Koperasi anjungan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.5 |
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20220109)) #IABot (v2.0.8.5) (GreenC bot |
||
Baris 95:
Beberapa kritikus dari kooperativisme platform mengklaim bahwa koperasi platform akan kesulitan menggusur platform petahana yang dimodali oleh modal ventura. Nick Smicek menulis bahwa, karena “sifat monopoli dari platform, dominasi efek jaringan, dan sumber daya melimpah di balik perusahaan-perusahaan ini ... bahkan apabila semua perangkat lunak dijadikan sumber terbuka (''open-source''), platform seperti Facebook masih akan memiliki nilai tinggi karena data yang mereka miliki, efek jaringan, dan sumber daya finansial untuk melawan kehadiran koperasi.”<ref>{{Cite book|url=|title=Platform Capitalism|last=Srnicek|first=Nick|date=2017|publisher=Polity|location=New York City|page=127}}</ref> Rufus Pollock menunjukkan keprihatinan serupa bahwa koperasi platform akan menghadapi tantangan besar untuk mencapai skala yang besar, terutama karena ketidakmampuan mereka untuk menggalang modal saham tradisional<ref>{{Citation|url=https://rufuspollock.com/2017/01/11/information-coops-collective-funding-of-information-goods-from-software-to-medicines/|title=Information Coops: Collective Funding of Information Goods from Software to Medicines}}</ref> Ditambah lagi, ia berargumen bahwa koperasi sering kali melalui proses pengambilan keputusan yang lambat dan tidak efisien sehingga akan menghambat mereka untuk bersaing dengan baik. Akhirnya, ia menyampaikan bahwa ada risiko koperasi platform akan menjadi tidak etis dengan menjadi klub eksklusf bagi anggota mereka (sebagai contoh, koperasi angkutan bersama mungkin akan dikontrol oleh pengemudi yang akhirnya mengeksploitasi pengguna jasa). Evgeny Morozov menulis bahwa “Usaha kooperativisme platform sebenarnya layak untuk diteruskan; terkadang, mereka menghasilkan proyek lokal yang impresif dan etis. Tidak ada alasan mengapa koperasi pengemudi di kota kecil tidak dapat membuat aplikasi yang membantu mereka mengalahkan Uber secara lokal. Namun, tidak ada alasan bagus untuk percaya bahwa koperasi lokal ini dapat membuat mobil tanpa pengemudi (''self-driving car''): upaya ini memerlukan investasi besar-besaran dan infrastruktur khusus untuk mengumpulkan dan menganalisis semua data. Kita bisa saja membuat koperasi kepemilikan data, namun daya saing mereka akan sulit untuk bisa setara dengan Google atau Amazon " <ref>{{Cite news|url=https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/dec/04/data-populists-must-seize-information-for-benefit-of-all-evgeny-morozov|title=Data populists must seize our information – for the benefit of us all|last=Morozov|first=Evgeny|date=3 December 2016|work=The Guardian|access-date=12 December 2016|via=}}</ref>
Meskipun hal ini bisa jadi benar di sektor tertentu, Arun Sundarajan mengklaim bahwa, “Teori ekonomi mengimplikasikan bahwa koperasi pekerja lebih efisien dari korporasi berbasis saham ketika tidak ada perbedaan yang besar dalam hirarki kontribusi di antara para pekerja, yaitu ketika tingkatan kompetisi eksternal rendah dan tidak ada kebutuhan untuk adanya investasi berulang sebagai respon dari perubahan teknologi.” Menggunakan Uber sebagai contoh dari platform yang dominan, ia melanjutkan: “Para pengemudi taksi sebenarnya memberikan jasa yang kurang lebih seragam dalam industri yang tingkat persaingannya rendah. Saat teknologi angkutan berbasis daring menjadi komoditas, potensi untuk koperasi pekerja menjadi besar, karena tiap-tiap pasar lokal terbuka untuk persaingan."<ref>{{Cite book|title=The Sharing Economy: The End of Employment and the Rise of Crowd-Based Capitalism|url=https://archive.org/details/sharingeconomyen0000sund|last=Sundararajan|first=Arun|date=2016|publisher=MIT Press|location=Cambridge|page=[https://archive.org/details/sharingeconomyen0000sund/page/197 197]}}</ref>
Terlepas dari itu, kemungkinan bahwa platform yang dominan menggunakan arus data yang mereka peroleh dari pengguna mereka yang jumlahnya lebih besar untuk dimanfaatkan sebagai inovasi teknologi yang meningkatkan nilai mereka di mata pelanggan tetaplah sebuah tantangan besar. Sebagai contoh, Uber mencoba menggunakan data yang mereka kumpulkan dari para pengemudinya melalui aplikasi mereka untuk mengotomasi industri taksi, dengan begitu menghilangkan kebutuhan adanya pekerja dan mengurangi nilai dari sebuah pengantaran hingga di bawah harga yang dibutuhkan pekerja manusia untuk bertahan hidup.
=== Kesulitan mendapatkan modal pada tahap awal ===
Meskipun Sundarajan percaya bahwa ada pasar di mana koperasi platform dapat berjalan sukses, ia mendapati bahwa ganjalan utama mereka untuk masuk adalah pendanaan awal, terutama karena devaluasi ideologis mereka tentang pentingnya menghasilkan keuntungan bagi para investor-pemangku kepentingan. Namun, ia juga menyadari bahwa beberapa bentuk penggalangan dana alternatif dapat mempermudah penetrasi pasar para koperasi platform. Beberapa yang ia sebutkan adalah Fairshare, sebuah model keikutsertaan yang membedakan antara pendiri, pekerja, pengguna, dan investor, dengan haknya masing-masing mengenai suara, kompensasi, dan hak untuk menjual saham ke pasar terbuka. Model lain yang ia sebutkan termasuk pendanaan publik menggunakan koin crypto (''crypto-coin''), investasi melalui bantuan sosial, dan “program kepemilikan saham penyedia” yang meniru bentuk kepemilikan bersama dalam “program kepemilikan saham bersama pada karyawan” (''Employee Stock Ownership Program'').<ref>{{Cite book|title=The Sharing Economy: The End of Employment and the Rise of Crowd-Based Capitalism|url=https://archive.org/details/sharingeconomyen0000sund|last=Sundararajan|first=Arun|date=2016|publisher=MIT Press|location=Cambridge|page=[https://archive.org/details/sharingeconomyen0000sund/page/198 198]}}</ref>
== Lihat juga ==
|