Henri MacLaine Pont: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Pendidikan [[arsitektur]] ia peroleh dari [[Universitas Delft]], [[Belanda]]. Setelah lulus ia kembali ke Hindia Belanda dan mendirikan suatu firma perancangan. Pada masa awal, konsep bangunannya adalah memodifikasi gaya bangunan Eropa untuk kondisi [[tropika]] yang lembab, bersuhu tinggi dan curah hujan tinggi. Namun demikian, pengalamannya dalam menangani berbagai bangunan [[candi]] (terutama di [[Trowulan]]) membuatnya mengubah konsep menjadi berusaha memodernisasi konsep bangunan tradisional lokal Hindia (Indonesia) yang dikenal sebagai gaya ''Indisch''. Dalam gaya ini namanya dapat disejajarkan dengan [[Thomas Karsten]], seorang arsitek dan penata ruang lingkungan yang juga rekan kerjanya. Kompleks kampus [[ITB]], [[Stasiun Poncol]] di [[Semarang]], dan [[Gereja Pohsarang]] di [[Kabupaten Kediri]] adalah dua dari banyak bangunan rancangannya.
 
Pada [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|masa pendudukan Jepang]] ia dimasukkan dalam kamp interniran Jepang. Pada tahun 1945 awal ia dikirim ke [[Australia]] karena kondisi kesehatannya yang buruk. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia diminta menjadi guru besar di ITB, namun ketika ia datang 1946, posisi itu telah dihapuskan. Dengan kecewa ia pindah ke Belanda dan tinggal di Den Haag hingga akhir hayatnya.
 
<!-- Apakah Anda tahu siapa sebenarnya yang merancang bangunan ITB pertama kali? Henri MacLaine Pont-lah yang melakukannya. Bangunan ITB adalah satu di antara keempat bangunan di Indonesia yang telah dirancangnya yang masih berdiri, yang pada masanya telah melahirkan seni yang disebut arsitektur Indisch, memadukan unsur nusantara ke dalam langgam arsitektur barat. Hal ini jelas terlihat pada bentuk atap bangunan Aula Barat dan Aula Timur ITB, dua di antara beberapa bangunan asli di kampus ITB. Seni arsitektur Indisch memang dipandang unik dan indah karena memadukan estetika dan fungsi. Bangunan-bangunan Indisch didesain dengan dasar kebudayaan barat, namun adaptif terhadap keadaan iklim tropis yang kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya mataharinya tinggi. Indah memang bangunan karya MacLaine Pont, namun tidak demikian dengan kisah hidupnya.