Liputan 6: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 50:
Pada [[24 Agustus]] [[1996]], Liputan 6 kemudian juga memunculkan program berita pagi bernama '''Liputan 6 Pagi''' yang disiarkan pada pukul 05:30-07:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]], awalnya dibawakan oleh Ira Koesno dan [[Jeremy Teti]] sebagai penyiar utama termasuk penyiar khusus segmen olahraga dan prakiraan cuaca secara selektif.<ref>[https://detikforum.detik.com/acara-televisi-jadul-t59526p369.html SURYA Citra Televisi (SCTV) mulai 24 Agustus 1996, menghadirkan...]</ref> Selanjutnya, pada [[10 Maret]] [[1997]], sebuah [[program berita]] [[bahasa Inggris]] dengan nama '''News Watch''', mulai mengudara. Tidak lama kemudian, juga muncul program berita siang bernama '''Liputan 6 Siang''', yang sama seperti Liputan 6 Petang, awalnya bersiaran selama 30 menit namun kemudian menjadi 1 jam sejak [[4 Februari]] [[1998]].
Pada tanggal [[16 Februari]] hingga [[5 April]] [[1998]], [[SCTV]] sempat menghentikan penayangan Liputan 6 Pagi dikarenakan pengurangan jam tayang [[SCTV]] di [[pagi|pagi hari]] sebagai akibat dampak dari [[Krisis finansial Asia 1997|krisis moneter Asia 1997-1998]]. Namun, penghentian ini tidak berlangsung lama, karena acara tersebut kembali ditayangkan mulai [[6 April]] [[1998]] akan tetapi Liputan 6 Pagi saat itu hanya berdurasi 1 (satu) jam pada pukul 06:00-07:00 WIB. Sejak 1 Oktober 1998, Liputan 6 Pagi kembali berdurasi 1,5 jam untuk pertama kalinya sejak edisi 15 Februari 1998 yakni menggunakan jam tayang lama pada pukul 05:30-07:00 WIB.
Menjelang kejatuhan rezim [[Orde Baru]], popularitas acara yang baru berusia 2 tahun ini langsung meroket, karena dianggap berani dan kritis dalam memberitakan arus gerakan [[Reformasi]]. Misalnya, dalam [[Kerusuhan Mei 1998|huru-hara massal pada 13-15 Mei 1998]], dibanding [[TVRI]] maupun beberapa siaran berita lain, Liputan 6-lah yang berani menyiarkan situasi ''lawless'' pada saat itu: orang-orang menjarah tanpa adanya tindakan apapun dari aparat keamanan.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=ou20DwAAQBAJ&pg=PA175&dq=liputan+6+sctv&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwit1_j8qurzAhXWQ30KHWi6CXoQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=liputan%206%20sctv&f=false Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi]</ref> Dan puncaknya, dalam suatu peristiwa fenomenal pada 17 Mei 1998, penyiar SCTV [[Ira Koesno]] sendiri dengan berani menghadapi wawancara bersama [[Sarwono Kusumaatmadja]] (mantan [[Daftar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia|Menteri Lingkungan Hidup]]) yang meminta "cabut gigi" agar "gigi" baru bisa tumbuh kembali dan sehat (artinya agar [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]] mundur pasca huru-hara massal yang terjadi beberapa hari sebelumnya). Akibat peristiwa tersebut, Sumita yang merupakan PemRed SCTV dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya, dan Gontha sendiri mendapat teguran keras dari [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]] serta [[Panglima ABRI]] [[Wiranto]]. Hampir saja Gontha mengancam akan menutup SCTV karena insiden itu, tetapi ia kemudian sadar bahwa Soeharto sudah benar-benar tidak disenangi pada saat itu dan tindakannya itu hanya akan merugikan SCTV.<Ref name="ishadi"/>
|