Kekeliruan relevansi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sang Penjelajah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Sang Penjelajah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
Hal ikhwal dari prosesnya terletak pada penalaran dan argumentasi yang kesemuanya tidak logis kemudian menjurus kepada kesesatan dengan menimbulkan efek gejala berpikir akibat dari pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Kekeliruan atau sesat dalam berpikir itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian
 
* '''Kekeliruan karena menyimpulkan dua premis negatif,''' pengambilan keputusan dengan menggunakan premis negatif akan menjurus kepada kesimpulan yang tidak relevan dari konklusi. Contohnya barang yang sudah dibeli tidak bisa lagi dikembalikan, jadi meskipun barang tersebut cacat tak dapat dikembalikan.
 
* '''Kekeliruan dalam bentuk disjungtif,''' bentuk ini merupakan bentuk yang diambil dari disjungtif silogisme karena telah mengingkari alaternatif awal dan membenarkan alternatif lain. Sebenarnya alternatif awal telah ideal namun tidak digunakan. Contoh perjalanannya sangat panjang menuju Jakarta namun transit dahulu di Balikpapan namun dia bisa saja tidak pergi ke Jakarta melainkan singgah di Balikpapan atau kedua-duanya dia tidak pergi.  
 
* '''Kekeliruan karena mendasarkan diri pada kekuasaan,''' adanya argumen bahwa seseorang yang telah berkuasa maka dengan kekuasaan yang ia miliki maka ia memaksakan pendapatnya untuk di dengar pihak lain. Dengan adanya kekuatan yang dimilikinya .
 
* '''Kekeliruan karena alasan terlalu sederhana,''' dalam berpikir dan berargumentasi haruslah memiliki bukti yang cukup kuat agar relevansinya tetap terjaga. Contohnya kendaraan bermotor merek Y adalah yang terbaik karena buatan luar negeri.
 
* '''Kekeliruan karena argumen tidak relevan,''' nah, kekeliruan ini begitu difokuskan pada artikel ini karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungan dengan masalah atau menjauhi kata relevan.
 
Sementara Jalaludin Rakhmat memberikan pembagian kesesatan berpikir manusia kedalam tujuh macam yakni, Pengambilan satu atau dua kasus demi mendukung argumen sendiri, pola berpikir deterministik, memandang bahwa kejadian bersifat temporal, anggapan bahwa sesuatu yang terjasditerjadi berasal dari rencana Tuhan, beragumenberargumen karena kekuasaan, mengejar peluang dari satu atau dua peluang, dan pemikiran yang berputar-putar.<ref>{{Cite web|last=Muqoddam|first=Faqihul|date=12 September 2018|title=Beberapa Kesalahan Berpikir Kita|url=https://geotimes.id/opini/beberapa-kesalahan-berpikir-kita/|website=www.geotimes.id|access-date=18/12/2021}}</ref> Jika kita membicarakan tentang aspek logis maka muncul sebuah pernyataan maupun pendapat dalam hal berbicara tentang logika. Logika disini adalah bentuk utama dari penalaran dalam mencapai relevnasirelevansi dalam beragumenberargumen sebaliknya kekeliruan pun dapat terjadi karena kesalahan dalam berpikir dan menganalisis. Contoh adu gagasan antara para calon kandidat capres yang disebut dengan debat politik yang menarik untuk disimak. Akan tetapi, dalam debat juga biasa terjadi kesesatan logika demi mempertahankan kebenaran dari pihak masing-masing dan debat ini bukan diskusi.<ref>{{Cite web|last=Ahdiat|first=Adi|date=17 Januari 2019|title=5 Kesesatan Logika Ini Bisa Muncul di Debat Capres|url=https://kbr.id/nasional/012019/5_kesesatan_logika_ini_bisa_muncul_di_debat_capres/98712.html|website=kbr.id|access-date=22/12/2021}}</ref>
 
Sesat dalam berpikir yang terdapat dalam kekeliruan relevansi telah ada pada masa yunani kuno karena yang pertama kali mempraktekkannya adalah kaum sofis. Kaum sofis melalui argumentasi yang mereka sampaikan tersebut pada sebuah pidato sehingga terkesan bahwa mereka adalah orator ulung. Penyebutan yang tepat bagi kaum ini adalah pelaku sesat pikir dalam filsafat sejarah yang terbagi dua antara lain :
Baris 34:
Adapun jenis dari kekeliruan tersebut adalah :<ref name=":0">{{Cite web|last=Yifani|first=Lady|title=Kekeliruan Relevansi|url=https://www.coursehero.com/file/47159315/SAP-8-9pptx/|website=www.coursehero.com|access-date=9/12/2021}}</ref>
 
* '''Argumentum ad Baculum,''' jenis kekeliruan relevansi ini terletak pada sebuah argumen yang dikeluarkan berdasar pada kekuasaan. Argumen ini terjadi karena adanya pengaruh kekuasaan yang menyertainya. Sifatnya pun memaksakan pembenaran kesimpulan. Pernyataan kekuasaan membuat segalanya benar bahkan pada sistem pemerintahan kerajaan yang bersifat absolut argumentum ini menjadi senjata mematikan melalui bentuk kebijakan politik raja pada masa itu. Penggunaan metode tangan besi tak terelakkan demi menekan lawan politik. Contohnya Raja mengeluarkan kebijakan untuk menarik pajak yang tinggi kepada rakyat dengan alasan yang tidak logis.
 
* '''Argumentum ad Hominem I''' sebuah argument yang sengaja diarahkan untuk menyerang pribadi seseorang secara langsung dengan interpretasi yang dapat dipertahankan untuk memahami kekeliruan ini. Aplikasi argumen ini berupa gambaran tindakan pelecehan terhadap pribadi seseorang dan menyinggung karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran. Contohnya, seseorang yang menduduki pada salah satu instansi pemerintah bukan karena ia tidak layak untuk jabatan tersebut, melainkan karena ia memiliki keyakinan iman yang berbeda dari mayoritas pegawai pada instansi itu.
 
* '''Argumentum ad Hominem II''' lebih memfokuskan pada dua bentuk hubungan dari keyakinan manusia beserta lingkungannya. Apabila terdapat dua orang yang berbeda maupun kelompok yang bertikai karena perbedaan pendapat kemudian dari yang bertikai tersebut tidak dapat menemukan titik temu atau tidak dapat mengetahui argumen yang benar dan keliru. Kekeliruan ini dapat terjadi ketika pandangan dari kedua belah pihak itu berbeda dan menguatkan pandangannya masing-masing. Contoh, konflik atau perselisihan pandangan mengenai kebebasan berbicara.
 
* '''Argumentum Ed Ignatoriam''' Adalah argumen yang bertolak dari anggapan yang tidak mudah dibuktikan kesalahannya atau bahkan tidak dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya. Hal ini dapat terjadi karena alasan fenomena psikis seseorang, telepati, pandangan paranormal, dsb. Contoh : Kita membiarkan tindak korupsi dalam skala kecil (membiarkan tukang parkir tidak menyobek karcis parkir
 
* '''Argumentum ad Misericordiam''' berdasar pada pernyataan belas kasih digunakan untuk meminta keringanan hukuman seseorang. Kesesatan berpikir yang satu ini dalam ranah hukum digunakan karena faktor empati dan berbeda apabila digunakan dalam membuktikan kesalahan seseorang. Contohnya adalah pada saat hakim menindak terdakwa yang sudah berusia lanjut dan anak yatim piatu  ketika di tuduh melakukan tindakan kriminal.<ref>{{Cite web|last=Precilia|first=Regina|date=30 Maret 2021|title=Argumentum ad-misericordiam dalam kacamata hukum-pidana|url=https://opini.id/sosial/read-16480/argumentum-ad-misericordiam-dalam-kacamata-hukum-pidana|website=opini sosial|access-date=22/12/2021}}</ref>
 
== Rujukan ==