Mencuci tangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Referensi: memperbaharui sumber yang sudah mati.
k Membatalkan 1 suntingan by Revonteknologi (bicara): Iklan
Tag: Pembatalan
Baris 72:
* Di [[Ghana]], tercatat 25 persen dari seluruh kematian yang dialami oleh balita adalah diakibatkan oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar penyakit yang diderita oleh anak-anak. Balita umumnya mengalami tiga hingga lima kali diare selama satu tahun dan jumlah yang kurang lebih sama dialami oleh penderita penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini berarti 9 juta kejadian penyakit diare dapat dicegah setiap tahunnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Penduduk di Ghana adalah pengguna sabun yang aktif, mereka membeli banyak sabun untuk kebutuhan sehari-harinya. Namun hampir seluruh sabun digunakan untuk mencuci piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di Ghana, 75 persen ibu rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka dengan sabun, tetapi setelah dilakukan penelitian terstruktur, ternyata hanya 3 persen yang benar-benar melakukannya, sementara 32 persen hanya mencuci tangan mereka dengan air. Beberapa alasan mengapa ibu-ibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa merasa tangan terasa bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan dengan sabun juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka menyayangi anak mereka, dan pada saat yang sama meningkatkan status sosial mereka. Kampanye mencuci tangan dengan sabun dimulai pada tahun 2003 di Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta ([[Procter & Gamble]]) dan pada tahun 2007 menunjukkan 13 persen kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan 41 persen kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.<ref>{{en}} [http://www.nytimes.com/2008/07/13/business/13habit.html?em&ex=1216180800&en=893d6d16b2643e20&ei=5087%0A New York Times: Warning Habbit May Be Good For You]</ref>
* [[Indonesia]]: perilaku sanitasi pada umumnya diperkenalkan melalui program pemerintah pada tahun 1970, dimana masyarakat diajarkan untuk menggunakan [[MCK]] dan mandi dua kali sehari (Lumajang, Jawa). Lalu program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat mencuci tangan dengan sabun sebelum makan di sekolah-sekolah dasar. Guru dan staf kesehatan bersama membuat tempat air (dari kaleng cat bekas atau ember plastik, apapun yang tersedia) untuk digunakan oleh anak-anak. Lalu para staf kesehatan melatih guru untuk memeriksa kebersihan para muridnya. Di Pakel, Lumajang, guru juga menyimpan catatan kebersihan anak didiknya untuk melihat apakah perilaku mereka berubah, dalam catatan terlihat bahwa selain penurunan tingkat absensi (tidak sekolah), kini anak-anak juga menjadi rajin beribadah tengah hari karena tersedianya air untuk [[wudhu]], yang sebelumnya tidak bisa mereka lakukan karena kesulitan akses air.<ref>{{en}} [http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1152870963030/2753486-1165385030085/3232453-1166597289458/VOPcasestudy5.pdf World Bank Report: Making Services Works for The Poor, Nine Case Studies from Indonesia. P. 109 Case Study 5]</ref> Di daerah lain di Indonesia perilaku mencuci tangan dengan sabun juga diperkenalkan melalui program dokter kecil pada tahun 2007.<ref>{{id}} [http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=179099 Suara Karya Online: Dokter Kecil, Sang Ujung Tombak Budaya Sehat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120211154334/http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=179099 |date=2012-02-11 }}</ref> Dalam sinetron Si Entong yang ditayang di TPI pada 31 Agustus 2008,<ref>Tayangan TPI, Sinetron si Entong: 31 Agustus 2008</ref> tampak Entong menjadi pelaku penyuluhan cilik mengajak masyarakat untuk mencuci tangan di pos kesehatan di kediamannya. Perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit juga menjadi salah satu strategi nasional oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi STBM ini juga merupakan implementasi strategi utama Departemen Kesehatan yaitu untuk memobilisasi dan memberdayakan masyarakat agar memilih hidup sehat.<ref>{{id}} [http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/04/19220986/terapkan.sanitasi.total.berbasis.masyarakat.. Kompas: Terapkan Sanitasi Total Berbasiskan Masyarakat]</ref>
* Pada sebuah penelitian di [[Filipina]] yang dipublikasikan oleh Bank Dunia pada tahun [[2008]] perilaku praktik-pratek kesehatan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi biaya-biaya kesehatan hingga US$455 juta dollar. Sumbangan terbesar dari angka ini terkait dengan angka kematian (yang menjadi biaya terbesar), dan biaya lainnya terkait dari dampak ekonomi seperti kehilangan kesempatan (waktu) untuk sekolah dan memperoleh pendidikan karena sakit, hilangnya waktu produktivitas anggota keluarga karena harus mengurus penderita, biaya-biaya yang harus dibayar di fasilitas kesehatan termasuk biaya administrasi, obat, penanganan kesehatan, dan transportasi.<ref>[httpshttp://revonwds.coworldbank.idorg/wastafel-cuci-tangan-portableexternal/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2008/06/23/000333038_20080623011756/Rendered/PDF/443260v20WSP001mic0impacts01PUBLIC1.pdf WastafelBank PortableDunia: TanpaDampak KranEkonomi Sentuhdi Filipina, Studi Kasus di Kamboja, Indonesia, Laos, Filipina, dan Vietnam oleh ESI]{{Pranala Diaksesmati|date=Mei Tanggal2021 7|bot=InternetArchiveBot Februari|fix-attempted=yes 2022}}</ref>
* Upaya mensosialisasikan perilaku sehat sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun di [[Nigeria]] dimulai oleh sebuah program yang diprakarsai oleh [[UNICEF]] dengan menggunakan anak sekolah sebagai agen perubahan. Dalam membentuk perilaku sanitasi mandiri dan pengetahuan akan hidup yang bersih dan sehat anak-anak sekolah dirangsang untuk membentuk kelompok kelompok sekolah seperti klub sehat & hak untuk anak, yang melibatkan orang tua dan mengajak partisipasi komunitas di desa untuk ikut serta dalam proyek-proyek sanitasi. Salah satu sekolah memprakarsai Klub Lingkungan Sehat dimana para murid mempromosikan perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk komunitas dan memperkenalkan teknik-teknik untuk menjaga kebersihan air dalam penggunaannya sehari-hari di rumah dan berusaha agar pengetahuan untuk hidup bersih ini diterapkan dirumah. Dengan pertolongan dari guru-guru sekitar 12 anak perempuan dan 18 anak lelaki yang mendirikan klub lalu mengoperasikan dan merawat fasilitas klub serta mengawasi penggunaan sumur bor. Klub tersebut membiayai aktivitasnya dengan menjual ember plastik dan bejana tembikar yang dilengkapi dengan keran. Dua tahun setelah intervensi ini, perilaku mencuci tangan dengan sabun meningkat hingga 95 persen. Guru mulai melaporkan bahwa para murid datang kesekolah dalam keadaan bersih, dan kasus cacingan serta penyakit-penyakit kulit lainnya berkurang. Tidak hanya itu, angka kehadiran murid pun naik dengan teratur per tahunnya, dari 320 murid ketika program pertama kali diperkenalkan, hingga 538 murid pada tahun 2001.
'''Langkah tepat mencuci tangan dengan sabun'''