angkatnya menunjukkan hamparan tebu yang menjadi modal untuk melanjutkan pendidikan musik di Konservatori Musik, Italia.<ref name="kompas.id"/>
Baris 58:
 
== Kematian dan warisan ==
Soetedja meninggal dunia pada tanggal 12 April 1960. Jasadnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Ia meninggalkan ratusan partitur musik yang kini disimpan di RRI Jakarta. Namun sayangnya, karya-karyanya tak terselamatkan karena terjadi kebakaran di studio RRI pada tahun 1950.<ref name=":0" />
 
Pada tahun 1970, Gedung Kesenian Soetedja didirikan untuk mengenang jasa-jasanya. Namun kemunduran gedung terjadi pascareformasi 1998, dan pada 2004, gedung ini hanya digunakan sebagai gudang logistik Pemilu 2004. Gedung ini akhirnya dibongkar pada Mei 2015.<ref name=":0" />