Delsy Syamsumar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hendry allen (bicara | kontrib)
k wikifikasi
*drew (bicara | kontrib)
k kategori
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Delsy Syamsumar''' seorang [[pelukis]] “Neoklasik” Indonesia berasal dari Sungai Puar, [[Sumatra baratBarat]]. Pelukis kelahiran [[7 Mei]] [[1935]] ini telah menampakkan bakat melukisnya sejak usia 5 tahun. DiwaktuDi waktu revolusi keluarganya memilih tinggal di Bukittinggi dimana Delsy melalui sekolah dasar dan menengah umum bahkan pendidikan agama Islam, ia selalu menonjol dalam pelajaran seni lukis dan menjadi juara pertama setiap sayembara di sekolah sekolah di Sumatera Barat.
 
Dalam usia 17 tahun Delsy telah mampu melukis komik berdasarkan sejarah dan karangan sendiri serta dikirimkan per pos ke majalah ibukota. Komik “Mawar Putih” tentang “Bajak Laut Aceh” dimuat di majalah “Aneka” membuat ia terkenal diseluruh Indoensia dalam usia muda.
Baris 41:
* 2002 : tepat tanggal 7 Juni 2002 Delsy Syamsumar dipanggil Yang Maha Kuasa, dimakamkan di TPU Klender.
 
==Prestasi==
==Segudang prestasi==
Delsy Syamsumar adalah pelukis dengan segudang prestasi mulai dari cergamis Unggul, Art Director Film Legenda Indonesia seperti Saur Sepuh dan film sejenisnya, yang terakhir berpredikat sebagai pelukis neo klasik. Predikat ini muncul karena kecendrungannya melukis dengan tema klasik dan teknik modern.
 
 
==Dimulai Dengan Komik==
Baris 63 ⟶ 62:
Suatu hari masih tahun 70 an, sebuah ledakan menembus genteng sanggarnya, percobaan untuk ledakan “sedang” yang harusnya dilakukan Rano Karno untuk film Busye “Usia Tujuh Belas” ternyata terlalu “keras” melenyapkan sepotong tangan staff Delsy di produksi Film. Jika tahun 50 – 60 an sanggar ini sering didatangi seniman senen, seniman ATNI dan pangkalan seniman dari Yogja seperti Idrus Ismail, M.Nizar, Sumantri, apalagi Motinggo Busye, maka sesudah 1970 sejumlah kader artistic film seperti Iman Tantaowi, El Badrun, Taslim dan lain-lain mulai belajar praktek disini dengan segala eksperimen. Terutama di film-film nasional sejak 1965, Delsy sebagai art director yang membawahi juru rias, decorator, penata pakaian, dan efek-efek tipuan, selalu lebih tekun untuk film-film realisme sepereti “biarkan musim berganti” atau film sejarah “buaya deli” dan lain-lain. Namun Delsy akhirnya bukanlah art director yang banyak di minta oleh produser. Terakhir di Bali 1983 untuk film “Jayaprana” versi baru, terlalu banyak menyita kesedihannya, katanya. Sebuah set perkampungan bali yang siap untuk adegan kebakaran, lebih dahulu harus diruntuhkan, karena ternyata izin shooting dari Deppen Jakarta belum di urus produser. Ketika itu sebuah telegram dari Padang menyatakan ibunya meninggal, kemudian dari KFT kehadiran anaknya sendiri sebagai juru rias dan mengawalnya karena sakit sakitan tidak dibenarkan karena status “Elsa” masih magang juru Rias, meskipun berbakat dan telah banyak magang di film. Dalam rapat KFT kemudian yang memutuskan skorsing buat Delsy, diakuinya ini suatu kesalahan dalam profesi. Melukis dan melukis selalu tumpuan Delsy merekam segala kegembiraan, ketegangan atau kesedihan. Itu berlaku sejak dulu coret coret di senen, lalu dipindahkan ke canvas cat minyak. Periode demi periode secara kronologis reproduksi lukisan-lukisan yang mewakilinya sebisanya ditampilkan disini.
 
Komentar pengamat seni rupa Agus Dermawan T di Suara Pembaharuan. Menjelang tahun 1970 Dunia seni rupa Indonesia pernah diguncang dengan munculnya manifestasi ilustrasi yang tertampilkan dengan ekpresif dan penuh gerak. Ilustrasi itu adalah karya Delsy Syamsumar. Seorang illustrator dan pelukis kelahiran Bukittinggi yang mengadu nasib keberuntungan seni di Jakarta. Dan karya ilustrasinya nampak di berbagai majalah serta buku cerita bahkan dalam bentuk komik.
 
Jojing Lukisan ini bisa dianggap terbaik Delsy dalam karya cat minyaknya, bukan Cuma pada kebinalan wanita montok berjoget yang digambarkan, tetapi juga pada isi yang ingin disampaikan. Seperti sebuah karya realisme sosial. Jojing bercerita tentang seorang lurah yang sedang mengadakan pesta hura-hura untuk menyertai penandatanganan surat tanah seharga ratusan juta rupiah. Disini segala keseronokan wanita wanita Delsy bagai menemukan medan yang kuat menggenggam daya hidup. Tak tepat benar apabila mau membandingkan dengan realisme Sudjojono yang berani terus terang menguak dunia kelam seperti itu. Kehidupan yang unik dalam bidang kanvas Seni Rupa Indonesia.. Bila dikaitkan dengan gaya penuturan spontan serta ekspresitas-kegarisan yg menggebu, sekilas pintas ada satu dua lukisan potret wanitanya dengan manifestasi [[Antonio Blanco]], pelukis kelahiran Spanyol yg menetap di [[Bali]]. Namun Delsy Syamsumar masih kuat berdiri pada dirinya sendiri. Dengan terus mengorek dan menekuni gaya tutur yang dibawa dunia ilustrasinya, lukisan lukisannya berusaha memadatkan pribadi khas, penuh gerak dan kemelut tersebut.
 
Syamsumar meninggal pada tanggal [[7 Juni]] [[2001]].
Tepat pada tanggal 7 Juni 2001 Delsy Syamsumar di panggil menghadap yang mahakuasa, Indonesia kehilangan seorang seniman besar.
 
 
[[Kategori:TokohKelahiran Indonesia1935|Syamsumar, Delsy]]
[[Kategori:PelukisKematian 2001|Syamsumar, Delsy]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia|Syamsumar, Delsy]]