Malnutrisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan subjudul dan isi
Baris 8:
 
== Paramater malnutrisi ==
Salah satu tanda gizi buruk atau malnutrisi pada [[balita]] adalah berat badan balita berada di bawah garis merah dalam [[Kartu Menuju Sehat]] (KMS). Cara mengetahuinya adalah dengan melakukan pengukuran fisik anak atau [[antropometri]], seperti pengukuran berat badan, [[Tinggi badan manusia|tinggi badan]], lingkar [[lengan]] dan lain-lain, kemudian dibandingkan dengan angka standar (anak normal). Ada tiga parameter malnutrisi yang digunakan pada anak, yaitu berat badan dibandingkan umur anak, tinggi badan dibandingkan umur anak dan berat badan dibandingkan tinggi badan, kemudian parameter dibandingkan dengan nilai standar. Pasien anak dapat dikatakan mengalami malnutrisi apabila mengalami penurunan berat badan hingga lebih dari 2% selama kurang dari 7 hari perawatan, 5% dalam 8-30 hari perawatan atau lebih dari 10% selama lebih dari 30 hari perawatan.<ref>{{Cite book|last=NURRIZQI;|first=EKA FAJAR|date=2018|url=https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=16680&keywords=|title=GAMBARAN MALNUTRISI RUMAH SAKIT PASIEN ANAK DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI|publisher=Prodi DIII Gizi Semarang POLTEKKES KEMENKES SEMARANG|language=Indonesia|issn=2252-5068|url-status=live}}</ref>
 
== Penyebab umum ==
Malnutrisi dapat disebabkan oleh kekurangan asupan makanan, terisolasi secara sosial, ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan, kemiskinan, [[gangguan makan]], kondisi [[kesehatan mental]] dan efek samping obat-obatan.<ref>{{Cite web|date=2020-01-03|title=Malnutrition: Symptoms, causes, diagnosis, and treatment|url=https://www.medicalnewstoday.com/articles/179316|website=www.medicalnewstoday.com|language=en|access-date=2021-12-31}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|date=2017-10-23|title=Malnutrition – Causes|url=https://www.nhs.uk/conditions/malnutrition/causes/|website=nhs.uk|language=en|access-date=2021-12-31}}</ref> Sedangkan pada anak-anak umumnya disebabkan oleh kurangnya [[nafsu makan]], [[gangguan pencernaan]], dan bertambahnya kebutuhan energi yang dibutuhkan tubuh, terkena infeksi [[parasit]], [[campak]], [[diare]], [[malaria]], meminum air kotor, [[AIDS]], [[penyakit hati]], [[penyakit ginjal]] dan kekurangan asupan gizi tambahan.<ref name=":4" /><ref name=":1" />
 
Pada orang usia lanjut (lansia), status gizi berhubungan erat pula dengan kapasitas fungsional. Risiko malnutrisi pada usia lanjut ditemukan sebesar 8,6% pada perempuan dan 5,6% pada laki-laki. Ada pun faktor yang mempengaruhi malnutrisi pada orang usia lanjut, seperti kesulitan mengunyah, menelan dan merasakan makanan (bisa akibat perawatan mulut yang tidak memadai pada lansia, penurunan kemampuan indera perasa, hilangnya [[gigi]], faktor penyakit dan jenis makanan yang disediakan) serta gangguan kognitif yang menyebabkan lansia mengalami kemunduran fisik, psikis dan sosial sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.<ref>{{Cite journal|last=Sari|first=Wulan|last2=Septiani|first2=Winda|date=2019|title=Malnutrisi pada Lansia di Kota Pekanbaru|url=https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/296|journal=Jurnal Kesehatan Komunitas|language=en-US|volume=5|issue=1|pages=44-48|issn=2548-8538}}</ref>
 
== Diagnosa ==
Baris 22:
 
=== Kekurangan gizi (undernutrition) ===
Jenis malnutrisi ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan [[protein]], [[kalori]] atau [[zat gizi mikro]] yang cukup. Kekurangan gizi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti berat badan yang kurang dan ''[[stunting]]'' (perawakan pendek).<ref name=":6">{{Cite web|last=Olivia|first=Xena|date=23 September 2021|editor-last=Sartika|editor-first=Resa Eka Ayu|title=Penyakit Malnutrisi - Gejala, Penyebab, Pengobatan|url=https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/09/23/100000768/malnutrisi|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=24 Januari 2022}}</ref>
 
Secara klinis, keadaan malnutrisi dapat bermanifestasi sebagai berikut.
 
# '''Malnutrisi energi protein (PEM)''': PEM merupakan kondisi ketika asupan makanan tidak memiliki [[makronutrien]] ([[karbohidrat]], [[protein]] dan [[lemak]]). Anak dengan kondisi PEM akan mengalami kegagalan pertumbuhan. Pada kasus akut, anak bisa mengalami penurunan berat badan sehingga tampak kurus dan kehilangan lemak tubuhnya. Pada kasus kronis, anak yang tidak mendapat asupan gizi yang memadai dalam waktu lama akan mengalami ''stunting'' sehingga tubuhnya menjadi pendek dibandingkan dengan rentang tinggi badan normal. PEM adalah kelompok penyakit yang terdiri atas [[marasmus]], [[kwashiorkor]] dan marasmius-kwashiorkor'''.'''<ref name=":7">{{Cite web|last=Roseno|first=ditulis olehdr Citra|title=Penting! Jenis-Jenis Malnutrisi pada Si Kecil|url=https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700120/penting-jenis-jenis-malnutrisi-pada-si-kecil|website=klikdokter.com|access-date=2022-01-24}}</ref> '''Marasmus''' adalah kondisi kekurangan kalori dan energi. Pada umumnya, marasmus diderita oleh [[bayi]] (pada dua belas bulan pertama) karena terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus merupakan malnutrisi pada [[pasien]] yang menyebabkan penderitanya kehilangan lebih dari 10% berat tubuhnya, dengan tanda-tanda klinis berupa berkurangnya simpanan lemak dan protein yang disertai dengan gangguan fisiologis, tanpa adanya [[cedera]] atau kerusakan jaringan ([[sepsis]]).<ref name=":7" /><ref name=":8">{{Cite web|last=kesmas|date=2015-04-25|title=Gejala Klinis Marasmus-Kwasiorkor-Marasmus Kwasiorkor|url=http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-tipe-kurang-energi-protein/|website=The Indonesian Public Health|language=en-US|access-date=2022-01-24}}</ref> '''Kwashiorkor''' adalah kondisi kekurangan protein. Pada umumnya kwashiorkor dialami oleh pasien yang mengalami hipermetabolik sesaat mengalami cedera hebat atau sepsis berat jika terjadi [[edema]] di seluruh tubuh dan [[hipoalbuminemia]]. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak berusia dua hingga tiga tahun akibat terlambat disapih sehingga komposisi makanan tidak seimbang, terutama unsur protein.<ref name=":7" /><ref name=":8" /> '''Marasmus-kwashiorkor''' adalah gabungan antara kondisi marasmus dan kwashiorkor. Kondisi malnutrisi ini terjadi karena makanan sehari-harinya tidak mengandung protein dan energi yang cukup untuk pertumbuhan normal. Mereka yang mengalami marasmus-kwashiorkor bisa mengalami penurunan berat badan hingga di bawah 60% dari berat badan normal.<ref name=":7" /><ref name=":8" />
# '''Penyakit defisiensi makrobutrienmakronutrien (MDD)''': Defisinsi makronutrien didefinisikan sebagai kekurangan vitamin dan mineral esensial yang dibutuhkan oleh meski dalam jumlah sedikit untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mikronutrien esensial dalam hal ini antara lain (tetapi tidak terbatas pada) zat besi, seng, kalsium, yodium, vitamin A, B dan C. Defisiensi mikronutrien merupakan masalah kesehatan global yang penting. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada lebih dari dua miliar penduduk dunia mengalami defisiensi mikronutrien. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan fisik dan mental yang buruk pada anak-anak, kerentanan terhadap penyakit, keterbelakangan mental, kebutaan dan gangguan umum pada produktivitas dan potensi.<ref>{{Cite journal|last=Ritchie|first=Hannah|last2=Roser|first2=Max|date=2017-08-11|title=Micronutrient Deficiency|url=https://ourworldindata.org/micronutrient-deficiency|journal=Our World in Data}}</ref>
 
==== Defisiensi vitamin A ====
Baris 37:
==== Defisiensi yodium ====
Defisien yodium merupakan penyebab umum terjadinya gangguan jiwa, setidaknya 54 negara terjangkit kondisi ini.<ref>{{Cite web|title=WHO {{!}} Micronutrient deficiencies|url=https://www.who.int/nutrition/topics/idd/en/|website=WHO|access-date=2022-01-03}}</ref> Penyakit [[gondok]] merupakan tanda jelas terkena kondisi ini, dan sering terjangkit oleh perempuan.<ref name=":4" /> Defisiensi yodium akut pada ibu dapat menyebabkan [[kretinisme]] pada bayi yang lahir. Anak ini umumnya akan [[tuli]], [[bodoh]], lambat, dan tendesi terkena [[sembelit]].<ref name=":4" />
 
Defisiensi zat besi
 
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi paling sering yang terjadi pada anak-anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir usia akhir bayi hingga masa awal anak-anak, diantaranya terdapat pada masa kehamilan dan percepatan pertumbuhan anak-anak yang disertai dengan rendahnya asupan besi dari makanan atau konsumsi susu formula dengan kadar besi yang kurang. Selain ittu, ADB juga sering ditemukan pada remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak besi dan diperberat dengan kehilangan darah karena menstruasi yang terjadi pada remaja putri. Kekurangan zat besi sangat berdampak pada fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan bayi. Pada ibu hamil, kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko prenatal dan mortalitas bayi.<ref>{{Cite journal|last=Fitriany|first=Julia|last2=Saputri|first2=Amelia Intan|date=2018|title=Anemia Defisiensi Besi|url=https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/view/1033/552|journal=Jurnal Averrous|volume=4|issue=2|doi=}}</ref>
 
=== Kelebihan gizi (overnutrition) ===