Bias konfirmasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Imamsyahid (bicara | kontrib) |
Imamsyahid (bicara | kontrib) Tag: kemungkinan perlu dirapikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor |
||
Baris 57:
Penjelasan kognitif dari bias konfirmasi adalah manusia memiliki kemampuan yang terbatas dalam memproses informasi yang kompleks sehingga manusia menggunakan jalan pintasnya, yaitu [[heuristik]].<ref name=":6">{{Cite web|last=Cherry|first=Kendra|date=11 April 2021|title=How Heuristics Help You Make Quick Decisions|url=https://www.verywellmind.com/what-is-a-heuristic-2795235|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2021-12-18}}</ref> Contohnya, seseorang mungkin akan menilai reliabilitas dari sebuah bukti menggunakan ''heuristik yang tersedia,'' yaitu seberapa mudah bukti tersebut diproses oleh otak.<ref name=":7">{{Cite web|last=behavioralecon|title=Availability heuristic|url=https://www.behavioraleconomics.com/resources/mini-encyclopedia-of-be/availability-heuristic/|website=BehavioralEconomics.com {{!}} The BE Hub|language=en-US|access-date=2021-12-18}}</ref> Misalnya, seorang investor akan menilai sebuah investasi berdasarkan informasi mutakhir yang terdapat dari berita dan mengabaikan bukti yang ada.<ref>{{Cite journal|last=Tversky|first=Amos|last2=Kahneman|first2=Daniel|date=1974|title=Judgment under Uncertainty: Heuristics and Biases|url=https://www2.psych.ubc.ca/~schaller/Psyc590Readings/TverskyKahneman1974.pdf|journal=Science|volume=185|issue=4157|pages=1126|issn=0036-8075}}</ref> Selain itu, iklan obat jarang memuat informasi mengenai pesan layanan kesehatan seperti diet, beroleahraga, sehingga dapat membuat seseorang menjadi merasa bahwa berolahraga, diet, dan perilaku sehat lainnya tidaklah efektif atau tidak penting dibanding obat tersebut.<ref name=":8">{{Cite journal|last=Ventola|first=C. Lee|date=2011-10|title=Direct-to-Consumer Pharmaceutical Advertising|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3278148/|journal=Pharmacy and Therapeutics|volume=36|issue=10|pages=673-674|issn=1052-1372|pmc=3278148|pmid=22346300}}</ref> Contoh lainnya adalah diagnosa terakhir seorang dokter dalam suatu kondisi meningkatkan kemungkinan dokter terbsebut akan mendiagnosa kondisi yang sama pada pemeriksaan selanjutnya.<ref name=":9">{{Cite web|last=News|first=HealthDay|date=2021-08-17|title=Doctors More Likely to Test for Conditions Recently Diagnosed in Other Patients|url=https://consumer.healthday.com/care-decisions-influenced-by-having-a-recent-visit-for-similar-condition-2654653154.html|website=HealthDay|language=en|access-date=2021-12-18}}</ref>
Kemungkinan lainnya adalah seorang manusia kesulitan untuk memproses banyak informasi sekaligus sehingga manusia kesulitan untuk membandingkan informasi alternatif secara paralel.<ref>{{Cite book|last=Devlin|first=Moira|date=2021-09-13|url=https://books.google.co.id/books?id=0KVCEAAAQBAJ&pg=PT128|title=How to Beat the Robots: your need-to-know thinking solutions|location=London|publisher=Little Fish Big Impact|isbn=978-1-8384620-0-0|pages=128|language=en|url-status=live}}</ref> Contohnya, studi yang dilakukan oleh Dohery, Mynatt, Tweney, dan Schiavo (1979) menemukan bahwa orang cenderung memilih informasi irelevan untuk mengambil suatu keputusan.<ref>{{Cite book|last=Manktelow|first=K. I.|date=1999|url=https://books.google.com/books?id=8Ujdk7zHjZ8C&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA114&dq=people+can+only+focus+on+one+thought+at+a+time,+so+find+it+difficult+to+test+alternative+hypotheses+in+parallel&hl=en|title=Reasoning and Thinking|location=East Sussex|publisher=Psychology Press|isbn=978-0-86377-709-7|pages=114|language=en|url-status=live}}</ref>
Mekansime motivasi lebih cenderung membuat seseorang memproses informasi berdasarkan keinginannya.[1]: 197 [67] Prinsip Pollyanna menjelaskan bahwa orang lebih memilih pikiran positif daripada yang negatif.[68] Prinsip ini dapat menjelaskan kenapa kesimpulan yang sesuai harapan lebih dapat dipercaya sebagai kebenaran. Menurut eksperimen yang memanipulasi harapan dari sebuah kesimpulan, orang menetapkan standar bukti yang tinggi untuk ide-ide yang tidak menyenangkan dan standar yang rendah untuk ide-ide yang disukai.[69] Dengan kata lain, mereka bertanya, "Dapatkah saya mempercayai ini?" untuk beberapa saran dan, "Haruskah saya percaya ini?" untuk orang lain.[70]
Psikolog sosial Ziva Kunda menggabungkan teori kognitif dan motivasi, dengan alasan bahwa motivasi menciptakan bias, tetapi faktor kognitif menentukan ukuran efeknya.[1]: 198
== Referensi ==
|