Baru, Sinjai Tengah, Sinjai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Laha Bete (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Laha Bete (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 24:
''Akkarungeng Ba'nyira'' adalah sub-kerajaan ''Manimpahoi,'' salah satu kerajaan anggota ''Pitu Limpoe'' (Federasi Tujuh Kerajaan Dataran Tinggi Sinjai). Sinjai pra kemerdekaan terdiri dari 10 kerajaan yang dibagi atas 2 federasi berdasarkan letak geografis. 3 kerajaan pesisir tergabung dalam Tellu Limpoe (''Kerajaan Bulo-Bulo, Tondong, & Lamatti)''. 7 kerajaan dataran tinggi masuk dalam Pitu Limpoe (''Kerajaan Manimpahoi, Pao, Turungeng, Suka, Balasuka, Terasa, & Manipi)''. Kesepuluh kerajaan otonom ini berdampingan secara damai dan berdiri sendiri.
 
Menilik silsilah dari 7 penguasa anggota Pitu Limpoe, mereka adalah 7 saudara kandung berdarah campuran Bugis Bone, Sinjai, & Makassar Gowa. Anak Raja Tallo (kerajaan suku Makassar yang area kekuasaannya mencakup sebagian area Kabupaten Gowa, Kota Makassar, & Kabupaten Maros saat ini), menikahi ''To Manurungnge Liju di'' Turungeng (Sinjai Barat saat ini). Anak perempuan mereka diangkat menjadi Ratu Turungeng pertama & menikah dengan anak raja Bone. Mereka memiliki 1 puteri & 6 putera. Puteri pertama menggantikan ibunya sebagai Ratu Turungeng kedua, sedangkan 6 anak laki-laki lainnya berpencar ke timur dan ke barat mendirikan kerajaannya masing-masing yang kemudian menjadi Federasi Pitu Limpoe.
 
6 raja dan ratu berbicara dalam bahasa Konjo & Makassar, bergelar ''Karaeng.'' Satu-satunya yang berbahasa Bugis adalah Raja Manimpahoi yang bertahta di area paling timur, disebut ''Aru/Arung.'' Perbedaan bahasa & gelar tersebut tidak luput dari letak geografis tiap kerajaan yang terpisah satu sama lain di area pegunungan.