Bahasa Dhao: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jspharmando (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Jspharmando (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
|states=[[Indonesia]]
|region= [[Pulau Dhao]], juga terdapat di [[pulau Rote]] dan [[pulau Timor|Timor]].
|speakers= 5.000 (2013 Blust)
|familycolor=Austronesia
|fam1=[[Bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
Baris 19:
|iso1=-
|iso2=-
|iso3=nfa|pronunciation={{IPA-jv|li: ɖaɔɖ͡ʐaɔ|}}|date=2013|ethnicity=Dhao}}
'''Bahasa Dhao''' atau '''Lī Dhao /'''li: [[:en:Voiced_retroflex_plosive|ɖ]]<nowiki/>aɔɖ͡ʐaɔ'''/''' adalah bahasa yang digunakan [[suku Dhao]].<ref>[http://www.joshuaproject.net/languages.php?rol3=nfa Dhao Speaking Peoples - Joshua Project]</ref> Penuturnya terutama terdapat di [[pulau Dhao]], tetapi ada juga yang menetap di [[pulau Rote]] dan [[pulau Timor]]. ‘Dhao’ merupakan kata yang digunakan suku Dhao untuk menyebut komunitas mereka, sedangkan ‘Ndao’ digunakan oleh suku-suku tetangga mereka, seperti [[suku Rote]], untuk menyebut mereka.
 
Bahasa Dhao secara genetik diklasifikasikan ke dalam subkelompok [[bahasa Sumba-Hawu]], dalam [[Malayo-Polinesia Tengah (CMP)|Melayu-Polinesia Tengah (CMP)]] dari keluarga [[Rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], dan dengan demikian menyerupai [[bahasa Sumba]] dan [[Bahasa Sabu|Sabu]]. Baik Donohue & Grimes maupun Blust menyimpulkan bahwa bahasa Dhao dan [[bahasa Hawu]] secara tidak kontroversial adalah unit genetik dengan bahasa Sumba. Ada bukti substansial untuk subkelompok Sumba-Hawu yang eksklusif, dan bukti terbatas untuk subkelompok yang lebih besar yang mencakup bahasa di Flores bagian barat dan tengah. Blust juga memberikan bukti leksikostatistik bahwa Sumba-Hawu memiliki lebih banyak serumpun (35%) daripada Bima- Sumba (28%).
Baris 29:
Nama pulau yang paling terkenal serta bahasanya adalah “Ndao”. Namun, telah dipastikan bahwa nama yang diberikan merupakan pengucapan yang salah dan menggunakan ejaan bahasa tetangga yang dominan, [[bahasa Rote]].<ref>{{Cite book|last=Grimes|first=Prof. Dr. Charles E.|date=2010|title=|pages=253|url-status=live}}</ref>
 
Gugus konsonan atau pra-nasal /nd/ tidak pernah muncul dalam posisi suku kata mana pun dalam bahasa tersebut. Penutur selalu melafalkan kata tanpa sengau, dan dengan sedikit retrofleksi dan pengucapan bunyi [d]. Oleh karena itu, hanya merepresentasikan bunyi secara fonemik sebagai /[[:en:Voiced_retroflex_plosive|ɖ]]ɖ͡ʐ/ dan secara ortografis sebagai ''dh''. Nama demikian diucapkan sebagai Dhao. Nama suku Ndao telah memperoleh beberapa varian: Dauw (Lynden, 1851), Dao (Jonker, 1903), Ndau (Ormeling, 1952), dan Dhau (Grimes, 2009). Tetapi nama Ndao telah terdaftar di administrasi resmi untuk merujuk pada pulau dan komunitasnya, dan Dhao untuk merujuk pada bahasa tersebut.
 
Pulau Ndao juga secara kiasan disebut ''rai kahore'' (''rai'' 'tanah' dan ''kahore'' 'bulat'), yang secara harfiah berarti 'tanah bulat'. Selain nama Dhao, orang mengidentifikasi diri mereka sebagai ''dhèu kahore'' dan bahasanya sebagai ''lī kahore''. Terutama kaum muda yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ''ana kahore''. Kata ''kahore'' mengacu pada pemahaman bersama tentang pulau kecil berbentuk bulat.
Baris 64:
 
== Register ==
Bahasa Dhao digunakan sebagai bahasa sehari-hari di pulau Ndao. Selain bahasa Dhao standar, Dhao juga memiliki dua register lain: bahasa rahasia ( Pacelepacele), dan bahasa ritual ( Hinihini). Bahasa rahasia hanya digunakan oleh orang dewasa untuk mencegah orang yang lebih muda atau orang luar dengan pengetahuan dasar tentang Dhao memahami percakapan mereka. Namun demikian, orang Dhao mengklaim bahwa, saat ini, anak-anak berusia 17 dan 18 tahun telah memperoleh Pacelepacele dan dapat menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dengan orang dewasa. Fitur paling khas dari Pacelepacele adalah penggunaan terminologi simbolis atau kiasan untuk budaya material, spesies hewan, nama tumbuhan, dan kata-kata lain yang arti harfiahnya tidak diketahui. Misalnya, mereka mungkin mengatakan ''èu dènge sabha dhau ana tabebe si'' yang secara harfiah berarti 'Kamukamu pergi dengan wadah daun lontar yang besar dan kecil' untuk merujuk pada seseorang yang membawa semua anak atau cucunya berjalan ke suatu acara (pesta atau upacara). Dalam ungkapan seperti itu, anak-anak dibandingkan dengan wadah daun lontar. Karena di pulau Ndao, masyarakat menggunakan wadah daun lontar untuk menyimpan nira dan membawanya pulang. Wadah daun lontar ini memiliki ukuran dan jenis yang berbeda-beda tergantung fungsinya. Laki-laki Dhao cenderung membawa banyak wadah daun palem yang berbeda ketika mereka pergi untuk menyadap sawit. Dalam hal ini makna literal (wadah daun lontar) kontras dengan makna kontekstual (anak-anak). Namun, perbandingan seperti itu dipahami oleh penutur asli Dhao karena adanya pemahaman bersama tentang budaya penyadapan. Contoh lain datang dari alat tangkap, ''kalera-kanaca''. Kalera adalah sejenis keranjang untuk memasukkan ikan dan kanaca adalah perangkap ikan kecil. Kedua istilah ini digabungkan sebagai ungkapan yang berarti 'suami dan istri, atau pasangan'. Ketika orang pergi memancing, mereka biasanya membawa kanaca dan kalera. Mereka menangkap ikan menggunakan kanaca dan kemudian mereka memasukkan ikan ke dalam kalera. Kedua peralatan ini tidak dapat dipisahkan dalam melakukan penangkapan ikan. Bagi masyarakat NdaoDhao, suami istri adalah pasangan yang tak terpisahkan. Lī hini adalah bahasa ritual yang hanya digunakan dalam upacara atau acara adat. Karena upacara-upacara adat tidak lagi dipraktekkan saat ini, banyak ekspresi bahasa ritual yang sudah dilupakan. Sebuah tarian tradisional yang disebut ''pado'a'' telah dihidupkan kembali, meskipun hanya beberapa orang tua yang mampu memimpin tarian sambil melantunkan bahasa ritual. Masyarakat Dhao mengakui bahwa bahasa ritual sangat dipengaruhi oleh bahasa Rote. Ciri yang menonjol dari bahasa ritual di daerah tersebut adalah penggunaan kata yang paralel, yang disebut paralelisme leksikal. Berikut adalah beberapa contoh paralelisme leksikal yang banyak digunakan orang saat berdoa. Seperti yang terlihat pada contoh, kata-kata paralel (ditandai dalam teks dengan //) adalah ''koa'' 'bangga' dan ''kio'' 'pujian' (1), ''sasala'' 'salah' dan ''sasigo'' 'berbalik' (2), dan ''babhelu'' 'kejahatan ' dan ''katuba'' 'jahat' (3). Pasangan pada (1) dan (2) diklaim sebagai kata pinjaman dari bahasa Rote.
 
Lī Hini adalah bahasa ritual yang hanya digunakan dalam upacara atau acara adat. Karena upacara-upacara adat tidak lagi dipraktekkan saat ini, banyak ekspresi bahasa ritual yang sudah dilupakan. Sebuah tarian tradisional yang disebut ''pado'a'' telah dihidupkan kembali, meskipun hanya beberapa orang tua yang mampu memimpin tarian sambil melantunkan bahasa ritual. Masyarakat Ndao mengakui bahwa bahasa ritual sangat dipengaruhi oleh bahasa Rote. Ciri yang menonjol dari bahasa ritual di daerah tersebut adalah penggunaan kata yang paralel, yang disebut paralelisme leksikal. Berikut adalah beberapa contoh paralelisme leksikal yang banyak digunakan orang saat berdoa. Seperti yang terlihat pada contoh, kata-kata paralel (ditandai dalam teks dengan //) adalah ''koa'' 'bangga' dan ''kio'' 'pujian' (1), ''sasala'' 'salah' dan ''sasigo'' 'berbalik' (2), dan ''babhelu'' 'kejahatan ' dan ''katuba'' 'jahat' (3). Pasangan pada (1) dan (2) diklaim sebagai kata pinjaman dari bahasa Rote.
{|
|(1)
Baris 153 ⟶ 151:
 
== Fonologi ==
Bahasa Dhao memiliki 23 segmen konsonan asli dalam inventarisnya: /p, b, ɓ, b͡β, t, d, ɗ, ɖ͡ʐ, c, ɟ, ʄ, k, ɡ, ɠ, ʔ, s, h, m, n, ɲ, ŋ, r, l/ dan tiga konsonan pinjaman: /w, f, j/. Seperti bahasa lain dalam sub-keluarga yang sama, bahasa Dhao memiliki bunyi implosif and afrikaif. Tidak seperti bahasa lain di daerah yang sama, yang sebagian besar memiliki dua atau tiga implosif stop, seperti Kambera di Sumba dan Rongga di Flores, bahasa Dhao (termasuk bahasa Hawu) memiliki empat pemberhentian implosif: bilabial /ɓ/, alveolar /ɗ/, palatal /ʄ/, dan velar /ɠ/. Bahasa Dhao juga memiliki satu afrikatif bilabial /b͡β/ dan satu afrikatifretrofleks alveolarbersuara plosif /ɖ͡ʐ/, yang diucapkan agak retrofleksi.
 
Inventarisasi 23 segmen konsonan asli bahasa Dhao disajikan dalam tabel di bawah ini. Segmen yang ditunjukkan dalam tanda kurung dianggap sebagai pinjaman.
Baris 211 ⟶ 209:
|
|dh
[ɖ͡ʐ]
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_retroflex_affricate|ɖ͡ʐ]]]
|
|
Baris 284 ⟶ 281:
|
|}
Bahasa Dhao memiliki enam vokal, yang meliputi /i, ɛ, ə, a, ɔ, u/. Karena pepet /ə/ tidak memiliki bobot suku kata, konsonan berikutnya akan diperpanjang. Konsonan rangkap tidak umum pada bahasa-bahasa di Indonesia Timur. KapanpunKapan pun schwa muncul pada posisi akhir suku kata, vokal tinggi, baik /i/ atau /u/ akan mengikuti, membuatnya diftong.
 
Vokal bahasa Dhao disajikan secara fonemik dalam tabel di bawah ini. Bahasa Dhao menerapkan sistem enam vokal. Vokal tengah dan rendah semuanya merupakan vokal terbuka.
Baris 309 ⟶ 306:
|
|}
Semua vokal bahasa Dhao memiliki rekan vokal yang panjang. Namun, mereka berbeda dalam hal distribusi. Hanya vokal panjang [iː] yang muncul di semua posisi kata, sedangkan yang lain tidak pernahjarang muncul di posisi tengah kata. Pepet panjang [əː] hanya muncul pada posisi awal kata.
{| class="wikitable"
|+Kontras antara Vokal Pendek dan Panjang
Baris 384 ⟶ 381:
 
== Suku Kata dan Tekanan ==
Pola suku kata-kata bahasa Dhao adalah CV, dan tekanan turun secara konsisten pada posisi kedua dari belakang. Bahasa Dhao adalah salah satu bahasa di kepualan Sunda Kecil yang hanya mengizinkan suku kata akhir terbuka, sama seperti bahasa Hawu dan bahasa Sumba, dan berbeda dari Rote, yang memungkinkan konsonan terakhir –k dan –s. Oleh karena itu, untuk kata pinjaman dengan konsonan akhir, Dhao menerapkan strategi adaptasi untuk membuat suku kata terbuka dengan menghilangkan konsonan. Vokal epentetik dalam posisi antar konsonan mencegah gugus CC.
 
Morfem bersuku kata satu disajikan di bawah ini, di mana suku kata hanya berisi CV. Banyak morfem bersuku kata yang merupakan kata fungsi, seperti ''ho'' ‘sehingga’ dan ''ma'' ‘menuju’, namun ada beberapa kata isi, seperti ''ha'' ‘paru-paru’.