A.A. Navis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pandangan: + {{hiperbola}} (QuickEdit) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 18:
Ia yang mengaku mulai menulis sejak tahun [[1950]], namun hasil karyanya baru mendapat perhatian dari media cetak sekitar [[1955]], itu telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra dalam berbagai bentuk. Ia telah menulis 22 buku, ditambah lima [[antologi]] bersama sastrawan lainnya, dan delapan antologi luar negeri, serta 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri dan dihimpun dalam buku ''Yang Berjalan Sepanjang Jalan''. Novel terbarunya, ''Saraswati'', diterbitkan oleh [[Gramedia]] [[Pustaka]] Utama pada [[2002]].
Sebagai seorang penulis, ia tak pernah merasa tua. Pada usia gaek ia masih saja menulis. Buku terakhirnya, berjudul ''Jodoh'', diterbitkan oleh Grasindo, [[Jakarta]] atas kerjasama [[Yayasan]] Adikarya Ikapi dan The [[Ford Foundation]], sebagai kado ulang tahun pada saat usianya genap 75 tahun. ''Jodoh'' berisi sepuluh buah cerpen yang ditulisnya sendiri, yakni ''Jodoh'' (cerpen pemenang pertama sayembara Kincir Emas [[Radio Nederland Wereldomroep|Radio Nederland Wereldemroep]], [[1975]]), ''Cerita 3 Malam'', ''Kisah Seorang Hero'', ''Cina Buta'', ''Perebutan'', ''Kawin'' (cerpen pemenang majalah [[Femina]], [[1979]]), ''Kisah Seorang Pengantin'', ''Maria'', ''Nora'', dan ''Ibu''. Ada yang ditulis tahun 1990-an, dan ada yang ditulis tahun 1950-an.
Padahal menulis bukanlah pekerjaan mudah, tetapi memerlukan energi pemikiran serius dan santai. "Tidak semua gagasan dapat diimplementasikan dalam sebuah tulisan, dan bahkan kadang-kadang memerlukan waktu 20 tahun untuk melahirkan sebuah tulisan. Kendati demikian, ada juga tulisan yang dapat diselesaikan dalam waktu sehari saja. Namun, semua itu harus dilaksanakan dengan tekun tanpa harus putus asa. Saya merasa tidak pernah tua dalam menulis segala sesuatu termasuk cerpen," katanya dalam suatu diskusi di Jakarta.
Baris 25:
Dalam setiap tulisan, menurutnya, permasalahan yang dijadikan topik pembahasan harus diketengahkan dengan bahasa menarik dan pemilihan kata selektif, sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Selain itu, persoalan yang tidak kalah pentingnya bagi seorang penulis adalah bahwa penulis dan pembaca memiliki pengetahuan yang tidak berbeda. Jadi pembaca atau calon pembaca yang menjadi sasaran penulis, bukan kelompok orang yang bodoh.<ref name=":0" />
Cerpen 'Robohnya Surau Kami' mendapatkan banyak respons pro dan kontra masyarakat. Cerpen ini juga menggaet Hadiah Sastra majalah ''Kisah.'' Berkat cerpen Robohnya Surau Kami (RSK) Navis menjadi terkenal di bidang sastra. Navis mulai mengkritik melalui karya sastra. Pernah ia
== Pandangan ==
Baris 44:
Navis menikah dengan istrinya, Aksari Yasin, pada tahun 1957. Pasangan ini dikaruniai tujuh orang anak: Dini Akbari, Lusi Berbasari Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini.<ref name=Kemdikbud/> Putrinya, Gemala Ranti menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat sejak bulan Agustus 2018.<ref>https://www.sumbarfokus.com/berita-gemala-ranti-putri-aa-navis-resmi-pimpin-disbud-sumbar.html</ref>
Navis wafat di Padang pada tanggal 22 Maret 2003, setelah sebelumnya menjalani perawatan di [[Rumah Sakit Jantung Harapan Kita]], Jakarta.<ref name=Kemdikbud/>
== Karya ==
Baris 97:
{{Authority control}}
[[Kategori:Sastrawan Indonesia|A.A. Navis]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]▼
[[Kategori:Alumni INS Kayutanam]]▼
[[Kategori:Seniman Minangkabau]]
[[Kategori:Dosen Indonesia]]
▲[[Kategori:Alumni INS Kayutanam]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang]]
▲[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Golongan Karya]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]
|