Konfrontasi Indonesia–Malaysia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Kolaga |
||
Baris 37:
== Perang ==
Pada [[20 Januari]] [[1963]], [[Menteri Luar Negeri]] Indonesia [[Soebandrio]] mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya [[paramiliter|pasukan militer tidak resmi]]) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan [[sabotase]]. Tanggal [[3 Mei]]1963 di sebuah rapat rakssasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya:Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia. Pada [[27 Juli]], Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari [[Rejimen Askar Melayu DiRaja]] berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Baris 47:
Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Pada [[1964]] pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia yang kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani. Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di [[Johor]]. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. [[Tentera Laut DiRaja Malaysia]] mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu [[Special Air Service]](SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia ([[Kopassus]]) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus [[pasukan terjun payung]] mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di [[Labis]], Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di [[Pontian]] di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan [[Resimen Askar Melayu DiRaja]] dan [[Selandia Baru]] dan bakinya ditangkap oleh [[Pasukan Gerak Umum]] [[Kepolisian Kerajaan Malaysia]] di Batu 20, [[Muar]], [[Johor]].
|