Degung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k Suntingan 125.163.6.178 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgx
Baris 17:
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata “degung” berasal dari kata "''ngadeg''" (berdiri) dan “''agung''” (megah) atau “''pangagung''” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah “degung” pertama kali muncul tahun [[1879]], yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "''De gong''" (gamelan, [[bahasa Belanda]]) dalam kamus ini mengandung pengertian “penclon-penclon yang digantung”.
 
Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di [[Museum Prabu Geusan Ulun]], Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata ([[Pangeran Kornel]]), bupati Sumedang ([[1791]]—[[1828]]). ==
'''
 
== Perkembangan ==