Emosi dalam pengambilan keputusan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambah pranala Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor |
Edit |
||
Baris 7:
Emosi diklasifikasikan ke dalam empat kategori, antara lain<ref name=":0">{{Cite book|last=Garcia|first=M.|date=2020|url=https://www.ipsos.com/sites/default/files/2020-10/the-role-of-emotion-in-human-decision-making.pdf|title=The Role Of Emotion in Human Decision Making|location=Paris|publisher=ARF AudienceXScience Ipsos|pages=2|url-status=live}}</ref>:
=== 1. Emosi
Emosi ambien atau insidental adalah emosi yang tidak terkait langsung dengan sebuah keputusan. Emosi ini dapat dipicu oleh suatu situasi dan mempengaruhi keputusan yang dibuat dalam situasi berikutnya sekalipun jika situasi tersebut tidak terkait dengan situasi sebelumnya. Sehingga, efek emosi ini terjadi tanpa kesadaran. Contoh sederhana dari emosi insidental adalah suasana hati. Ketika pandemi COVID-19 merajalela misalnya. Kondisi ini mempengaruhi seluruh keputusan yang dibuat oleh individu meskipun individu tersebut tidak terifeksi atau bahkan terkait dengan COVID-19. Peristiwa pandemi ini akan mengangkat suasana hati individu, yang kemudian berdampak pada meningkatnya dorongan fisiologis akan pembelanjaan atau pembelian barang-barang tertentu.
=== 2. ''Task-
''Task-integral emotions'' muncul dari sifat keputusan itu sendiri dan secara mendalam membentuk proses pengambilan keputusan dari waktu ke waktu. ''Task-integral emotions'' dapat terjadi dengan atau tanpa kesadaran. Emosi ini melandasi bahwa hasil keputusan akan mempengaruhi pemrosesan adaptif ketika menghadapi keputusan serupa di masa mendatang. Masih dalam konteks COVID-19 misalnya. ''Trade-integral emotions'' dapat mempelopori keputusan yang melibatkan ''trade-off'' (pertukaran), seperti melandaikan kurva dan aturan jarak sosial sebagai upaya adaptasi bisnis lokal dan konsekuensi ekonomi.
=== 3. Reaksi Afektif-Hasil Nyata ===
Reaksi Afektif-Hasil Nyata adalah reaksi afektif yang terjadi dalam kaitannya dengan hasil nyata yang dialami. Pada dasarnya, reaksi ini akan mempengaruhi keputusan yang serupa. Katakanlah, jika respon afektif atau penilaian respon tersebut positif maka pemrosesan adaptif dalam situasi yang sama akan membawa individu ke arah keputusan otomatis dengan arah yang sama (positif), dan begitu pula sebaliknya. Contohnya adalah sebuah emosi yang timbul oleh layanan yang diterima sehubungan dengan keputusan untuk memperoleh layanan tersebut.
=== 4. Reaksi Afektif-Harapan ===
Reaksi Afektif-Harapan adalah reaksi afektif yang terjadi sehubungan dengan hasil yang diharapkan. Reaksi ini seringkali didasarkan pada emosi yang dialami sebelumnya selama situasi serupa, di mana emosi ini akan memiliki pengaruh yang amat kuat dalam strategi dan arah keputusan. Proses deteksi atau pengukuran emosi ini membutuhkan kapasitas yang sangat mendalam ketika merujuk pada evaluasi efektivitas komunikasinya. Contoh dari reaksi afektif-harapan adalah emosi yang dialami pada saat pembelian atau selama paparan pemasaran terkait harapan penggunaan atau konsumsi suatu produk.
Baris 27 ⟶ 23:
== Dimensi Pengambilan Keputusan ==
Dua dimensi berbeda yang digunakan dalam pengambilan keputusan antara lain ''adalah Value Orientation (VO)'' dan ''Tolerance of Ambiguity (TfA). Value Orientation (VO)'' merupakan dimensi ketika individu lebih memfokuskan pada unsur teknis, tugas yang harus dikerjakan, pada orang-orang terkait atau bahkan lingkungan sosialnya saat mengambil sebuah keputusan. Sementara ''Tolerance of Ambiguity (TfA)'' sendiri adalah dimensi yang mengindikasikan sejauh mana kebutuhan yang dimiliki seseorang dapat mengatur dan mengontrol kehidupannya.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Satar & Yusri|date=2019|title=Pengambilan Keputusan Ditinjau dari Manajemen Diri dan Kematangan Emosi|url=https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alqalb/article/view/826|journal=Jurnal Al-Qalb|volume=10|issue=1|pages=20-41}}</ref>
== Gaya Pengambilan Keputusan ==
Tseng dan Hung (2014) menyebutkan bahwa gaya pengambilan keputusan mempengaruhi pendekatan seeorang dalam membuat sebuah keputusan. Gaya tersebut setidaknya merefleksikan kombinasi penerimaan dan elaborasi stimulus yang diperoleh untuk selanjutnya dipilihnya dalam rangka merespon informasi-informasi yang ada. Lebih jauh lagi, Kocet dan Herlihy (2014) berpendapat bahwa gaya pengambilan keputusan pada setiap individu ialah berbeda satu sama lain. Setiap individu bebas memiliki gaya pengambilan keputusan secara
== Bagaimana Emosi Terbentuk dan Ditindaklanjuti ==
Baris 47 ⟶ 43:
Dengan kata lain, roda emosi mempertimbangkan bagaimana emosi tertentu (lingkaran dalam) akan diterjemahkan menjadi perasaan (lingkaran luar). Roda emosi memahami bahwa enam emosi hanya kategori luas dengan sedikit kekhususan, sedangkan perasaan lebih mirip dengan bagaimana individu sebenarnya dan secara spesifik menggambarkan apa yang terjadi di otak dan tubuh manusia. Sehingga, hanya ketika individu melihat hasil akhirnya, individu dapat secara efektif memanfaatkan pengetahuan tentang emosi dan perasaan dalam proses pengambilan keputusan. Ini berarti, jika individu mencoba memahami bahwa emosi tertentu, misalnya, jijik, akan menghasilkan perasaan "membenci" atau "menghakimi" atau "menjijikkan", maka individu dapat mengevaluasi masalah tersebut dengan lebih cermat dan mengambil tindakan yang lebih baik.<ref name=":5">{{Cite web|last=Whitener|first=S.|date=2018|title=How Your Emotions Influence Your Decisions|url=https://www.forbes.com/sites/forbescoachescouncil/2018/05/09/how-your-emotions-influence-your-decisions/?sh=7834bddf3fda|website=www.forbes.com|access-date=29 Desember 2021}}</ref>
Dengan menggunakan proses dalam roda emosi, individu dapat melihat bahwa ketika ia berpikir, maka ia sedang mengalami suatu perasaan dan benar-benar berurusan dengan suatu emosi. Di mana
== Peran Emosi ==
Baris 75 ⟶ 71:
Orientasi pengambilan keputusan meliputi beberapa tahapan, diantaranya<ref name=":1" />:
=== 1. Identifikasi Persoalan ===
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam orientasi pengambilan keputusan adalah identifikasi persoalan. Proses pangambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Kemudian, setelah masalah diidentifikasi, tujuan dapat diformulasikan. Tahapan identifikasi persoalan terkait dengan kemauan individu untuk belajar, kemampuan bertanggung jawab, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menjalin hubungan sosial yang baik. Atau secara sederhananya, tahapan ini digunakan untuk memilah, menentukan apa, dan bagaimana masalah yang sebenarnya dihadapi. Pada tahapan identifikasi persoalan, emosi tidak terlalu mempengaruhi karena dominasinya berhubungan dengan faktor kecerdasan dan kontrol diri.
=== 2. Menentukan Tujuan dan Analisis Masalah ===
Tahap berikutnya setelah mengidentifikasi persoalan adalah menentukan tujuan dan analisis masalah. Penetapan tujuan dan sasaran serta analisis masalah secara memadai akan menentukan hasil yang akan dicapai. Dalam tahapan ini, individu menentukan target dan tujuan yang hendak dicapai serta menganalisis masalah yang sebenarnya terjadi berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari proses identifikasi masalah. Sementara perihal faktor yang berpengaruh dalam tahapan penentuan tujuan dan analisis masalah ialah kestabilan emosi. Individu dengan kestabilan emosi yang tinggi sangat jarang mengalami kecemasan, emosinya tidak mudah meledak, dan cenderung bersifat penyabar. Di mana kriteria tersebut sangat diperlukan dalam proses penentuan tujuan dan analisis masalah. Kaena titik berat kestabilan emosi terletak pada konsentrasi dan kurangnya rasa khawatir maka individu dengan kecemasan atau ketidakstabilan emosi diproyeksikan dengan kesalahan manakala menentukan tujuan dan analisis masalah.
=== 3. Pengembangan Alternatif Solusi ===
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil keputusan perlu dikembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan dan perlu dipertimbangkan juga konsekuensi yang mungkin terjadi dari tiap-tiap alternatif tersebut. Tahapan pengembangan alternatif solusi sangat terkait dengan kematangan emosi yakni falsafah hidup yang terintegrasi. Ketika individu mempunyai falsafah hidupnya terintegrasi dangan baik, individu tersebut memiliki cara berpikir yang matang dan bersifat menyeluruh. Konteks menyeluruh maksudnya adalah memperhatikan fakta-fakta tertentu secara tersendiri dan menggabungkannya untuk melihat arti keseluruhan yang muncul. Dengan falsafah hidup yang terintegrasi, pengembangan alternatif solusi dibuat dengan berbagai pertimbangan, didasarkan pada penilaian yang objektif dan terlepas dari prasangka. Selain falsafah hidup yang terintegrasi, disiplin diri juga memainkan peran kunci dalam tahapan ini. Maksudnya, individu yang mampu mendisiplinkan dirinya, akan dapat mengontrol perilakunya. Sehingga, dapat menentukan sebuah solusi dengan mempertimbangkan konsekuensi, dan tidak membuang waktu hanya untuk memikirkan alternatif yang kurang bermanfaat.
=== 4. Mengevaluasi Alternatif Yang Ada ===
Pada tahapan ini, alternatif yang ada kemudian harus dievaluasi dan dibandingkan guna menentukan pilihan terbaik. Lebih lanjut, tahapan evaluasi alternatif yang ada dipengaruhi oleh rasa aman. Rasa aman akan menjadikan individu untuk pantang menyerah ketika menghadapi berbagai masalah, percaya diri, dan mampu menghargai dirinya sendiri. Karakter ini sangat dibutuhkan manakala mengevaluasi berbagai alternatif yang muncul. Sehingga, walaupun suatu saat evaluasi yang diambil individu saat itu ternyata kurang sesuai, individu tersebut tidak mudah putus asa dan tetap memiliki sikap percaya diri.
=== 5. Memilih Alternatif Terbaik ===
Setelah melakukan evaluasi alternatif, tahapan berikutnya adalah individu memilih alternatif yang terbaik. Tujuan memilih alternatif yang terbaik adalah memecahkan persoalan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Pada tahapan ini, kestabilan emosi menjadi faktor yang mempengaruhinya. Emosi yang stabil pada individu akan memastikan dirinya jarang mengalami kecemasan dan kekhawatiran. Sehingga, bila diharuskan memilih sebuah alternatif, individu tersebut diharapkan mampu berkonsentrasi agar alternatif yang dipilihnya merupakan pilihan yang terbaik.
=== 6. Melaksanakan Keputusan ===
Langkah selanjutnya setelah alternatif yang terbaik dipilih adalah dengan melaksanakan keputusan. Dalam hal ini, pelaksanaan keputusan dilakukan secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini faktor kunci yang mempengaruhinya adalah kecerdasan, yakni kecerdasan akademis dan lingkungan sosial. Dalam pelaksanaan keputusan, terkadang individu perlu berhubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu, individu tersebut perlu memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial. Di mana individu mampu bersikap kreatif dalam membaca situasi agar pelaksanaan keputusan yang diambil tidak merugikan orang lain, namun tetap dapat membawa hasil yang optimal. Dalam konteks ini, individu melihat kebutuhan individu lain dan memberikan potensi dirinya untuk dibagikan kepada individu lain yang membutuhkan. Sehingga, individu yang memiliki hubungan sosial yang baik akan memperhatikan pula kepentingan orang lain selain kepentingannya sendiri.
=== 7. Evaluasi Keputusan ===
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalan pengambilan keputusan adalah mengevaluasi keputusan yang telah diambil. Evaluasi didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Pada tahapan ini, setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya. Pertama, kemampuan individu dalam menjalin hubungan sosial. Individu yang mampu berkomunikasi dengan baik akan dapat melihat kebutuhan individu lain dan memberikan potensi dirinya dalam bentuk uang, waktu, dam tenaga untuk dibagikan kepada individu lain yang membutuhkan. Melalui evaluasi terhadap keputusan yang diambilnya lantas diharapkan individu dapat menentukan apakah keputusan yang ambilnya juga dapat bermanfaat bagi orang lain atau tidak. Kedua, kreativitas individu terkait. Miner (1992) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi cara seseorang dalam mengambil keputusan adalah kreativitas. Ide kreatif akan memunculkan keputusan yang kreatif pula. Hasil dari keputusan-keputusan yang kreatif akan membantu dalam memberikan kontribusi bagi perbaikan produktivitas organisasi dan berperan dalam penelitian produk baru. Ketiga, sikap disiplin. Sikap disiplin pada individu berhubungan dengan kemampuan dalam mengontrol diri dan mengatur waktu maupun kegiatan. Individu yang disiplin akan mematuhi aturan dan jadwal yang telah dibuatnya. Apabila hasil evaluasi tidak sesuai dengan yang direncanakan maka iaakan segera berpikir ulang untuk memperbaikinya agar sesuai dengan target yang diharapkannya.
|