Peutron Aneuk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Makeenchan (bicara | kontrib)
melakukan penyuntingan
Hamzahhs (bicara | kontrib)
Text
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru
Baris 1:
{{wikify}}
'''ChilTalk''' merupakan salah satu aplikasi berbasis sosial media yang di kembangkan #AnakBangsaIndonesia. yang dimana ChilTalk ini bertujuan ingin mengembangkan agar Indonesia mempunyai sosial media tersendiri. Sosial Media Bernama ChilTalk sendiri di dirikan oleh owner bernama '''Hamzah Saputra Dwi Wahyu.'''
'''Peutron Aneuk''' merupakan salah satu upacara daur hidup [[suku Aceh]] terhadap bayi yang baru lahir (disebut ''aneuk manyak''). Bayi dibawa keluar rumah lalu kakinya dijejakkan ke tanah untuk yang pertama kalinya{{Sfn|Gardjito, dkk|(2018)|p=144 : “Aneuk Manyak kemudian diberikan nama secara resmi saat upacara Bon nan ..."}}. Bermacam-macam sebutan untuk Peutron Aneuk, sebut saja ''Troen Bak Tanoeh'', ''Peutron Aneuk U Tanoh'', ''Peutron Aneuk Mit''<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.wacana.co/2015/08/upacara-turun-tanah-aceh/|title=Adat Peutron Aneuk, Upacara Turun Tanah Masyarakat Aceh|last=|first=|date=2 Agustus 2015|website=wacana|publisher=|access-date=20 Maret 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>'', atau Peugidong Tanoh'' bagi masyarakat [[Gampong]] Tokoh, [[Manggeng, Aceh Barat Daya|Kecamatan Manggeng]], [[Kabupaten Aceh Barat Daya]].{{Sfn|Ervina|(2017)|p=20 : “Adat peutron aneuk disebut juga dengan peugidong tanoh yang merupakan kebiasaan masyarakat Gampong Tokoh membawa anak turun ke tanah ..."}} Biasanya Peutron Aneuk dilaksanakan berbarengan dengan ''Geuboh Nan'' dan upacara [[Aqiqah|Aqīqah]]{{Sfn|Samad|(2015)|p=120 : “Kadang-kadang orang yang menghadiri upacara ini menyebut saja upacara peutron aneuk, artinya sudah mencakup ke tiga macam upacara tersebut. Upacara ini dilangsungkan pada bulan kedua atau ketiga umur bayi ..."}}.
 
Tidak hanya penyebutan, prosesi juga bisa berbeda-beda tiap daerah. Misalnya, pada Masyarakat Gampong Tokoh, bayi dibawa keluar rumah lalu diajak turun ke tanah lalu berkeliling sekitar rumah. Sedangkan pada masyarakat Gampong yang lain, seusai menjejakkan tanah, ada yang membawa si bayi ke [[Masjid|Mesjid]] untuk kemudian dimandikan{{Sfn|Ervina|(2017)|p=20 : “Adat peutron aneuk disebut juga dengan peugidong tanoh yang merupakan kebiasaan masyarakat Gampong Tokoh membawa anak turun ke tanah ..."}}. Pada pada masyarakat Gampong Kunyet boleh dibawa ke Masjid dan dishalawatkan{{Sfn|Majelis Duek Pakat Kemukiman Kunyet & Imuem Mukim Kunyet|(2013)|p=34 : “Kenduri peutron aneuk; b. Dilakukan dengan membawa si anak turun dari rumah kesuatu tempat yang dianggap suci, c. Boleh dibawah ke mesjid lalu di tempat tersebut anak dimandikan dan di shalawatkan ..."}}. Bahkan ada juga yang membawa bayinya ke kuburan (berziarah) yang dianggap keramat (mulia) di kampung itu atau ke kuburan terdekat. Mereka membawa sedikit bunga, kemenyan, dan sepotong kain putih untuk membungkus nisan makam yang diziarahi{{Sfn|Hoesein|(1970)|p=74 : “Pernah djuga baji itu dibawa kekuburan jang dipandang keramat (mulia) jang terdapat dikampung itu atau jang berdekatan ..."}}.
 
== Asal Usul ==
Baris 12 ⟶ 10:
 
== Usia Bayi & Jenis Kelamin ==
Mengenai berapa usia bayi yang boleh mengikuti prosesi ini juga berbeda-beda. Ada yang melaksanakannya pada hari ke-7 setelah lahir, ketika usia bayi sudah mencapai umur 44 hari, dan ada juga yang melangsungkannya setelah bayi berusia lebih dari setahun. Mengenai mengapa dilakukan saat bayi berumur 7 hari, hal ini mengikuti [[Syariat Islam]] dan Sunnah Rasul, termasuk Aqiqah dan pemberian nama.<ref name=":0">{{Cite web|last=|first=|date=2 Agustus 2015|title=Adat Peutron Aneuk, Upacara Turun Tanah Masyarakat Aceh|url=http://www.wacana.co/2015/08/upacara-turun-tanah-aceh/|website=wacana|publisher=|access-date=20 Maret 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref>
 
Bahkan untuk wilayah tertentu tradisi ini disepakati bersama dituangkan secara tertulis dalam hukum adat di daerah tersebut. Contoh untuk wilayah Kemukiman Cot [[Jeumpa, Bireuen|Jeumpa]] {{Sfn|Majelis Duek Pakat Kemukiman Cot Jeumpa & Imuem Mukim Cot Jeumpa|(2009)|p=26 : “Kenduri peutron aneuk: a. peutron aneuk sekalian syukuran; b. dilaksanakan saat usia anak tiga bulan atau lima bulan; c. boleh dilakukan pada usia anak sudah sampai tujuh bulan; ..."}} di Kabupaten Pidie, Kemukiman Glee Bruek{{Sfn|Majelis Duek Pakat Kemukiman Glee Bruek & Imuem Mukim Glee Bruek|(2009)|p=27 : “b. dilaksanakan saat usia anak tiga bulan atau lima bulan; c. boleh dilakukan pada usia anak sudah sampai tujuh bulan; ..."}} atau di Mukim Lhoong{{Sfn|Majelis Duek Pakat Kemukiman Lhoong & Imuem Mukim Lhoong|(2009)|p=30 : “a. peutron aneuk sekalian syukuran; b. dilaksanakan saat usia anak tiga bulan atau lima bulan; c. boleh dilakukan pada usia anak sudah sampai tujuh bulan; ..."}} tradisi ini dilakukan ketika bayi sudah berusia tiga bulan, lima bulan dan boleh dilakukan pada usia anak sudah sampai tujuh bulan. Pada [[Blang Me, Simpang Ulim, Aceh Timur|Kemukiman Blang Me]] ketentuan usia sama dengan Kemukiman (Gampong) Cot Jeumpa, bedanya Peutron Aneuk berlaku hanya untuk anak pertama saja{{Sfn|Majelis Duek Pakat Kemukiman Blang Me & Imuem Mukim Blang Me|(20XX)|p=40 : “Kenduri peutron aneuk: a. dilaksanakan saat usia anak tiga bulan atau lima bulan; b. boleh dilakukan pada usia anak sudah sampai tujuh bulan; c. dilakukan dengan membawa si anak turun dari rumah ke suatu tempat yang dianggap suci; d. peutron aneuk atau pengenalan dunia luar wajib dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan hanya berlaku pada anak pertama; ..."}}.