Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah fonologi
Baris 44:
 
Selain di kawasan [[Nusantara]] ataupun Malaysia. Masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di [[Suriname]], yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di [[Kaledonia Baru]] bahkan sampai kawasan [[Aruba]] dan [[Curacao]] serta [[Belanda]]. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah [[Guyana Perancis]] dan [[Venezuela]].
 
==Fonologi==
Dialek baku bahasa Jawa, yaitu yang didasarkan pada dialek Jawa Tengah, terutama dari sekitar kota [[Surakarta]] dan juga [[Yogyakarta]] memiliki [[fonem]]-fonem berikut:
 
Vokal:
*/a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dan /ə/.
 
Konsonan:
*/k/, /g/, /c/, /j/, /ʈ/, /ɖ/, /p/, /b/, /ŋ/, /ɲ/, /m/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/ dan /h/.
 
===Penjelasan Vokal:===
Tekanan kata (''stress'') direalisasikan pada suku kata kedua dari belakang, kecuali apabila sukukata memiliki sebuah pepet sebagai vokal. Pada kasus seperti ini, tekanan kata jatuh pada sukukata terakhir, meskipun sukukata terakhir juga memuat pepet. Apabila sebuah kata sudah diimbuhi dengan afiks, tekanan kata tetap mengikuti tekanan kata kata dasar.
Contoh: /jaran/ (kuda) dilafazkan sebagai [j'aran] dan /pajaranan/ (tempat kuda) dilafazkan sebagai [paj'aranan].
 
Semua vokal kecuali /ə/, memiliki [[alofon]]. Fonem /a/ pada posisi tertutup dilafazkan sebagai [a], namun pada posisi terbuka sebagai [ɔ].
Contoh: /lara/ (sakit) dilafazkan sebagai [l'ɔrɔ], tetapi /larane/ (sakitnya) dilafazkan sebagai [l'arane]
 
Fonem /i/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [i] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [e].
Contoh: /panci/ dilafazkan sebagai [p'aɲci] , tetapi /kancil/ kurang lebih dilafazkan sebagai [k'aɲcel].
 
Fonem /u/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [u] namun pada posisi tertutup lafaznya kurang lebih mirip [o].
Contoh: /wulu/ (bulu) dilafazkan sebagai [w'ulu] , tetapi /ʈuyul/ (tuyul) kurang lebih dilafazkan sebagai [ʈ'uyol].
 
Fonem /e/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [e] namun pada posisi tertutup sebagai [ɛ].
Contoh: /lele/ dilafazkan sebagai [l'ele] , tetapi /bebek/ dilafazkan sebagai [b'ɛbɛʔ].
 
Fonem /o/ pada posisi terbuka dilafazkan sebagai [o] namun pada posisi tertutup sebagai [ɔ].
Contoh: /loro/ dilafazkan sebagai [l'oro] , tetapi /boloŋ/ dilafazkan sebagai [b'ɔlɔŋ].
 
===Penjelasan Konsonan:===
Fonem /k/ memiliki sebuah [[alofon]]. Pada posisi terakhir, dilafazkan sebagai [ʔ]. Sedangkan pada posisi tengah dan awal tetap sebagai [k].
 
Fonem /n/ memiliki dua [[alofon]]. Pada posisi awal atau tengah apabila berada di depan fonem [[eksplosiva]] [[palatal]] atau [[retrofleks]], maka fonem sengau ini akan berubah sesuai menjadi fonem [[homorgan]]. Kemudian apabila fonem /n/ mengikuti sebuah /r/, maka akan menjadi [ɳ] (fonem sengau retrofleks).
Contoh: /panjaŋ/ dilafazkan sebagai [p'aɲjaŋ], lalu /anɖap/ dilafazkan sebagai [ʔ'aɳɖap]. Kata /warna/ dilafazkan sebagai [w'arɳɔ].
 
Fonem /s/ memiliki satu alofon. Apabila /s/ mengikuti fonem /r/ atau berada di depan fonem eksplosiva retrofleks, maka akan direalisasikan sebagai [ʂ].
Contoh: /warsa/ dilafazkan sebagai [w'arʂɔ], lalu /esʈi/ dilafazkan sebagai [ʔ'eʂʈi].
 
===Fonotaktik===
Dalam bahasa Jawa baku, sebuah sukukata bisa memiliki bentuk seperti berikut:
(n)-K<sub>1</sub>-(l)-V-K<sub>2</sub>.
 
Artinya ialah Sebagai berikut:
*(n) adalah fonem sengau homorgan.
*K<sub>1</sub> adalah konsonan eksplosiva ata likuida.
*(l) adalah likuida yaitu /r/ atau /l/, namun hanya bisa muncul kalau K<sub>1</sub> berbentuk eksplosiva.
*V adalah semua vokal. Tetapi apabila K<sub>2</sub> tidak ada maka fonem /ə/ tidak bisa berada pada posisi ini.
*K<sub>2</sub> adalah semua konsonan kecuali eksplosiva palatal dan retrofleks; /c/, /j/, /ʈ/, dan /ɖ/.
 
Contoh:
*a
*an
*pan
*prang
*njlen