Sepatnunggal, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k {{rapikan}}
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
BUDAYA DAN AGAMA
 
Dalam segi budaya khususnya di bidang seni musik dan suara lebih banyak megadop budaya Sunda, seperti wayang Golek, Reog Sunda (ngabodor) dan Jaipongan. Walaupun hampir semuanya mengaku muslim tapi dalam ritual keagamaan dan adat banyak dipengaruhi oleh Budaya Hindu, sperti membuat sesaji dan masih kuatnya faham animistis dan dinamistis. Ada beberapa musholla tapi tidak ada jama'ahnya dan sampai tahun 1980-an hampir semua penduduk tidak melakukan Rukun Islam. Setelah tahun 1980an ada da'wah yang dilakukan oleh penduduk asli (yang telah belajar di pesantren seperti Sdr. Dasto) dan ada pula yang dilakukan oleh para pendatang (biasanya guru agama Islam yang ditugaskan di sekolahSekolah dasarDasar). Saat ini mungkin 45% sudah mulai menjalankan sholat 5 waktu dan puasa Ramadlon, dan mereka yang menjalankan itu sudah tidak lagi dimusuhi. Da'wah walau timbul tenggelam tapi masih tetap ada yang melakukannya.
 
EKONOMI
 
Perekonomian penduduk sebagian besar tergantung kepada hasil berkebun (singkong, jagung sayuran dan kayu keras) dan bersawah, kalaupun ada yang beternak biasanya hanya sampingan saja. Tingkat kesejahteraan, sebagian besar penduduk masih dalam katagori miskin (ekonomi lemah) sebagai buruh tani. Hanya sedikit yang tergolong ekonomi mampu / kuat. Ada sidikit yang membuka toko / warung. Sedikit sekali yang menjadi pegawai negeri.
 
PENDIDIKAN
 
Di antara desa-desa yang berada di pegunungan, desa Sepatnunggal dalam bidang pendidikan adalah yang paling maju. Hampir semua usia wajib belajar 9 tahun dapat dipenuhi. Dari desa ini (sejak tahun 1980an) sudah ada yang meneruskan pendidikan di perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai jenjang S2 (Sdr. Rustim Afandi - Notaris) dan jenjang S3 (Sdr. Karseno - Pengajar di Unsoed Purwokerto).