Teknologi pangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
Dengan teknologi pangan, zat gizi dari bahan makanan juga dapat dipertahankan sehingga meskipun tidak langsung dikonsumsi, bahan makanan tersebut tidak berbahaya bagi tubuh dan konsumen masih bisa memperoleh zat gizi yang terkandung.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Boom|first=R.M.|date=26 September 2013|title=Food processing - Environmental benefits and high nutritional value|url=https://www.wur.nl/en/show/Food-processing-Environmental-benefits-and-high-nutritional-value.htm|website=WUR|language=|access-date=1 Januari 2022}}</ref>
 
Aplikasi teknologiTeknologi pangan mampu menghancurkan bakteri yang sebelumnya ada di dalam bahan makanan dengan menggunakan teknologi pemanasan. Sebagai contoh adalah pasteurisasi susu atau UHT (''ultra high temperature''). Tindakan ini selain membuat susu menjadi tahan lama juga dapat membunuh bakteri.<ref name=":1">{{Cite webSfn|last=Warjri|first=Lari|date=28Syah, Oktober 2019Dahrul|title=Advantages and Disadvantages of Processed Foods / Convenience Foods2012|urlp=https://www.medindia.net/patients/patientinfo/processedfoods.htm|website=Medindia.net|language=|access-date=1 Januari 2022231}}</ref>
 
== Pengembangan di bidang teknologi pangan ==
Baris 44:
Metode yang menggunakan pelarut kimia dimulai dengan mengukus biji kopi. Biji kopi ini kemudian dicuci dengan pelarut etil asetat untuk mengurangi kadar kafeinanya''.'' Setelah dicuci dengan larutan kimia tadi, kopi kemudian dikukus lagi dengan menggunakan air yang dipakai di awal proses agar kandungan minyak dapat diserap kembali.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Karbon dioksida di bawah tekanan dan temperatur yang tinggi akan memiliki sifat sebagai gas dan cairan. Kondisi CO2 sebagai [[fluida superkritis]] ini digunakan sebagai pelarut biji kopi. Proses ini berlangsung di bawah suhu 200°F dan membutuhkan waktu 5-7 jam. Metode karbon dioksida ini tidak terlalu memengaruhi rasa kopi aslinya karena protein dan karbohodrat yang ada di dalam kopi tetap utuh.<ref name=":3" /><ref name=":3" /><ref>{{Cite journal|last=De Marco|first=Iolanda|last2=Riemma|first2=Stefano|last3=Iannone|first3=Raffaele|date=2017|editor-last=Pierucci|editor-first=Sauro|editor2-last=Klemeš|editor2-first=Jiří Jaromír|editor3-last=Piazza|editor3-first=Laura|editor4-last=Bakalis|editor4-first=Serafim|title=Supercritical Carbon Dioxide Decaffeination Process: a Life Cycle Assesment Study|url=https://https://www.aidic.it/cet/17/57/284.pdf|journal=Chemical Engineering|volume=57|pages=1669-1704|doi=10.3303/CET1757284|isbn=9788895608488|issn=22839216}}</ref>
[[Berkas:Mesin pasteurisasi susu di KPBS Pangalengan.jpeg|jmpl|Mesin pasteurisasi susu di KPBS Pangalengan]]