PSMS Medan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Indra Rangkuti (bicara | kontrib)
Indra Rangkuti (bicara | kontrib)
Baris 49:
Ramli Yatim berhasil memoles sosok Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Wibisono, Tumsila, Nobon dll sebagai bintang masa depan Medan dan Indonesia. Di final yang berlangsung pada 26 April 1967, PSMS menghadapi tuan rumah yang juga musuh bebuyutan mereka, Persija. Ronny Pasla menjadi bintang dalam duel ini dengan aksi briliannya di bawah mistar. Karena hari semakin gelap dan Stadion Menteng tidak memiliki penerangan yang memadai, akhirnya diputuskan PSMS dan Persija menjadi Juara Bersama dengan ketentuan 6 bulan pertama trofi dibawa ke Medan dan 6 bulan berikutnya trofi dibawa. ke Jakarta.
 
Kesuksesan skuad PSMS Jr mendorong pelatih PSMS Jusuf Siregar yang didampingi Ramli Yatim untuk mempromosikan beberapa pemain PSMS Jr ke Tim Senior PSMS yang berlaga di Kejuaraan Nasional PSSI 1967, di antaranya Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean dan Wibisono. Kombinasi pemain muda ini dengan pemain senior antara lain Yuswardi, Zulham Yahya, Sukiman, Ipong Silalahi, Muslim, A.Rahim, Syamsuddin, Sunarto, Aziz Siregar, Zulkarnaen Pasaribu dll ternyata sukses besar, membuat PSMS semakin solid dan solid. akhirnya berhasil menjadi juara.Juara Wilayah Barat dan lolos ke babak semifinal yang berlangsung di Jakarta didampingi Persib. Pada babak semifinal yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta, PSMS menghadapi Persebaya dan Persib menghadapi PSM. Di semifinal ini, pertandingan berlangsung dua kali, yakni pada 6 dan 7 September 1967. Di semifinal pertama ini, PSMS kalah 0-1 dari Persebaya. Dalam duel yang berlangsung malam ini PSMS tidak diperkuat bintangnya Zulham Yahya yang diskors karena kartu merah di penyisihan grup dan posisinya ditempati oleh bintang muda Sarman Panggabean. Sementara Persib menang 1-0 atas PSM. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967. Pada pertandingan kedua tanggal 7 September 1967 PSMS berhasil mengalahkan Persebaya 3-1 dan Persib bermain imbang 1-1 dengan PSM. Menjadi Final mempertemukan PSMS dengan Persib di Final pada 10 September 1967.
 
Pada Final PSMS ini mendapat ujian yang berat karena salah satu bintangnya, Djamal mengalami cedera dan akhirnya posisi tersebut ditempati oleh bintang muda PSMS, Sarman Panggabean. Dan Zulham Yahya bisa munculbermain lagi. Selain Sarman dan Ronny Pasla di Final, striker muda Tumsila juga masuk sebagai starter. Ternyata di Final ini PSMS tampil apik dan akhirnya berhasil mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu ke gawang Persib yang dikawal Jus Etek. Ini kali pertama PSMS Medan juara. Kejuaraan Nasional/Divisi Utama Perserikatan PSSI sejak didirikan pada tahun 1950 dan disambut dengan meriah oleh para pendukung PSMS Medan di Jakarta dan di Sumatera Utara.
 
Keberhasilan PSMS membuat PSMS Medan mewakili Indonesia di Piala Emas Aga Khan 1967 yang berlangsung di Bangladesh. Dan akhirnya di Turnamen ini PSMS berhasil menjadi Juara setelah di Final mengalahkan tim tuan rumah Mohammaden 2-0 melalui 2 gol dari sundulan Tumsila. Saat kembali ke Medan rombongan disambut oleh Pangdam II/Bukit Barisan Mayjen Sarwo Edhie Wibowo dan disinilah Sarwo Edhie memberikan julukan “Kepala Emas” kepada Tumsila karena kemampuannya yang mumpuni dalam mencetak gol dengan sundulan dan sejak saat itu Julukan "Kepala Emas" sudah melekat pada Tumsila baik di PSMS maupun timnasTimnas. Saat itulah PSMS 1967 menjadi "Raja" Sepak Bola Indonesia
 
Setelah tim nasional memenangkan Piala Raja 1968, para pemain tim nasional dikontrak secara profesional oleh TD Pardede di klubnya, Pardedetex. Pemain yang dikontrak tersebut antara lain Soetjipto Soentoro, Sinyo Aliandoe, Iswadi Idris, Judo Hadianto, Muliyadi (Persija), M. Basri (PSM), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Anwar Ujang (Persika), Max Timisela (Persib). ) plus ada 3 bintang PSMS Medan yaitu Sarman Panggabean, Sunarto dan Aziz Siregar. Karena pada saat itu Pardedetex walaupun mengontrak pemain secara profesional namun dalam kompetisi tersebut bernaung di Kelas Utama/Divisi Utama PSMS sehingga secara otomatis skuad Pardedetex memperkuat PSMS di Kejuaraan Nasional/Divisi Utama PSSI 1969. Skuat Pardedetex ini memperkuat PSMS plus dan didukung oleh Pemain Sepak Bola Medan Non Pardedetex antara lain Ronny Pasla, Yuswardi, Tumsila, Zulham Yahya, Ipong Silalahi, Syamsuddin dan di saat-saat tertentu Sukiman dan Nobon ditambahkan. Skuad ini dilatih oleh Ramli Yatim dan EA Mangindaan.
Baris 66:
 
Setelah 8 tahun tanpa gelar, akhirnya PSMS mengakhiri kemarau gelar pada tahun 1983 setelah di final mengalahkan Persib Bandung 3–2 melalui adu penalti (aet 0-0). Mereka kembali mempertahankan gelar pada musim 1985 ketika mereka mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2). Pertandingan yang dimainkan di Stadion Gelora Bung Karno ini disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia.
 
Ponirin Meka (kiper) dan Jaya Hartono, pemain penting PSMS tahun 1980-an
Pada masa kejayaan ini, PSMS diperkuat oleh banyak pemain berkualitas seperti Yuswardi, Muslim,Ronny Pasla, Sunarto, Sukiman, Ipong Silalahi, Wibisono, Tumsila, Sarman Panggabean, Anwar Ujang,Zulham Yahya,Azis Siregar, Suwarno, Tumpak Sihite, Nobon Kayamuddin, Zulkarnaen Pasaribu, Ismail Ruslan, Parlin Siagian,Suparjo Sunardi B,Marzuki Nyakmad, Zulham Effendi Harahap,Sunardi A., Bambang Usmanto, Musimin,Sakum Nugroho M. Siddik, Mamek Sudiono,Ahmad,Hadi Sakiman,Ricky Yacobi , Abdul Kadir,Jacob Sihasale,Yudo Hadianto,M.Basri,Taufik Lubis,Pariman, Iswadi Idris , Abdul Rahman Gurning , Badiaraja Manurung, Ponirin Meka, Jaya Hartono , Zulkarnaen Lubis, Sakum Nugroho,Hamdardi,Soetjipto Soentoro,Jamaluddin Hutauruk,Nirwanto,Chaerul San Siregar,Sumardi,Sutrisno,Effendi Maricho,Mariadi,Yusnik Adiputra,Suharto AD dan lain-lain.
 
=== Akhir era kejayaan; Liga Indonesia era (1990–2001) ===