Di Kaki Bukit Cibalak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aida Kurniadi (bicara | kontrib)
Menambahkan sampul dan ringkasan cerita.
Aida Kurniadi (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
 
== Ringkasan cerita ==
Kehidupan di kaki Bukit Cibalak, khususnya Desa Tanggir, banyak mengalami kemajuan teknologi pada tahun 1970-an. Hal ini berpengaruh pada gaya hidup masyarakat tradisionalnya yang belum siap menerima perubahan modern tersebut. Di desa tersebut juga kerap ditemukan kasus korupsi yang dilakukan oleh lurah setempat. Pambudi, seorang pemuda di desa ini berusaha untuk membantu salah satu warga desa, Mbok Ralem, yang kesulitan dalam meminjam dana kepada koperasi desa. Setelah sang lurah menolak membantu Mbok Ralem, Pambudi yang merupakan seorang pegawai koperasi memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Lalu, ia berusaha seorang diri menolong Mbok Ralem untuk berobat ke [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] menggunakan uang tabungannya. Di sana, ia juga mendapat bantuan dari salah satu penerbit surat kabar bernama Kalawarta untuk mendapatkan dana.

Berita mengenai Mbok Ralem yang kekurangan dana sampai ke telinga lurah Desa Tanggir hingga gubernur setempat. Sang Lurah menjadi dendam dengan Pambudi dan menfitnahnyamemfitnahnya. Karena hal itu, Pambudi terpaksa meninggalkan Desa Tanggir dan melanjutkan sekolah di Yogyakarta. Ia tinggal bersama teman sekolahnya, Topo, yang berkuliah untuk mengejar gelar doktorandus. Akhirnya permasalahan demi permasalahan di Desa Tanggir teratasi saat Pambudi bekerja di Kalawarta sebagai jurnalis.
 
== Referensi ==