Nahdlatul Ulama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fiqih.ald (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 19576493 oleh Wiwit husni (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Fiqih.ald (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 19523682 oleh Azmi1995 (bicara)
Tag: Pembatalan Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 39:
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. [[Hasjim Asy'ari]] merumuskan kitab '''Qanun Asasi''' (Anggaran Dasar), kemudian juga merumuskan kitab "I'tikad Ahlussunnah wal Jama'ah". Kedua kitab tersebut kemudian dijadikan rujukan dalam Khittah NU dan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir serta bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik kebangsaan.<ref>{{Cite web|title=Jatim|url=https://jatim.nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-ID|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
<!---- sengaja disembunyikan sampai keseluruhan struktur paragraf ini diubah
== Sejarah ==
[[Nahdlatul Ulama]] mewadahi [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] tidak hanya karena para ulama ingin berinovasi, namun memang kondisi saat itu sudah sampai pada kondisi krusial dan wajib mendirikan sebuah wadah. Di mana saat itu, di Timur Tengah telah terjadi momentum besar yang dapat mengancam kelestarian[[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] terkait penghapusan sistem khalifah oleh [[Turki|Republik Turki Modern]] dan ditambah berkuasanya rezim [[Wahhabisme|Mazhab Wahabi]] di [[Arab Saudi]] yang sama sekali menutup pintu untuk berkembangnya mazhab lain di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama masyhur berkumpul di [[Masjidil Haram]] dan sangat mendesak berdirinya orgasnisasi untuk menjaga kelestarian [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]].<ref>{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
Setelah melakukan ''istikharah,'' para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada [[Muhammad Hasyim Asy'ari|KH. Hasyim Asy’ari]] untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil, Bangkalan]]. Maka [[Muhammad Hasyim Asy'ari|KH Hasyim Asy’ari]] dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan KH. R. Asnawi datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.<ref>{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref> Selanjutnya dilanjutkan dengan sowan ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil Bangkalan]], maka KH. Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya.<ref>{{Cite web|title=Home|url=https://tebuireng.online/|website=Tebuireng Online|language=en-US|access-date=2021-12-03}}</ref>
Baris 54 ⟶ 53:
 
KH. Hasyim Asy'ari telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah [[Nahdlatul Ulama]].<ref>{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref> Setahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam [[Nahdlatul Ulama|'''Nahdlatul''' '''Ulama''']].
---->
 
== Paham Keagamaan ==