Teknologi pangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
Dengan teknologi pangan, zat gizi dari bahan makanan juga dapat dipertahankan sehingga meskipun tidak langsung dikonsumsi, bahan makanan tersebut tidak berbahaya bagi tubuh dan konsumen masih bisa memperoleh zat gizi yang terkandung.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Boom|first=R.M.|date=26 September 2013|title=Food processing - Environmental benefits and high nutritional value|url=https://www.wur.nl/en/show/Food-processing-Environmental-benefits-and-high-nutritional-value.htm|website=WUR|language=|access-date=1 Januari 2022}}</ref>
 
Beberapa bakteri mempunyai suhu pertumbuhan antara 20°C-45°C (disebut bakteri mesofilik), ada yang tumbuh di kisaran suhu 44°C-55°C (disebut bakteri termofilik), dan ada yang di bawah suhu 20°C (disebut bakteri psikrofilik).{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=411-412}} Sehingga teknologi pangan berupa metode pemanasan mampu menghancurkan bakteri yang sebelumnya ada di dalam bahan makanan.{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=223-224}}
Teknologi pangan mampu menghancurkan bakteri yang sebelumnya ada di dalam bahan makanan dengan menggunakan teknologi pemanasan. Sebagai contoh adalah pasteurisasi susu atau UHT (''ultra high temperature''). Tindakan ini selain membuat susu menjadi tahan lama juga dapat membunuh bakteri.{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=231}}
 
== Pengembangan di bidang teknologi pangan ==
Baris 48:
 
=== Pengolahan dengan suhu tinggi ===
yangSuhu tinggi dapat membantu merusak atau menghilangkan komponen antigizi (misalnya inhibitor tripsin pada produk [[Leguminosae|leguminosa]]), menyebabkan inaktifnya enzim-enzim perusak, meningkatkan daya cerna protein dan karbohidrat, dan membunuh mikroorganisme. Tiga metode yang dipakai dalam pengolahan dengan suhu tinggi adalah metode ''[[Blanching (teknik memasak)|blanching]]'' (pemanasan pendahuluan), [[pasteurisasi]], dan [[sterilisasi]]. Proses ''blanching'' banyak digunakan untuk sayur dan buah sebelum diolah lebih lanjut dengan memakai air panas atau uap air panas yang dilakukan pada suhu 82°C-93°C selama 3-5 menit. Pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi (di bawah 100°) sedangkan sterilisasi menggunakan suhu 121°C.<ref>{{Cite book|last=Murti|first=Tridjoko Wisnu|date=Juli 2018|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1102746|title=Pangan, Gizi, dan Teknologi Susu|location=Yogyakarta|publisher=UGM Press|isbn=9789794209080|pages=39|url-status=live}}</ref>{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=229-243}}
 
=== Pengawetan dengan suhu rendah ===
Teknologi pengawetan dengan suhu rendah dilakukan pada kisaran suhutemperatur -2°C hingga -16°C untuk proses pendinginan dan suhutemperatur -18°C hingga -40°C. Proses ini akan menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk. Pendinginan umumnya digunakan untuk mengawetkan produk segar seperti sayur dan buah sedangkan pembekuan digunakan untuk mengawetkan daging, ikan segar, dan produk olahannya.<ref>{{Cite web|title=Freezing of fruits and vegetables|url=https://www.fao.org/3/y5979e/y5979e03.htm|website=www.fao.org|access-date=7 Januari 2022}}</ref>{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=277}}
 
[[Berkas:Dried berries.jpg|jmpl|Beri yang dikeringkan 1. beri zante 2. Bebesaran atau [[Bebesaran|murbei]] hitam 3. murbei putih 4. [[ceplukan]] 5. aronia 6. ''sea''-''bucktorn'' 7''.'' [[rasberi]] 8. [[kumkuat]] 9. [[kismis]] 10. [[bluberi]] 11. [[gojiberi]] 12. [[ceri]] 13. [[kranberi]] 14. [[Kersen (Prunus)|kersen]] 15. barberry]]
 
=== Pengeringan makanan ===
Metode ini akan mengeluarkan sebagian besar air yang terkandung di dalam satu bahan makanan sehingga kadar air seimbang dengan kadar udara normal atau kondisi kadar air sesuai dengan nilai aktivitas air (''water activity'') yang aman dari kerusakan mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis. Teknologi ini merupakan metode pengawetan makanan yang paling tua. Bahan makanan yang sering dikeringkan adalah buah-buahan khususnya jenis [[Buah buni|beri]], [[Sayur|sayur-sayuran]], dan [[jamur]].{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=318}}
 
=== Pengemasan aseptik ===
Pengemasan aseptik adalah proses untuk mencegah mikroorganisme memasuki kemasan makanan selama dan setelah dikemas.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=12 Januari 2019|title=Aseptic packaging - Dairy processing: Aseptic processing and packaging systems|url=https://inspection.canada.ca/preventive-controls/dairy-products/aseptic-processing-and-packaging/eng/1538534768909/1538534836452?chap=19|website=inspection.canada.ca|access-date=12 Januari 2022}}</ref> Teknologi ini pertama kali dikembangkan di Eropa sebagai proyek kerja sama dengan WHO.<ref>{{Cite web|date=17 Juli 2019|title=What is the history of aseptic packaging?|url=https://ask.usda.gov/s/article/What-is-the-history-of-aseptic-packaging|website=ask.usda.gov|access-date=12 Januari 2022}}</ref> Selama proses aseptik, produk makanan yang steril disegel dalam lingkungan higienis. Metode pengemasan aseptik pada umumnya menggunakan [[hidrogen peroksida]] 30% yang dipanaskan selama beberapa detik.<ref>{{Cite journal|last=Sanjana|first=M.C.|last2=R.|first2=Hemegowda|last3=E.|first3=Sushma|date=30 April 2019|title=Aseptic Packaging – A Novel Technology to the Food Industry|url=https://www.researchgate.net/publication/333695159_Aseptic_Packaging_-_A_Novel_Technology_to_the_Food_Industry|journal=International Journal of Trend in Scientific Research and Development|volume=Volume-3|pages=307–310|doi=10.31142/ijtsrd22779}}</ref> Dengan pengemasan aseptik, makanan atau minuman dapat bertahan lama di luar lemari pendingin sehingga dapat disimpan oleh siapa pun. Teknologi ini juga memperpanjang masa penyimpanan, bebas bahan pengawet, tidak membutuhkan proses yang lama, serta lebih ramah lingkungan.<ref>{{Cite web|last=Heneghan|first=Carolyn|date=25 Agustus 2016|title=Why demand for aseptic packaging is increasing|url=https://www.fooddive.com/news/why-demand-for-aseptic-packaging-is-increasing/424854/|website=Food Dive|language=|access-date=12 Januari 2022}}</ref>
 
=== Iradiasi pangan ===