Cincin Utama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
change redirect Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Change translation Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 186:
Pelajar Tolkien Eric Katz, tanpa mengacu bahwa Tolkien sadar mengenai Cincin Gyges, menulis bahwa "Plato ''membantah'' bahwa kerusakan [moral] semacam itu dapat terjadi, tapi Tolkien menunjukkan perubahan ini melalui pikiran dan perbuatan karakter-karakter miliknya".<ref name="Katz 2003" /> Dalam pandangan Katz, Plato mencoba untuk membalas "kesimpulan sinis" bahwa kehidupan bermoral dipilih oleh orang-orang lemah; Glaucon berpendapat bahwa orang-orang hanya bersikap "baik" karena mereka pastinya akan ditangkap apabila mereka berbuat sebaliknya. Plato membantah bahwa kehidupan tidak bermoral tidak baik karena merusak jika seseorang. Jadi, Katz menyatakan, menurut Plato orang yang bermoral memiliki kedamaian dan kebahagiaan, dan tidak akan menggunakan Cincin Kekuasaan.<ref name="Katz 2003" /> Dalam pandangan Katz, kisah karya Tolkien "mendemonstrasikan berbagai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan Plato: apakah seseorang yang berkeadilan akan terpengaruh terhadap kesempatan untuk memiliki kekuasaan yang hampir tiada batas?"<ref name="Katz 2003" /> Pertanyaan tersebut terjawab dalam berbagai cara: Gollum adalah sosok yang lemah, mudah terpengaruh, dan akhirnya binasa; Boromir, pada awalnya, adalah seorang yang berbudi luhur, tetapi seperti Gyges karya Plato, terpengaruh "oleh godaan akan kekuasaan"<ref name="Katz 2003" /> oleh Cincin, bahkan jika ia hanya ingin menggunakannya untuk perbuatan baik, tapi kemudian menebus kesalahannya dengan melindungi para hobbit sampai mati; Galadriel yang "tangguh dan berbudi mulia"<ref name="Katz 2003" />, yang dapat melihat dengan jelas akan berakhir seperti apakah dia jika ia mengambil cincin itu, menolaknya; Tom Bombadil yang abadi, dikecualikan dari kekuatan buruk dan kemampuan tembus pandang dari Cincin itu; Sam yang menggunakan cincin itu hanya dalam keadaan gawat, tetapi tidak tergoyahkan dari bayangan "Samwise si Kuat, Pahlawan Zaman Ini"; dan akhirnya Frodo yang memburuk secara bertahap, tapi terselamatkan oleh rasa belas kasihannya kepada Gollum di awal, dan keputusasaan Gollum untuk Cincin itu. Katz menyimpulkan bahwa jawaban Tolkien terhadap pertanyaan Plato yang berbunyi "Kenapa kita harus menjadi orang bermoral?" adalah "untuk menjadi dirimu sendiri."<ref name="Katz 2003">{{cite book|last=Katz|first=Eric|year=2003|title=The Rings of Tolkien and Plato: Lessons in Power, Choice, and Morality|work=The Lord of the rings and philosophy : one book to rule them all|publisher=Open Court|isbn=978-0-8126-9545-8|editor-last=Bassham|editor-first=Gregory|pages=5–20|oclc=863158193}}</ref>
=== Objektif
[[Berkas:Rosebury's_analysis_of_Lord_of_the_Rings.svg|jmpl|Diagram analisis [[The Lord of the Rings|''The Lord of the Rings'']] menurut [[Brian Rosebury]]'s, dengan kombinasi antara
Pelajar sastra [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Brian_Rosebury Brian Rosebury] mencatat bahwa ''The Lord of the Rings'' mengombinasikan berbagai adegan atau tablo yang perlahan dan deskriptif yang mengilustrasikan Middle-earth dengan alur pemersatu dalam bentuk
=== Kecanduan terhadap kekuatan ===
|