Rukun iman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yahya Tamrin (bicara | kontrib)
menambahkan konten dan referensi
Tag: Menghapus pengalihan VisualEditor
Yahya Tamrin (bicara | kontrib)
menambahkan konten dan referensi
Baris 2:
 
== Iman kepada Allah ==
 
=== Hubungan vertikal ===
Seorang muslim memiliki hubungan dengan Allah secara vertikal. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang muslim hanya akan memiliki nilai ketika dijadikan sebagai [[ibadah]] kepada Allah. Beriman kepada Allah merupakan persoalan terpenting bagi kehidupan seorang muslim.{{Sfn|Une, dkk.|2015|p=15-16}} Iman kepada Allah menjadi dasar bagi pembentukan identitas sebagai muslim. Beriman kepada Allah menjadi prinsip dasar bagi seluruh sistem umum yang ada di dalam kehidupan seorang muslim secara menyeluruh. Makna dari beriman kepada Allah yang paling dasar adalah meyakini keberadaan Allah dan meyakini bahwa Dialah pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta dan segala isinya. Kemudian, makna berikutnya ialah meyakini bahwa hanya Dialah Tuhan yang layak untuk disembah dan Dialah satu-satunya Tuhan serta tiada Tuhan lain selain Dia. Beriman kepada Allah juga berarti meyakini kesempurnaan dari sifat-sifatNya sesuai dengan dalil naqli dan dalil aqli.{{Sfn|Al-Jaza'iri|2020|p=1}}
 
=== Keberadaan Allah ===
Keberadaan Allah diberitahukan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur'an bersama dengan tauhid rububiyah terhadap makhlukNya. Allah juga menyatakan keberadaannya melalui nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya di dalam Al-Qur'an. Dalil yang menyebutkan keberadaan Allah antara lain pada [[Surah Al-A'raf]] ayat 54, [[Surah Al-Qasas]] ayat 30 dan Surah Taha ayat 14. Dalam Surah Al-A'raf ayat 54, Allah menjelaskan diriNya sebagai Tuhan yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa. Allah juga menjelaskan kekuasaannya dalam mengatur alam semesta melalui pengaturan siang dan malam, serta pengaturan pergerakan Matahari, Bulan dan Bintang. Bagian akhir dari ayat ini kemudian menjelaskan bahwa hanya Allah yang memiliki hak untuk mencipta dan memerintah alam semesta. Dalam Surah Al-Qasas ayat 30, Allah menyerukan diriNya sebagai Tuhan semesta alam kepada nabi Musa melalui sebatang pohon pada suatu lembah yang diberkahi. Sedangkan pada Surah Ta Ha ayat 14, Allah menyatakan diriNya sebagai satu-satunya Tuhan semesta alam yang berhak disembah dan diingat melalui [[salat]].{{Sfn|Al-Jaza'iri|2020|p=1-2}}
 
Keberadaan Allah melalui pengagungan diriNya sendiri beserta sifat=sifatNya di dalam Al-Qur'an. Hal ini antara lain disebutkan pada [[Surah Al-Hasyr]] ayat 22–24, [[Surah Al-Fatihah]] ayat 2–4, Surah Al-Anbiya' ayat 22 dan 92 serta Surah Al-Mu'minun ayat 52. Dalam Surah Al-Hasyr ayat 22–24, Allah menyebutkan beberapa sifatNya yaitu maha pemurah, maha penyayang, maha suci, maha sejahtera, maha mengaruniai keamanan, maha memelihara, maha perkasa, dan maha kuasa. Allah juga menyatakan diriNya sebagai yang mengetahui hal gaib dan kenyataan serta memiliki segala keagungan. Selain itu, Allah juga menyatakan bahwa Dialah pencipta yang mengadakan keberadaan dan membentuk rupa serta memiliki nama-nama yang baik. Dalam Surah Al-Fatihah ayat 2–4, Allah menyebutkan sifatNya sebagai yang maha pengasih, maha pemurah dan penguasa hari kiamat. Lalu pada Surah Al-Anbiya' ayat 22, Allah menyatakan bahwa langit dan Bumi akan hancur seandainya memiliki Tuhan lain selain Dia. Sedangkan Surah Al-Anbiya' ayat 92 menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan yang patut disembah melalui agama tauhid. Sedangkan pada Surah Al-Mu'minun ayat 52, Allah menyatakan diriNya sebagai Tuhan dan memerintahkan manusia untuk bertakwa kepadaNya.{{Sfn|Al-Jaza'iri|2020|p=2-3}}
 
=== Perbuatan syirik ===
Beriman kepada Allah harus bersifat murni. Setiap perbuatan atau pemikiran yang bersifat [[syirik]] harus dihilangkan. Hal ini dilakukan karena perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah. Pernyataan ini disebutkan di dalam Al-Qur'an pada Surah An-Nisa' ayat 48. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa diriNya akan mengampuni dosa apapun kepada siapapun yang dikehendakiNya, kecuali dosa akibat syirik.{{Sfn|Une, dkk.|2015|p=16-17}}
 
== Iman kepada nabi dan rasul ==
 
=== Kedudukan nabi dan rasul ===
Beriman kepada nabi dan rasul berarti meyakini bahwa para nabi dan rasul merupakan utusan dari Allah yang bertugas untuk memberikan kabar kepada manusia. Manusia harus meyakini keberadaan nabi dan rasul beserta tugasnya meskipun tidak pernah melihat maupun bertemu dengan mereka secara langsung. Keimanan ini meliputi pula perbedaan kedudukan antara nabi dan rasul sesuai dengan kitab-kitab ilmu tauhid. Kedudukan nabi ialah menerima wahyu, tetapi tidak wajib menyampaikannya kepada manusia lainnya. Sedangkan rasul juga menerima wahyu, tetapi wajib menyampaikannya kepada manusia lainnya. Rasul juga berperan menjadi teladan yang baik bagi manusia. Jumlah rasul yang disebutkan di dalam Al-Qur'an hanya sebanyak 25 orang.{{Sfn|Une, dkk.|2015|p=17}} Di dalam Al-Qur'an terdapat beberapa ayat yang menyebutkan tentang rasul, antara lain pada Surah An-Nisa' ayat 164 dan [[Surah Al-Mu'min]] ayat 78. Dalam Surah An-Nisa' ayat 164 disebutkan bahwa Allah mengutus para rasul yang sebagiannya diceritakan dan sebagian lainnya tidak diceritakan. Ayat ini menyebutkan bahwa para rasul ini melakukan mukjizat atas izin dari Allah. Mereka memperoleh perintah dari Allah yang kemudian mereka kerjakan secara adil dalam pengambilan keputusan.{{Sfn|Une, dkk.|2015|p=17-18}}
 
== Referensi ==