Lakilaponto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AdhiOK (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 17915318 oleh 114.125.171.168 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 22:
|known_for =
|notable_works =
|title = Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis ; [[Halu Oleo]] ; Landolaki; Murhum
|term = 1538-1584
|predecessor =
Baris 31:
# Wa Ode Pogo,
# Wa Tampoidongi,
# Anawai Angguhairah,
# Wa Sameka,
# putri raja Jampe,
Baris 38 ⟶ 37:
# La Tumparasi (Sangia Boleko)
# La Sangaji (Sangia Makengkuna)
# Wa Ode Poasia
# Wa Ode Lepo-lepo
# Wa Ode Konawe
# Paramasuni
# Wasugirampu
Baris 57 ⟶ 53:
Setelah menjadi Raja Buton, dengan pertimbangan para petinggi kerajaan Buton,dengan mempertimbangkan konsep pertahanan negara mirip perahu bercadik (sayap), maka dipertimbangkan untuk membuka wilayah militer dan perwakilan pemerintahan, maka dia memutuskan untuk mengakhiri masa pemerintahan Kino di Bombonawulu, dan membuka wilayah baru di wilayah lain Pulau Pancana, yaitu di wilayah Wuna (Moena), dan mengabadikan nama wilayah tersebut menjadi nama kerajaan baru, yakni Kerajaan Muna, dan menunjuk adiknya La Posasu menjadi pimpinan di wilayah tersebut sebagai Lakina (Raja Wilayah Federasi Kesultanan Buton)
 
Di kemudian hari La Kilaponto kemudian menobatkan dirinya sebagai Sultan [[Buton]] I dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatl Khamis atau lebih dikenal dengan Sultan [[Murhum]] dan mengubah bentuk pemerintahan Buton menjadi Kesultanan setelah ia memeluk agama [[Islam]]. Sejak itu Islam berkembang pesat di [[Buton]]. Nama [[Halu Oleo]] diabadikan oleh masyarakat [[Sulawesi Tenggara]], yaitu [[Universitas Halu Oleo]], [[Komando Resor Militer 143|Korem 143/Halu Oleo]] dan [[Bandar Udara Internasional Haluoleo]] di [[Kendari]]. Kata “Haluoleo” diambil dari peristiwa perang delapan hari 8 antara kerajaan konawe dan mekongga yang kemudian di damaikan oleh La Kilaponto karena setelah menjadi sultan Buton beliau juga menjadi Raja di Kerajaan Konawe. Lakilaponto selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam [[bahasa Tolaki]] atau Alu gholeo dalam bahasa Muna – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari.
 
== Silsilah Lakilaponto ==