Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan M Rasuma Febri (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh InternetArchiveBot
Tag: Pengembalian
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox religious biography|honorific-prefix=Muhammad Saleh <br> Sultan Zainal Abidin <br> Syekh Al Wasil Syamsudin|institute=|honorific-suffix=|native_name=|native_name_lang=|image=Tuanku Tambusai.jpg|alt=|caption=|religion=[[Islam]]|church=<!-- or: |churches = -->|ordained=|school=|lineage=|sect=|subsect=|temple=|order=|death_date=20 Agustus 1952 (umur 98)|name=Tuanku Tambusai|founder=|philosophy=|known_for=|education=|other_names=-''De Padrische Tijger van Rokan'' atau Harimau Paderi dari Rokan|dharma_names=<!-- or: | dharma_name = -->|monastic_name=|pen_name=|posthumous_name=|nationality={{IDN}}|flourished=|home_town=|birth_name=|birth_date={{Birth date|1784|11|5}}|birth_place=[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|denomination=|death_place=[[Kota|Kecamatan Kota]], [[Kota Kediri]]|location=|teacher=<!-- or | guru = -->|resting_place_coordinates=<!-- {{coord|latitude|longitude|type:landmark|display=inline,title}} -->|spouse=|partner=|children=|parents=|mother=|father=|reincarnation_of=|title=|period=|consecration=|predecessor=|successor=|reason=|rank=|death_cause=|resting_place=|students=<!-- or | disciples = -->|works=<!-- or | literary_works = -->|ordination=|initiation=|initiation_date=|initiation_place=|initiator=|profession=|previous_post=|present_post=|post=|website=<!-- {{URL|example.com}} -->|signature=|background=<!-- optional header background color -->|module=|ethnicity=[[Suku Minang|Minang]] dan [[Melayu Indonesia|Melayu Riau]]}}'''Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}) adalah salah seorang tokoh [[Paderi]] terkemuka.
{{Infobox person
|name = Tuanku Tambusai
|image = Tuanku Tambusai.jpg
|alt =
|caption =
|birth_name = Muhammad Saleh
|birth_date = {{Birth date|1784|11|5}}
|birth_place = [[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]
|death_date = {{Death date and age|1882|11|12|1784|11|5}}
|death_place = [[Negeri Sembilan]], [[Malaya Britania]]
|nationality =
|other_names = -''De Padrische Tijger van Rokan'' atau Harimau Paderi dari Rokan
|known_for =
|occupation =
}}
'''Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}) adalah salah seorang tokoh [[Paderi]] terkemuka.
 
== Latar belakang ==
Baris 20 ⟶ 5:
 
Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan [[perantau Minang]], Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh. Sesuai dengan tradisi melayu yang matrilineal, suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.<ref>Mahidin Said, Rokan: Tuanku Tambusai Berjuang, Sri Dharma N.V</ref>
 
Beliau adalah [[Kerajaan Rokan IV Koto|Sultan Rokan IV Koto]] ke-14, sekaligus sultan terakhir dengan nama gelar Sultan Zainal Abidin.
 
Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.<ref>{{cite book |last=Soedarmanta|first=J. B.|title=Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia}}</ref>
Baris 29 ⟶ 16:
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Dalu-Dalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah [[haji]] dan juga diminta oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] untuk mempelajari perkembangan [[Islam]] di Tanah [[Arab]].<ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>
 
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[SerembanKota Kediri|Kediri]], [[Negeripada Sembilan]]tanggal 12 November 1882, beliau oleh masyarakat [[MalaysiaKota Kediri|Kediri]] padadikenal tanggaldengan 12nama NovemberSyekh 1882Al Wasil Syamsudin (Mbah Wasil).
 
Karena jasa-jasanya menentang penjajahan [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>{{Cite web |url=http://www.riaumandiri.us/berita/380 |title=Riau Mandiri Online |access-date=2010-04-16 |archive-date=2012-01-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120106091919/http://www.riaumandiri.us/berita/380 |dead-url=yes }}</ref>