Istana Niat Lima Laras: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
|image = Istana Niat Lima Laras.jpg
|image_size = 250px
|
|map_type = Sumatra Utara
|location_town = Jl. Rakyat, dusun I, desa [[Lima Laras, Tanjung Tiram, Batu Bara|Lima Laras]], kec. [[Tanjung Tiram, Batu Bara|Tanjung Tiram]], kab. [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]], prov. [[Sumatra Utara]]<ref name="Lima 01">{{cite web|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/kondisi-istana-niat-lima-laras-di-kab-batubara-prov-sumut/|title=Kondisi Istana Niat Lima Laras di Kab. Batubara Prov. Sumut}}</ref>▼
|coordinates = {{coord|3.204252|99.601487}}
▲|
|location_country = [[Indonesia]]
|architect =
Baris 13 ⟶ 15:
|date_demolished =
|cost = 150.000 [[Gulden]]<ref name="Lima 01"/>
|ren_cost = 234.000.000 [[Rupiah]]<ref>{{cite news|url=https://www.potretnews.com/berita/baca/2017/09/23/inilah-istana-niat-lima-laras-peninggalan-kerajaan-melayu-di-pesisir-sumatera-utara-yang-pernah|title=Inilah Istana Niat Lima Laras, Peninggalan Kerajaan Melayu di Pesisir Sumatera Utara yang Pernah Tunduk pada Kesulatanan Siak|date=23 September 2017|access-date=3 Januari 2022|website=www.potretnews.com|first=Muh|last=Amin}}</ref> ([[1980]])
|structural_system =
|style = [[Melayu]], [[China]], [[Eropa]]
Baris 25 ⟶ 27:
== Sejarah ==
Berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan [[Hindia Belanda]] terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja Kerajaan Lima Laras XII, yang bertahta pada tahun 1883 - 1919. Larangan Berdagang tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli perdagangan hasil bumi. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi ([[Kopra]], [[Damar]], dan [[Rotan]]) ke [[Melaka|Malaka]], [[Malaysia]], [[Singapura]], dan [[Thailand]]. Datuk Matyoeda sering berhadapan dengan pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan tersebut, sehingga timbul [[niat]]/[[nazar]] Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah [[Istana]] apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.
[[Berkas:Datoek_Abdoel_Djalel_Abdoel_Rani_gelar_Datoek_Samoeangsal,_zelfbestuurder_van_Pasisir_Batoe_Bara_in_Asahan,_KITLV_114900.tiff|250px|ki|jmpl|Datuk Muda Abdul Rani/Roni, {{Kira-kira}} [[1934]]]]
|