Sirahan, Cluwak, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
{{kelurahan-stub}}
 
''''''SEJARAH PEMERINTAHAN DESA SIRAHAN''''''
 
Desa Sirahan terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Pati - Jepara. Dikenal sebagai pusat pendidikan keagamaan.
Baris 49:
Keberadaan Watu Tumpuk hingga sekarang masih dapat kita saksikan. Pada bagian atas nampak sekumpulan batu besar tersusun rapi. Pada bagian bawah disebut bentuknya pipih seperti papan dan disebut Batu Gebyok.
 
''''''Putri Cina''''''
 
Pemerintahan Desa Sirahan terjadi pada masa kejayaan Mataram dibawah Raja ke-3, Sultan Agung. Mataram pada masa itu memiliki wilayah kekuasaan meliputi Jawa-Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Wilayah yang bukan pantai disebut “Mancaneraga”.
 
Baris 56 ⟶ 57:
 
Singodiwiryo belakangan menjabat sebagai Kepala Desa Sirahan Ke-3 dan memiliki keturunan : Kaseh, Sakinah, Sadino dan H Abdullah yang anak cucunya kini hampir “memenuhi” Desa Sirahan.
'''
'''Akhir Masa Penjajahan''''''
 
Kepala Desa Sirahan terakhir yang mengalami masa penjajahan adalah Singo Guno. Menurut kisahnya, Singo Guno sering mendatangi kediaman pamongnya dengan naik kuda. Pakaian dinas Kepala Desa waktu itu pakaian adat Jawa. Kamituwo dan kebayan berpakaian hitam dengan tanda khusus pada lengannya. Kamituwo ber-polet dua dan kebayan ber-polet satu.Tugas utama Kepala Desa adalah menarik pajak. Pada masa pemerintahan Singo Guno, pembayaran pajak berlangsung setiap hari Rabu. Kesadaran masyarakat membayar pajak tahunan sangat besar bahwa jika saatnya membayar pajak namun belum memiliki uang, jual ternak pun dilakukannya.
 
Baris 72 ⟶ 74:
Pada masa pemerintahan Singo Guno, yang menjabat sebagai Carik adalah Sukarjo, warga Sirahan asal Desa Medani, dilanjutkan Kromo Masno, warga Sirahan asal Karangsari. Kamituwo dijabat Samplong dan Padiyah Godeg, kebayan oleh Sarkawi dan modin dijabat Abdul Rosyid asal dukuh Gili Kidul, dan dilanjutkan Maridin.
 
''''''Zaman Kemerdekaan.''''''
 
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya 17 Agustus 1945, sistem pemerintahan desa mengalami perombakan. Pemerintahan Singo Guno berakhir pada tahun itu juga.
 
Baris 82 ⟶ 85:
Tugas utama Kepala Desa hanya menarik pajak dan mengamankan desa. Sistem pemerintahan berjalan secara tradisional. Kepala Desa tidak pernah berpidato dihadapan masyarakatnya. Namun, penghormatan masyarakat terhadap Kepala Desanya masih tinggi.
 
''''''Musim Tikus''''''
 
Dibawah kepemimpinan Presiden pertama RI Ir Soekarno, taraf hidup masyarakat mulai meningkat, bahkan 10 tahun dari kemerdekaan itu, sudah melaksanakan pemilu untuk pertama kalinya.
Setelah sedikit bernapas lega, penduduk Sirahan mengalami kelangkaan pangan karena musim tikus pada tahun 1963. Hampir satu tahun tikus mengganas menghabiskan seluruh tanaman, mulai ketela, jagung, padi, bahkan buah yang bergantung pada pohon pun dimakan, bahkan orang tidur pada malam hari pun terkadang jari-jari kakinya luka dikrikiti tikus.