Langgam Korintus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
Ketika [[Renaisans Italia|Italia tengah dilanda Renaisans]] gelombang pertama, pakar teori arsitektur Firenze, [[Francesco di Giorgio]], mengejawantahkan analogi-analogi manusiawi, yakni pengibaratan bentuk bangunan dengan bentuk tubuh manusia, yang kerap dipakai para penulis penganut pandangan Vitruvius. Pada gambar-gambar persegi, ia menumpangtindihkan citra ganja langgam Korintus dengan citra kepala manusia guna memperlihatkan proporsi-proporsi umum yang terdapat pada keduanya.<ref>Kertas-kertas kerja Francesco di Giorgio berikut gambar-gambarnya, dari kodeks Saluzziano buatan Turin yang memudat karya tulisnya, ''Trattati di architettura ingegneria e arte militare'', ''[[circa|ca]]''. 1480–1500, diilustrasi [[Rudolf Wittkower]], ''Architectural Principles in the Age of Humanism'' (1962) 1965, pl. ic</ref>
 
[[Arkitraf]] langgam Korintus terdiri atas dua atau tiga bagian yang dapat saja sebangun atau memiliki keterkaitan proporsi yang mengesankan. Di atas arkitraf yang polos tanpa hiasan, bertengger [[friz|fris]], yang dapat saja diperindah dengan ukiran corak hias tak terputus dan dapat pula dibiarkan polos, seperti yang tampak pada bagianbangunan perluasanbaru darihasil perluasan [[Gedung Kapitol]]. Proporsi arkitraf dengan fris di Gedung Kapitol adalah 1 banding 1. Profil lis pada balok ambangnya serupa dengan profil lis pada langgam Yonia. Jika sangat menjorok, lisnya dapat ditopang siku-siku penyangga, yakni serangkaian siku-siku hias yang dipakai di bawah lis.
 
Pilar langgam Korintus hampir selalu beralur, dan alur tersebut dapat saja diperindah lebih lanjut dengan hiasan tambahan. Alur dapat ditambahi isian, yakni ukiran galah yang mengisi cekungan alur tanpa ujung maupun alur berujung. Ukiran galah dibuat setinggi satu pertiga tinggi pilar, yakni sampai ke pangkal [[entasis]]. Dalam bahasa prancis, hiasan semacam ini disebut ''chandelles'', dan ujungnya kadang-kadang ditambahi ukiran nyala api atau bunga lonceng. Isian dapat pula diganti ukiran manik-manik atau rangkaian cula. Karena merupakan langgam yang paling luwes, langgam Korintus membuka lebih banyak kesempatan untuk menciptakan variasi.