Seleksi seksual manusia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ rapikan |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.5 |
||
Baris 10:
Teori seleksi seksual telah digunakan untuk menjelaskan sejumlah fitur anatomi manusia. Termasuk [[payudara]] yang membulat, rambut wajah, rambut kemaluan dan ukuran penis. Payudara [[primata]] umumnya lebih rata, tetapi mampu menghasilkan [[susu]] yang cukup untuk memberi makan anaknya. Namun, payudara wanita manusia yang tidak menyusui diisi dengan jaringan lemak dan bukan susu. Oleh karena itu, payudara wanita yang bulat dianggap sebagai sinyal kesuburan.<ref name="nakedwoman">{{cite book |title=The Naked Woman|last=Morris |first=Desmond |author-link=Desmond Morris|chapter=Breasts|chapter-url=https://books.google.com/books?id=Wa9zntiEKeAC&pg=PA144|year=2007 |isbn= 978-0-312-33853-4}}</ref> Richard Dawkins berspekulasi bahwa hilangnya [[tulang penis]] pada manusia (yang ditemui pada primata lain) mungkin disebabkan oleh seleksi seksual betina yang mencari ciri kesehatan yang baik pada calon pasangannya. Karena [[ereksi]] manusia bergantung pada sistem pemompaan hidrolik, kegagalan ereksi merupakan peringatan dini yang sensitif terhadap adanya jenis [[penyakit]] fisik dan mental tertentu.<ref name="Dawkins 2006 p.158 endnote">{{cite book |last=Dawkins |first=Richard |author-link=Richard Dawkins |title=The Selfish Gene |orig-year=First published 1976 |edition=30th anniversary |year=2006 |page=[https://archive.org/details/selfishgene00dawk_018/page/n182 158] endnote |quote=It is not implausible that, with natural selection refining their diagnostic skills, females could glean all sorts of clues about a male's health, and the robustness of his ability to cope with stress, from the tone and bearing of his penis. |title-link=The Selfish Gene }}</ref>
''[[Homo]]'' memiliki penis yang lebih tebal daripada [[kera]] besar lainnya, meskipun rata-rata tidak lebih panjang dari [[simpanse]].<ref>{{cite book | author = Dixson, A. F. | year = 2009 | title = Sexual selection and the origins of human mating systems | publisher = Oxford University Press | pages = 61–65 | url = https://books.google.com/books?id=VRTniKE2liYC| isbn = 9780191569739 }}</ref> Evolusi [[penis]] manusia menuju ukuran yang lebih besar adalah hasil dari pilihan wanita, dan bukan akibat [[kompetisi sperma]], yang umumnya menyukai [[testis]] berukuran besar. Namun, ukuran penis mungkin telah menjadi subjek seleksi alam, bukan seleksi seksual, karena efisiensi penis yang lebih besar dalam menggantikan sperma laki-laki saingan selama [[hubungan seksual]]. Sebuah studi model menunjukkan bahwa perpindahan semen berbanding lurus dengan kedalaman [[dorongan panggul]], hal ini menjadikan penis yang besar lebih efisien untuk menggantikan sperma laki-laki pesaing.<ref>In a [http://www.epjournal.net/filestore/ep021223.pdf theoretical paper] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080820122237/http://www.epjournal.net/filestore/ep021223.pdf |date=2008-08-20 }} published in the journal [http://www.scientificamerican.com/topic.cfm?id=evolutionary-psychology ''Evolutionary Psychology''] in 2004, Gallup and coauthor, Rebecca Burch, conjecture that, "A longer penis would not only have been an advantage for leaving semen in a less-accessible part of the vagina, but by filling and expanding the vagina, it also would aid and abet the displacement of semen left by other males as a means of maximizing the likelihood of paternity." – [http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=secrets-of-the-phallus "Secrets of the Phallus: Why Is the Penis Shaped Like That?"], ScientificAmerican.com.</ref>
== Preferensi seleksi pada wanita ==
|