Intuisi (Bergson): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahramadan (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Syahramadan (bicara | kontrib) |
||
Baris 26:
Metode ini kemudian dibentuk atas penempatan diri di dalam Durasi, yang selalu mengandung pengertian dari semua Durasi lainnya dalam Durasi absolut. Dari sini, seseorang harus memperluas Durasinya menjadi heterogenitas berkelanjutan. Setelah ini dilakukan, seseorang membedakan dua ekstremitas dalam Durasi untuk menciptakan dualisme, seperti halnya seseorang membedakan antara merah dan kuning dalam spektrum warna, sebelum menunjukkan bahwa mereka sebenarnya satu.<ref>[http://plato.stanford.edu/entries/bergson/ The Stanford Encyclopedia of Philosophy] ''This series of acts is why Bergson calls intuition a method. The first act is a kind of leap, and the idea of a leap is opposed to the idea of a re-constitution after analysis. One should make the effort to reverse the habitual mode of intelligence and set oneself up immediately in the duration. But then, second, one should make the effort to dilate one's duration into a continuous heterogeneity. Third, one should make the effort to differentiate (as with the color orange) the extremes of this heterogeneity. [...] Then one shows how the duality is actually a monism, how the two extremes are “sewn” together, through memory, in the continuous heterogeneity of duration.''</ref>
Dari penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa Henri Bergson sebenarnya tidak puas dengan [[Kantianisme]], yang membatasi batas-batas akal sedemikian rupa sehingga menganggap pengetahuan tentang yang mutlak tidak mungkin. Metode intuisinya sebenarnya dapat dilihat sebagai tanggapan terhadap [[Immanuel Kant]], yang percaya bahwa kita hanya dapat mengetahui dunia seperti yang tampak bagi kita, bukan sebagaimana adanya. Dia berpendapat bahwa upaya untuk mengetahui yang absolut selalu menghasilkan antinomi, semacam paradoks filosofis yang disebabkan oleh batas-batas akal.<ref>Immanuel Kant, ''[https://drive.google.com/file/d/1M0zzYOlQ6R62aBADQHIgRpDnRSAuxZYQ/view?usp=drivesdk Critique of Pure Reason]''
Bergson menanggapi dengan mengatakan bahwa antinomi adalah hasil analisis, bukan intuisi.<ref>Henri Bergson, ''[https://books.google.co.id/books?id=Wh-1-5sLPh8C&printsec=frontcover&dq=matter+and+memory+bergson&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=matter%20and%20memory%20bergson&f=false Matter and Memory]'', halaman 183 hingga 185.</ref><ref name="intuition" group="notes" /> Contohnya adalah Durasi itu sendiri, yang menurut Bergson bukanlah multiplisitas atau kesatuan.<ref name="multiplicity" /> Bergantung pada sudut pandang dari mana seseorang memulai, ia akan merekonstruksi Durasi absolut sebagai satu kesatuan atau multiplisitas. Oleh karena itu antinomi dari pluralisme substansi dan [[Monisme|monisme substansi]], yang hanya dapat diselesaikan dengan menunjukkan bahwa mereka adalah dua representasi dari hal yang sama melalui tindakan intuisi yang sederhana. Jadi filsafat sejati terdiri dari menempatkan diri di atas perdebatan mazhab pemikiran oposisi.<ref name="Creative_Mind" /><ref name="intuition" group="notes" />
|