Prasasti Luitan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Lokasi_Prasasti_Luitan.jpg|jmpl|Tempat ditemukannya Prasasti]]▼
[[Berkas:Panembahan_Lingga.jpg|jmpl|Situs batu Lingga]]▼
[[Berkas:PRASASTI_LUITAN.jpg|jmpl|Prasasti Luitan berangka tahun 823 Çaka atau 901 M. Prasasti yang diketemukan pada tahun 1976 di Cilacap ini memuat suatu masalah sosial dari satu kelompok masyarakat, yaitu proses pengenaan pajak atas tanah yang tidak benar.]]
'''Prasasti Luitan''' adalah prasasti peninggalan maharaja [[Dyah Balitung]] berangka tahun 823 Çaka atau 901 Masehi<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-luitan|title=Prasasti Luitan|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng|access-date=31-01-2022}}</ref> yang ditemukan pada tahun 1976 di [[Pesanggrahan, Kesugihan, Cilacap|Desa Pesanggrahan]], [[Kesugihan, Cilacap|Kecamatan Kesugihan]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]], [[Jawa Tengah]]. Sekarang prasasti tersebut disimpan di [[Museum Ranggawarsita]] [[Kota Semarang|Semarang]].
===Alih Aksara===▼
{{cquote|''..Swasti sakawarsatita 823 caitra masa tithi dasami krsnakapsa wa. Ka. Wr. Wara sathabhisa naksatra indra yoga tatkala….. anak wanua I luitan watak kapung manamwah I rakryan mapatih I hino umajarakan parnnah nikanang sawah kmitanya tan wnang manisi uddhara sangka ri hot nikanang sinanguh satampah kinonakanya ukuran de rakryan mapatih muang rakryan I pagarwsi anung kinon manukura sang wahuta hyang kudur muang rowang rakryan I pagarwsi sunguh pua ya an mahot ikana tampahnya tan wnang manisi ta ru a tnah ing satampah muang tan wnangnya makatik 6 inataan sambah nikanang rama masawaha lamwit 1 tampah 7 muang makatika 4 apan samangkana kirakiranyan sampun….''}}▼
Prasasti ini ditulis pada lempengan tembaga pada salah satu sisi dengan 13 baris menggunakan [[Aksara Kawi|Aksara Jawa Kuno]].<ref name=":1">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-luitan-823-s-901-m|title=Prasasti Luitan (823 Ś = 901 M)|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng|access-date=31-01-2022}}</ref> Prasasti Luitan berisi mengenai warga Desa Luitan yang mengajukan permohonan keringanan pajak kepada penguasa karena merasa bahwa lahan mereka terlalu kecil untuk dikenai pajak. Setelah dilakukan pengukuran ulang lahan milik warga Desa Luitan, maka permohonan keringanan pajak tersebut dikabulkan oleh penguasa. Pada intinya, prasasti tersebut berisi tentang persoalan pajak dan penyelewengan pejabat kerajaan.<ref name=":2">{{cite book|firs=Titi|last=Surti Nastiti|title=''Tiga Prasasti Dari Masa Balitung''|publisher=Proyek Penelitian Arkeologi Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|date=1982|location=Jakarta|page=12}}</ref>
''Selamat. Telah berlalu tahun saka 823 bulan caitra tanggal 10 kresnapaksa hari was kamis kaliwuan, bintang sathabhisa yoga indra. Pada waktu itulah penduduk desa luitan yang masuk wilayah watek kapung berdatang sembah menghadap rakryan mapatih I hino, mereka mengadukan bahwa sawah yang digarap tidak sanggup memenuhi bagian yang diwajibkan, karena sempitnya yang dianggap satu tampah. Hingga kemudian diperintahkan untuk diukur kembali oleh rakryan mapatih hino dan rakryan I pagerwsi. Adapun yang mendapat tugas melakukan pengukuran kembali [tanah milik penduduk desa luitan itu] adalah sang wahuta hyang kudur dan pembantu darin rakryan pagerwsi. Dan diketahui bahwa sempitnya tampah tidak dapat memenuhi satu setengah setiap satu tampahnya serta tidak sanggup mempunyai enam pekerja. Maka dikabulkanlah permohonan dari kepala desa itu untuk mengerjakan sawah seluas 1 lamwit 7 tampah dan dapat memiliki empat pekerja. Karena memang demikianlah perkiraannya setelah diukur kembali''▼
Berikut ini adalah alih aksara Prasasti Luitan (Nastiti, 1982: 12):<ref name=":2"/>
▲{{cquote|''..Swasti sakawarsatita 823 caitra masa tithi dasami krsnakapsa wa. Ka. Wr. Wara sathabhisa naksatra indra yoga tatkala….. anak wanua I luitan watak kapung manamwah I rakryan mapatih I hino umajarakan parnnah nikanang sawah kmitanya tan wnang manisi uddhara sangka ri hot nikanang sinanguh satampah kinonakanya ukuran de rakryan mapatih muang rakryan I pagarwsi anung kinon manukura sang wahuta hyang kudur muang rowang rakryan I pagarwsi sunguh pua ya an mahot ikana tampahnya tan wnang manisi ta ru a tnah ing satampah muang tan wnangnya makatik 6 inataan sambah nikanang rama masawaha lamwit 1 tampah 7 muang makatika 4 apan samangkana kirakiranyan sampun….''}}
[[Berkas:Peta_Pasanggrahan.jpg|jmpl|Kesugihan, Cilacap.]]▼
== Alih Bahasa ==
Berikut ini adalah terjemahan bebas Prasasti Luitan (Nastiti, 1982: 12):<ref name=":2"/>
▲''Selamat. Telah berlalu tahun saka 823 bulan caitra tanggal 10 kresnapaksa hari was kamis kaliwuan, bintang sathabhisa yoga indra. Pada waktu itulah penduduk desa luitan yang masuk wilayah watek kapung berdatang sembah menghadap rakryan mapatih I hino, mereka mengadukan bahwa sawah yang digarap tidak sanggup memenuhi bagian yang diwajibkan, karena sempitnya yang dianggap satu tampah. Hingga kemudian diperintahkan untuk diukur kembali oleh rakryan mapatih hino dan rakryan I pagerwsi. Adapun yang mendapat tugas melakukan pengukuran kembali [tanah milik penduduk desa luitan itu] adalah sang wahuta hyang kudur dan pembantu darin rakryan pagerwsi. Dan diketahui bahwa sempitnya tampah tidak dapat memenuhi satu setengah setiap satu tampahnya serta tidak sanggup mempunyai enam pekerja. Maka dikabulkanlah permohonan dari kepala desa itu untuk mengerjakan sawah seluas 1 lamwit 7 tampah dan dapat memiliki empat pekerja. Karena memang demikianlah perkiraannya setelah diukur kembali''
===Referensi===▼
{{Reflist|2}}
[[Kategori:Prasasti di Jawa Tengah|Luitan]]
[[Kategori:Kesugihan, Cilacap]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
|