Sutan Sjahrir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaufalF (bicara | kontrib)
Akuindo (bicara | kontrib)
Baris 55:
Dalam tulisan kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Sjahrir yang mencari teman-teman radikal, berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangan [[anarkis]] yang mengharamkan segala hal berbau [[kapitalisme]] dengan bertahan hidup secara kolektif – saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Sjahrir pun bekerja pada Sekretariat [[Federasi Buruh Transportasi Internasional]].
 
Selain menceburkan diri dalam sosialisme, SyjhrirSjahrir juga aktif dalam [[Perhimpunan Indonesia]] (PI) yang ketika itu dipimpin oleh [[Mohammad Hatta]]. Di awal 1930, pemerintah Hindia Belanda kian bengis terhadap organisasi pergerakan nasional, dengan aksi razia dan memenjarakan pemimpin pergerakan di tanah air, yang berbuntut pembubaran [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) oleh aktivis PNI sendiri. Berita tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis PI di Belanda. Mereka selalu menyerukan agar pergerakan jangan jadi melempem lantaran pemimpinnya dipenjarakan. Seruan itu mereka sampaikan lewat tulisan. Bersama Hatta, keduanya rajin menulis di ''[[Daulat Rakjat]]'', majalah milik [[Pendidikan Nasional Indonesia]], dan memisikan pendidikan rakyat harus menjadi tugas utama pemimpin politik.
 
{{cquote|"Pertama-tama, marilah kita mendidik, yaitu memetakan jalan menuju kemerdekaan," katanya.}}