Sitanggang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taromboparna (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Taromboparna (bicara | kontrib)
k Redaksi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 42:
Setelah Raja Sitanggang Ompu Raja Pangururan meninggal dunia, kerajaan dan kekuasaan atas Pangururan pun diteruskan oleh anak sulungnya yaitu Raja Tanja Bau Siraja Panungkunan. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, Raja Tanja Bau dibantu dan didukung oleh oleh kedua adiknya yaitu Raja Pangadatan dan Raja Pangulu Oloan (Sigalingging). Selain didampingi oleh kedua adiknya, Raja Tanja Bau juga dibantu oleh kerabat atau masih dalam kategori keponakannya yaitu Tuan Nahodaraja Simbolon yang merupakan cucu tertua dari Raja Simbolon. Dimasa Raja Tanja Bau inilah diperkirakan sebagai masa keemasan Kerajaan Pangururan. Selanjutnya di kemudian hari Raja Tanja Bau mewariskan kerajaannya ke kedua anaknya yaitu Raja Sitempang I dan Raja Tinita (Sisungkunon).<ref name=":0" /><ref name=":7" /><ref name=":4" />
 
'''Julukan atau Gelar "Sitempang"'''
 
Gelar "Sitempang" telah menjadi julukan turun-termurun kepada keturunan [[Raja Sitempang]], terutama bagi yang menjadi Raja di Pangururan, sehingga setiap Raja di Pangururan secara turun-temurun selalu dipanggil atau dijuluki oleh masyarakat sekitar atau masyarakat daerah lain sebagai Raja Sitempang. Mungkin hal ini, seperti apa yang terjadi di Mesir kuno, meskipun raja-rajanya telah turun-temurun dengan orang dan nama yang berbeda-beda, tapi tetap saja masyarakatnya maupun dunia luar menyebutnya sebagai Raja [[Firaun]]. Yang tentu kerajaan Pangururan tidak perlu dibandingkan dengan kebesaran Kerajaan Mesir, yang telah diakui dunia dalam waktu yang panjang, hanya saja ada persamaan tentang julukan yang turun-temurun. Ibarat kata, kalau di [[Mesir Kuno|Mesir]] ada julukan "Firaun", kalau di [[Pangururan, Samosir|Pangururan]] ada julukan "Sitempang".