Marco Polo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan |
Tag: halaman dengan galat kutipan |
||
Baris 149:
Sanggahan dari pihak-pihak yang meyakini keakuratan keterangan Marco Polo bertitik tolak dari pokok-pokok permasalahan yang dikemukakan pihak-pihak yang bersikap skeptis, misalnya ketiadaan keterangan tentang adat membebat kaki dan Tembok Besar Tiongkok. Sejarawan [[Stephen G. Haw]] mengemukakan bahwa Tembok Besar dibangun untuk membendung invasi suku-suku bangsa dari utara, sementara kulawangsa yang memerintah Tiongkok semasa Marco Polo mengunjungi negeri itu justru adalah suku bangsa dari utara yang menginvasi Tiongkok. Mereka berpendapat bahwa Tembok Besar yang dikenal orang dewasa ini adalah bangunan [[dinasti Ming|kulawangsa Ming]] yang baru dikerjakan kira-kira dua abad selepas kunjungan Marco Polo, dan bahwasanya para penguasa [[dinasti Yuan|Mongol]] yang mempekerjakan Marco Polo menguasai kawasan di sebelah utara maupun di sebelah selatan Tembok Besar yang ada saat ini, oleh karena itu tidak ada alasan untuk merawat benteng-benteng peninggalan kulawangsa-kulawangsa sebelumnya yang mungkin masih ada saat itu.<ref name=polo>{{citation |first=Stephen G. |last=Haw |publisher=Psychology Press |year=2006|isbn=978-0-415-34850-8 |title=Marco Polo's China: a Venetian in the realm of Khubilai Khan |series=Routledge studies in the early history of Asia, Jilid 3|url= https://books.google.com/books?id=DSfvfr8VQSEC&pg=PA54 |pages=52–57}}</ref> Musafir-musafir Eropa lainnya yang pernah berkunjung ke [[Khanbaliq]] pada zaman kulawangsa Yuan, semisal [[Giovanni de' Marignolli]] dan [[Odorico da Pordenone]], juga tidak menyebut-menyebut keberadaan Tembok Besar Tiongkok. Musafir Muslim [[Ibnu Batutah]], yang menanyakan ihwal Tembok Besar saat berkunjung ke Tiongkok pada zaman kulawangsa Yuan, tindak berhasil menemukan narasumber yang pernah melihat tembok tersebut maupun yang kenal dengan orang yang pernah melihatnya. Ini berarti bahwa kendati reruntuhan tembok pertahanan yang dibangun kulawangsa-kulawangsa sebelumnya masih ada, reruntuhan tersebut tidak dianggap penting atau layak diperhatikan pada masa itu.<ref name=polo/>
Stephen G. Haw mengemukakan pula bahwa membebat kaki bukanlah suatu kelaziman, bahkan bukan suatu kelaziman di dalam masyarakat Tionghoa pada masa hidup Marco Polo, dan nyaris tidak dikenal di dalam masyarakat Mongol. Sekalipun [[Odorico da Pordenone]], misionaris Italia yang berkunjung ke Tiongkok pada zaman kulawangsa Yuan, mencatat ihwal membebat kaki (kendati tidak jelas apakah ia sekadar mengulangi keterangan orang lain, lantaran penjabarannya tidak akurat),<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=iL2AAgAAQBAJ&pg=PA196 |title=Women and the Family in Chinese History |first=Patricia|last= Ebrey |page=196|publisher=Routledge |isbn= 978-1-134-44293-5 |year=2003 }}</ref> musafir-musafir asing lain yang berkunjung ke Tiongkok pada zaman kulawangsa Yuan tidak menyebut-nyebut adat tersebut. Kenyataan ini mungkin saja mengisyaratkan bahwa adat membebat kaki belum menyebar luas atau belum diamalkan dalam bentuk ekstemnya pada masa itu.<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=DSfvfr8VQSEC&pg=PA55 |title=Marco Polo's China: A Venetian in the Realm of Khubilai Khan |first= Stephen G. |last=Haw |pages=55–56 |publisher=Routledge| isbn=978-1-134-27542-7|year=2006 }}</ref> Marco Polo sendiri menguraikan (di dalam naskah Toledo) gaya berjalan lemah gemulai perempuan Tiongkok yang pendek-pendek melangkahkan kaki.<ref name=polo /> Sarjana-sarjana lain juga sudah membuktikan bahwa banyak hal yang tidak diceritakan Marco Polo, misalnya teh dan sumpit, juga tidak disebut-sebut para musafir lain.<ref name="Igor">{{cite web |url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/bitstream/1885/41883/1/Marcopolo.html |title= F. Wood's Did Marco Polo Go To China? A Critical Appraisal by I. de Rachewiltz |author= Igor de Rachewiltz }}</ref> Stephen G. Haw memaparkan pula bahwa meskipun ada hal-hal tertentu yang tidak diceritakan, uraian-uraian Marco Polo lebih luas cakupannya, lebih akurat, dan lebih terperinci daripada uraian-uraian para musafir asing lain yang berkunjung ke Tiongkok kala itu.<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=DSfvfr8VQSEC&pg=PA63 |title=Marco Polo's China: A Venetian in the Realm of Khubilai Khan |first= Stephen G. |last=Haw |pages=65–66 |publisher=Routledge| isbn=978-1-134-27542-7|date=November 22, 2006 }}</ref> Marco Polo bahkan menjabarkan [[Daftar reka cipta Tiongkok|berbagai hasil reka cipta]] bangsa Tionghoa di bidang pelayaran, misalnya [[sekat kedap air|sekat-sekat]] [[kompartemen (kapal)|ruang kedap air]] pada [[kapal jung|kapal-kapal bangsa Tionghoa]], yakni ilmu yang ingin sekali ia bagikan
In addition to Haw, a number of other scholars have argued in favour of the established view that Polo was in China in response to Wood's book.<ref>[https://digitalcollections.anu.edu.au/bitstream/1885/41883/1/Marcopolo.html A counter-argument from Dr Igor de Rachewiltz at The Australian National University]</ref> Wood's book has been criticized by figures including [[Igor de Rachewiltz]] (translator and annotator of ''[[The Secret History of the Mongols]]'') and Morris Rossabi (author of ''Kublai Khan: his life and times'').<ref>{{Cite web|url=http://afe.easia.columbia.edu/mongols/pop/polo/mp_essay.htm|title=Mongols in World History | Asia for Educators|website=afe.easia.columbia.edu}}</ref> The historian [[David Morgan (historian)|David Morgan]] points out basic errors made in Wood's book such as confusing the [[Liao dynasty]] with the [[Jin dynasty (1115–1234)|Jin dynasty]], and he found no compelling evidence in the book that would convince him that Marco Polo did not go to China.<ref name="Morgan, D page 224">{{cite journal |jstor=25183182|author= Morgan, D. O. |title=Marco Polo in China-Or Not" 221–225 |journal=The Journal of the Royal Asiatic Society|volume = 6|issue= 2 |date=July 1996 |page= 224|doi= 10.1017/S1356186300007203 }}</ref> Haw also argues in his book ''Marco Polo's China'' that Marco's account is much more correct and accurate than has often been supposed and that it is extremely unlikely that he could have obtained all the information in his book from second-hand sources.<ref>{{Cite web|url=https://www.routledge.com/Marco-Polos-China-A-Venetian-in-the-Realm-of-Khubilai-Khan/Haw/p/book/9780415546003|title=Marco Polo's China: A Venetian in the Realm of Khubilai Khan|website=CRC Press}}</ref> Haw also criticizes Wood's approach to finding mention of Marco Polo in Chinese texts by contending that contemporaneous Europeans had little regard for using [[Surname#history|surnames]] and that a direct Chinese [[transliteration]] of the name "Marco" ignores the possibility of him taking on a [[Chinese name|Chinese]] or even [[Mongolian name|Mongol name]] with no bearing or similarity with his [[Christian name|Latin name]].<ref>Stephen G. Haw (2006), ''Marco Polo's China: a Venetian in the Realm of Kublai Khan'', London and New York: Routledge, p. 173, {{ISBN|0-415-34850-1}}.</ref>
|