Istana Niat Lima Laras: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
KissMed (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox Historic building
|namaname = Istana Niat Lima Laras
|image = Istana Niat Lima Laras.jpg
|imagesize image_size = 250px
|latitude coordinates = {{coord|3.204178306537|99.473657}}
|longitude = 99.601434
|location_town = Jl. Rakyat, dusun I, desa [[Lima Laras, Tanjung Tiram, Batu Bara|Lima Laras]], kec. [[Tanjung Tiram, Batu Bara|Tanjung Tiram]], kab. [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]], prov. [[Sumatra Utara]]<ref name="Lima 01">{{cite web|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/kondisi-istana-niat-lima-laras-di-kab-batubara-prov-sumut/|title=Kondisi Istana Niat Lima Laras di Kab. Batubara Prov. Sumut}}</ref>
|location_country = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|architect =
|client =
Baris 14 ⟶ 13:
|date_demolished =
|cost = 150.000 [[Gulden]]<ref name="Lima 01"/>
|ren_cost = 234.000.000 [[Rupiah]]<ref>{{cite news|url=https://www.potretnews.com/berita/baca/2017/09/23/inilah-istana-niat-lima-laras-peninggalan-kerajaan-melayu-di-pesisir-sumatera-utara-yang-pernah|title=Inilah Istana Niat Lima Laras, Peninggalan Kerajaan Melayu di Pesisir Sumatera Utara yang Pernah Tunduk pada Kesulatanan Siak|date=23 September 2017|access-date=3 Januari 2022|website=www.potretnews.com|first=Muh|last=Amin}}</ref>
|structural_system =
|style = [[Melayu]], [[China]], [[Eropa]]
Baris 27:
Berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan [[Hindia Belanda]] terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja Kerajaan Lima Laras XII, yang bertahta pada tahun 1883 - 1919. Larangan Berdagang tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli perdagangan hasil bumi. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi ([[Kopra]], [[Damar]], dan [[Rotan]]) ke [[Malaka]], [[Malaysia]], [[Singapura]], dan [[Thailand]]. Datuk Matyoeda sering berhadapan dengan pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan tersebut, sehingga timbul [[niat]]/[[nazar]] Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah [[Istana]] apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.
 
[[Berkas:Datoek_Abdoel_Djalel_Abdoel_Rani_gelar_Datoek_Samoeangsal,_zelfbestuurder_van_Pasisir_Batoe_Bara_in_Asahan,_KITLV_114900.tiff|250px|ki|jmpl|Datuk Muda Abdul Rani/Roni, {{Kira-kira}} [[1934]]]]
[[Berkas:Istana Niat Lima Laras Kab. Batubara.png|250px|ka|jmpl|'''Istana Niat Lima Laras''' sebelum dilakukan pemugaran.|pra=Special:FilePath/Istana_Niat_Lima_Laras_Kab._Batubara.png]]
 
Kemudian istana dapat dibangun dengan biaya sebesar 150.000 Gulden, dengan mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari negeri China dan Pulau Penang Malaysia, dan sejumlah tukang yang berasal dari sekitar pembangunan istana. Datuk Matyoeda bersama keluarga beserta unsur pemerintahannya mendiami lokasi istana sejak tahun 1883 (awal perencanaan pembangunan istana) hingga berdirinya istana pada tahun 1912. Waktu wafatnya Datuk Matyoeda pada 7 Juni 1919, sekaligus penanda berakhirnya kejayaan Kerajaan Lima Laras. Aktivitas di istana berakhir pada tahun 1923, yaitu akhir dari pemerintahan Datuk Muda Abdul Roni (Raja Kerajaan Lima Laras XIII). Pada tahun 1942 tentara Jepang masuk ke Asahan dan menguasai istana. Pada masa Agresi Militer II, Istana Niat Lima Laras kembali ke Republik Indonesia dan ditempati oleh Angkatan Laut [[Indonesia|RI]] di bawah pimpinan [[Mayor]] Dahrif Nasution.