Emosi dalam pengambilan keputusan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hrara (bicara | kontrib)
Edit
Hrara (bicara | kontrib)
Edit
Baris 20:
 
== Konstruksi Emosi dan Keputusan ==
Emosi tercipta ketika otak menafsirkan apa yang terjadi di sekitar kita melalui ingatan, pikiran, dan keyakinan. Emosi memicu bagaimana kita merasa dan berperilaku. Dan karena itulah, semua keputusan yang diambil seseorang akan merujuk pada pengalaman emosionalnya. Sebagai contoh, jika seseorang merasa bahagia mungkin saja ia memutuskan untuk berjalan pulang melalui taman yang dipenuhi bunga. Namun, jika seseorang tersebut pernah dikejar oleh seekor anjing sewaktul kecil maka taman yang indah tersebut mungkin memicu perasaan takut. Dan alhasil membuat seseorang itu memutuskan untuk menaiki bus sebagai gantinya. Dalam konteks ini mungkin terdapat argumen logis yang dibuat dengan cara apa pun, tetapi pada peristiwa yang terjadi adalah keputusan itu didorong oleh keadaan emosional individu yang bersangkutan.<ref name=":3">{{Cite webbook|last=BachDickens & Cohen|date=2018|title=How Do Our Emotions Affect Decision Making?2002|url=https://www.bachremediesbrookings.comedu/enwp-uscontent/exploreuploads/blog2016/2018/how-do-our-emotions-affect-decision-making06/20020613.pdf|websitetitle=www.bachremedies.comInstinct and Choice: A Framework for Analysis|accesslocation=USA|publisher=MIT Publisher|pages=2-date4|url-status=29 Desember 2021live}}</ref>
 
== Dimensi Pengambilan Keputusan ==
Baris 187:
 
=== Efek Unik Amarah ===
Jika rasa takut melahirkan ketidakpastian, kemarahan menanamkan kepercayaan diri. Orang yang marah lebih cenderung menyalahkan individu, daripada "masyarakat," atau pun nasib. Kemarahan membuat orang lebih mungkin mengambil risiko dan meminimalkan betapa berbahayanya risiko itu. Orang yang marah akan lebih mengandalkan stereotip dan lebih bersemangat untuk bertindak. Oleh karena itu, amarah adalah emosi yang mengaktifkan tindakan.<ref>{{Cite book|last=Litvak dkk.|date=2010|url=https://scholar.harvard.edu/files/jenniferlerner/files/fuel_in_the_fire_how_anger_impacts_judgment_and_decision_making_0.pdf|title=Chapter 17: Fuel in the Fire: How Anger Impacts Judgment and Decision-Making. Springer Sciences|location=USA|publisher=Springer Sciences|url-status=live}}</ref>
 
Studi tentang efek amarah dalam pengambilan keputusan telah diteliti oleh psikolog klinis asal Amerika bernama Lerner. Dalam penelitiannya, Lerner meminta sekelompok warga Amerika Serikat untuk membaca berita tentang ancaman surat antraks dengan maksud untuk membuat mereka merasa takut; dan meminta mereka juga untuk membaca berita tentang perayaan serangan 9/11 oleh beberapa orang di negara-negara Timur Tengah dengan maksud untuk menimbulkan kemarahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang dibuat merasa marah akan melihat dunia kurang berisiko dan mereka turut pula mendukung tindakan yang lebih keras terhadap tersangka teroris. Lerner lantas menyimpulkan bahwa amarah atau kemarahan terkadang bermanfaat karena merupakan bagian dari emosi utama keadilan.<ref name=":11" />
Baris 203:
 
== Referensi ==
<references />{{Kategori|Emosi|Pengambilan Keputusan}}