Sirahan, Cluwak, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
 
'''Catatan''' : Pada tahun 1969 - 1975 adalah pemerintahan karteker oleh H. Ali Ridlo merangkap Carik/Sekretaris Desa
 
'''SEKILAS TENTANG DESA SIRAHAN'''
Baris 49 ⟶ 50:
 
Keberadaan Watu Tumpuk hingga sekarang masih dapat kita saksikan. Pada bagian atas nampak sekumpulan batu besar tersusun rapi. Pada bagian bawah disebut bentuknya pipih seperti papan dan disebut Batu Gebyok.
 
 
''''''Putri Cina''''''
Baris 54 ⟶ 56:
Pemerintahan Desa Sirahan terjadi pada masa kejayaan Mataram dibawah Raja ke-3, Sultan Agung. Mataram pada masa itu memiliki wilayah kekuasaan meliputi Jawa-Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Wilayah yang bukan pantai disebut “Mancaneraga”.
 
Mancanegara Wetan yang sekarang kita kenal sebagai Jawa Timur, dan Mancanegara Kilen yang yaitu Jawa Tengah dan sebagian Jawa Barat. Wilayah pantai, seperti Pati, Jepara, Tegal, termasuk wilayah “Pesisiran”. Inipun Pesisir kilen pemerintahannya di Tegal dan pesisiran wetan di Jepara. Perbatasan antara kadipaten Jepara dengan Pati adalah Sungai Gelis. Desa Sirahan masuk wilayah kadipaten Pati dibawah Adipati Pragolo.
 
Desa Sirahan masuk wilayah kadipaten Pati dibawah Adipati Pragolo. Menurut cerita, karena jasanya dalam perang Mataram di Batavia itu, Sareman diberi hadiah Putri Cina. Karena itu, anak-cucu Mbah Sareman sebagian bermata sipit mirip Cina. Pernikahan Sareman dengan Putri Cina menurunkan putra tunggal bernama Poting. Poting kemudian memiliki keturunan bernama Singo Teko. Singo Teko adalah ayah dari Ijan ayah dari Sukijan dan Yadi yang hingga kini (2008) masih hidup. Sareman juga memiliki keturunan yang diperkirakan hasil pernikahan dengan wanita pribumi bernama : Singodiwiryo, Tumpak dan Sukijah. Singodiwiryo belakangan menjabat sebagai Kepala Desa Sirahan Ke-3 dan memiliki keturunan : Kaseh, Sakinah, Sadino dan H Abdullah yang anak cucunya kini hampir “memenuhi” Desa Sirahan.
'''Akhir Masa Penjajahan''''''
Baris 70 ⟶ 74:
 
Pada masa pemerintahan Singo Guno, yang menjabat sebagai Carik adalah Sukarjo, warga Sirahan asal Desa Medani, dilanjutkan Kromo Masno, warga Sirahan asal Karangsari. Kamituwo dijabat Samplong dan Padiyah Godeg, kebayan oleh Sarkawi dan modin dijabat Abdul Rosyid asal dukuh Gili Kidul, dan dilanjutkan Maridin.
 
 
''''''Zaman Kemerdekaan.''''''
Baris 80 ⟶ 85:
 
 
Tugas utama Kepala Desa hanya menarik pajak dan mengamankan desa. Sistem pemerintahan berjalan secara tradisional. Kepala Desa tidak pernah berpidato dihadapan masyarakatnya. Namun, penghormatan masyarakat terhadap Kepala Desanya masih tinggi.
 
''''''Musim Tikus''''''