Gunung Ceremai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jagawana (bicara | kontrib)
k Suntingan 118.136.8.138 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Djoehana
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Gunung ini memiliki [[kawah]] ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
 
Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare. Di lereng gunung Ciremai dengan ketinggian sekitar 2400 M terdapat Mazlis Dzikir bernuansa Tasawuf sebagai wadah pembinaan para ikhwan pengamal ajaran Thoreqat Qoodiriyah wa Naqsyabandiyyah (TQN)Ponpes Suryalaya. Tempat tersebut berupa musholla di lahan milik ustd Tata putra "ma Ijah Cibuluh". lebih jelasnya beralamat di Pondok-"Sadarehe" desa Cipayung-kec Raja Galuh kabupaten Majalengka.
 
Pada awalnya mazlis tersebut didirikan oleh kyai Anang Sukmana Mulya putra "si Macan Ireng". Beliau juga sebagai pembina mazlis tersebut dibantu oleh sdr. Sahid Arifin cucu Syekh Abu Bakar Faqih "si Macan Suryalaya".
Nama gunung ini berasal dari kata [[cereme]] (''Phyllanthus acidus'', sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut '''Ciremai''', karena kebiasaan di wilayah Pasundan yang banyak menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
Kegiatan mazlis tersebut merupakan amaliyah ajaran TQN berupa: Dzikrullah, Khotaman, dan Manaqiban. Dengan adanya Mazlis tersebut diharapkan proses pengamalan berjalan secara istiqomah. Kini lantunan kalimat dzikir Laa ilaha illallah bergema dan menggetarkan gunung Ciremai.
 
Sedangkan upacara Manaqib Syekh Abdul Qodir jaelani qs dilaksanakan satu bulan sekali dihadiri para jamaah dari beberapa daerah, seperti: Cinambo, Sukamenak, Nunuk, Pancu Rendang, Cibuluh, Kopi kaung, Cirahayu, Maniis, juga dari Garut dan Jakarta.
== Vulkanologi dan geologi ==
Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, [[gunung berapi|gunungapi]] magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk [[Stratovolcano|strato]]. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan [[Gunung Galunggung]], [[Gunung Guntur]], [[Papandayan|Gunung Papandayan]], [[Gunung Patuha]] hingga [[Tangkuban Perahu|Gunung Tangkuban Perahu]]) yang terletak pada Zona Bandung.
 
Nama-nama para jamaah Mazlis Dzikir tersebut adalah: pak Ending, kyai Anang SM, Sahid Arifin, Tata, ma Ijah, ma Aan, Pak Udin, H.Abas, Rizal, Dedi Ompong, Salam (iwan Garut), Kopral Hendi, Aceng, Dudi, Kipli Gandul, Jaja Tesar, serta para ikhwan lainnya yang tak sempat ditulis satu-persatu. Semoga dengan adanya Mazlis Dzikir tersebut para ikhwan TQN yang berkunjung ke Taman Nasional Gunung Ciremai bisa dengan mudah dan leluasa mengamalkan kalimat Laa ilaa ha illallah. Amin.
Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk [[Gunung berapi|Kaldera]] Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
 
Sadarehe, Selasa 17 Februari 2009.
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan [[fumarola]] baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.
 
== Jalur pendakian ==
Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "'''Akar (Aktivitas Anak Rimba''')" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.
 
[[Kategori: Mazlis Dzikir TQN Suryalaya di Gunung Ciremai]]
== Keanekaragaman hayati ==
=== Vegetasi ===
[[Hutan]]-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan [[hutan produksi]] Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (''Pinus merkusii''), atau [[semak belukar]], yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk [[wanatani]] (''agroforest'') oleh masyarakat setempat.
 
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe [[hutan pegunungan bawah]] (''submontane forest''), [[hutan pegunungan atas]] (''montane forest'') dan [[hutan subalpin]] (''subalpine forest''), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
 
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
 
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan ([[tumpangsari]]), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
 
=== Margasatwa ===
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok [[pecinta alam]] [[Lawalata IPB]] di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies [[amfibia]] ([[kodok|kodok dan katak]]), berbagai jenis [[reptil]] seperti [[bunglon]], [[cecak]], [[kadal]] dan [[ular]], lebih dari 95 spesies [[burung]], dan lebih dari 20 spesies [[mamalia]].
 
Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:
** [[Bangkong bertanduk]] (''Megophrys montana'')
** [[Percil Jawa]] (''Microhyla achatina'')
** [[Kongkang Jangkrik]] (''Rana nicobariensis'')
** [[Kongkang kolam]] (''Rana chalconota'')
** [[Katak-pohon Emas]] (''Philautus aurifasciatus'')
 
** [[Bunglon Hutan]] (''Gonocephalus chamaeleontinus'')
** [[Cecak Batu]] (''Cyrtodactylus'' sp.)
 
** [[Elang Hitam]] (''Ictinaetus malayensis'')
** [[Elang Brontok]] (''Spizaetus cirrhatus'')
** [[Elang Jawa]] (''Spizaetus bartelsi'')
** [[Puyuh-gonggong Jawa]] (''Arborophila javanica'')
** [[Walet Gunung]] (''Collocalia vulcanorum'') [masih perlu dikonfirmasi]
** [[Takur Bultok]] (''Megalaima lineata'')
** [[Takur Tulung-tumpuk]] (''Megalaima javensis'')
** [[Berencet Kerdil]] (''Pnoepyga pusilla'')
** [[Anis Gunung]] (''Turdus poliochepalus'')
** [[Tesia Jawa]] (''Tesia superciliaris'')
** [[Ceret Gunung]] (''Cettia vulcania'')
** [[Kipasan Ekor-merah]] (''Rhipidura phoenicura'')
** [[Burung-madu Gunung]] (''Aethopyga eximia'')
** [[Burung-madu Jawa]] (''Aethopyga mystacalis'')
** [[Kacamata Gunung]] (''Zosterops montanus'')
 
** [[Tenggiling]] (''Manis javanica'')
** [[Tupai kekes]] (''Tupaia javanica'')
** [[Kukang]] (''Nycticebus coucang'')
** [[Lutung Surili]] (''Presbytis comata'')
** [[Lutung Budeng]] (''Trachypithecus auratus'')
** [[Ajag]] (''Cuon alpinus'')
** [[Teledu Sigung]] (''Mydaus javanensis'')
** [[Kucing Hutan]] (''Prionailurus bengalensis'')
** [[Macan Tutul]] (''Panthera pardus'')
** [[Kancil]] (''Tragulus javanicus'')
** [[Kijang]] (''Muntiacus muntjak'')
** [[Jelarang Hitam]] (''Ratufa bicolor'')
** [[Landak Jawa]] (''Hystrix javanica'')
 
{{Indo-geo-stub}}
 
[[Kategori:Gunung di Indonesia|Ciremai]]
 
[[en:Mount Cereme]]
[[fr:Ciremai]]
[[ms:Gunung Cereme]]
[[pl:Cereme]]
[[sk:Cereme]]
[[su:Gunung Ceremé]]