Mahmud Muhammad Taha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
GuerraSucia (bicara | kontrib)
GuerraSucia (bicara | kontrib)
Baris 75:
Menurut penulis biografi Mahmud, Edward Thomas, Mahmud sebenarnya menentang sunat perempuan, tetapi ia juga menolak undang-undang yang melarang praktik tersebut. Ia meyakini bahwa sunat perempuan hanya dapat dihapuskan lewat pendidikan. Walaupun sikap Mahmud membuat orang mengira bahwa ia mendukung praktik tersebut, demonstrasi di Rufa'a tetap dianggap sebagai tindakan perlawanan terhadap penjajah Inggris.{{sfn|Thomas|2011|pp=76}} Insiden ini juga semakin membuat Mahmud dikenal umum.{{sfn|Thomas|2011|pp=75}}
 
Mahmud dijebloskan ke penjara di Wad Medani.{{sfn|Thomas|2011|pp=79}} Ia sempat membina hubungan dengan dunia luar dan masih meneruskan kegiatannya, tetapi setelah hal ini diketahui oleh aparat, ia dipindahkan ke Penjara Kober di Khartoum.{{sfn|Thomas|2011|pp=80}} Pada masa pemenjaraan ini, Mahmud memutuskan untuk ber[[khalwat]], yaitu kegiatan menyepi dalam tradisi [[Sufi]].{{sfn|An-Na'im|1988|p=10}}{{sfn|Thomas|2011|pp=83}} Setelah keluar dari penjara pada akhir tahun 1948,{{sfn|Thomas|2011|pp=85}} ia terus berkhalwat selama tiga tahun. Saat berkhalwat inilah ia mendapatkan ilham keagamaannya dan mencetuskan gagasan teori evolusi hukum Islam (''tatwir al-Tashritashri al-Islami '').{{sfn|An-Na'im|1988|p=10}}
 
== Penyebaran ajaran ==
Sekembalinya dari berkhalwat, Mahmud pindah ke Omdurman bersama keluarga. Pada masa ini, adiknya, Mukhtar, meninggal dunia akibat wabah meningitis seperti halnya ibunda mereka. Mukhtar pernah menikah lima kali, dan masing-masing istri memiliki anak darinya; Mahmud memutuskan untuk menyediakan nafkah untuk mereka, membelikan mereka rumah di Omdurman, dan membiayai pendidikan mereka. Mahmud kembali bekerja di perusahaan Sudan Light and Power Company dan memiliki cukup uang untuk menanggung keluarganya yang besar. Pada awal dasawarsa 1950-an, ia mundur dari pekerjaannya dan menjadi kontraktor di Khartoum.{{sfn|Thomas|2011|pp=92-93}}
 
Kegiatan kelompok Jumhuri berlanjut setelah Mahmud kembali dari khalwatnya. Dalam pertemuan partai yang diselenggarakan pada November 1951, Mahmud menjelaskan gagasannya mengenai Islam yang baru. Gagasan ini menyeimbangkan kebebasan individu dengan kepentingan masyarakat.{{sfn|Thomas|2011|p=97}} Pada tahun 1952, ia menerbitkan buku yang berjudul ''Qul Hadhihi Sabili'' ("Inilah Jalanku"). Ia mengumandangkan peradaban Islam yang baru yang memadukan spiritualitas timur dengan kemajuan Barat. Di buku ini, Mahmud juga tetap meneruskan kegiatan antipenjajahannya; ia menyerukan [[pembangkangan sipil]] untuk mengusir penjajah.{{sfn|Thomas|2011|p=98}}
<!--
== Filosofi ==