Daerah Istimewa Yogyakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 85:
| slogan = Istimewa
}}
[[File:Logo Jogja Istimewa.svg|thumb|Logo "Jogja Istimewa" yang diperkenalkan pada 2015. Penggunaan huruf kecil yang dominan menggambarkan sifat masyarakat Yogyakarta yang egaliter, sederajat, dan saling bersaudara. Penulisan yang miring dengan rupa huruf simpel yang terinspirasi dari cara menulis aksara Jawa gagrag Jogja yang dominan miring melambangkan manifestasi ''youth'', ''women'', dan netizen.<ref>{{Cite web|title=Ini Makna dan Filosofi di Balik Logo Baru 'Jogja Istimewa'|url=https://jogja.tribunnews.com/2015/02/06/ini-makna-dan-filosofi-di-balik-logo-baru-jogja-istimewa|website=Tribun Jogja|language=id-ID|access-date=2021-02-25}}</ref>]]
[[Berkas:Prov. DI Yogyakarta.jpg|jmpl|Peta Administrasi Provinsi DI Yogyakarta]]
 
'''Daerah Istimewa Yogyakarta''' (disingkat '''DIY''', {{lang-jv|ꦝꦲꦺꦫꦃ​ꦆꦱ꧀ꦠꦶꦩꦺꦮ​ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ|Dhaérah Istiméwa Ngayogyåkartå}}, {{IPA-jv|ŋajogjɔˈkart̪ɔ}}) adalah [[Daerah Istimewa]] setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan [[Kesultanan Yogyakarta|Negara Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Kadipaten Paku Alaman|Negara Kadipaten Paku Alaman]]. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan [[Pulau Jawa]], dan berbatasan dengan [[Provinsi Jawa Tengah]] dan [[Samudera Hindia]]. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80&nbsp;km<sup>2</sup> ini terdiri atas satu kota, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 [[Kapanewon dan kemantren (Yogyakarta)|kapanewon/kemantren]], dan 438 kalurahan/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km<sup>2</sup>.<ref name="ReferenceA">ILPPD Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010</ref>
 
Baris 93 ⟶ 90:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Mataram Baru 1830.png|jmpl|ka|Yogyakarta sebelum tahun 1945 dengan enklave-enklave Surakarta dan Mangkunagaran|kiri]]
{{utama|Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kadipaten Paku Alaman}}
 
Baris 102 ⟶ 99:
# Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal [[5 September]] [[1945]] (dibuat secara terpisah).
# Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal [[30 Oktober]] [[1945]] (dibuat dalam satu naskah).
[[Berkas:Prov. DI Yogyakarta.jpg|jmpl|Peta Administrasi Provinsi DI Yogyakarta|kiri]]
 
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai [[Daerah Istimewa|Daerah Otonom setingkat Provinsi]] sesuai dengan maksud pasal 18 [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|Undang-undang Dasar 1945]] (sebelum perubahan) diatur dengan [[Undang-Undang|Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948]] tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan [[Undang-Undang|Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950]] tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah, dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana dinyatakan terakhir dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.
Baris 108 ⟶ 106:
 
== Geografi ==
[[Berkas:Merapi National Park.jpg|jmpl|Gunung Merapi|kiri]]
<ref name="ReferenceB">Artikel ini merupakan modifikasi dari artikel RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2013 (Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009)</ref> DIY terletak di bagian tengah-selatan [[Pulau Jawa]], secara geografis terletak pada 8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi [[Pegunungan Sewu]] atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi [[Pegunungan Menoreh|Pegunungan Kulon Progo]], dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
 
Satuan fisiografi [[Merapi|Gunungapi Merapi]], yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran ''fluvial'' gunung api termasuk juga bentang lahan ''vulkanik'', meliputi Sleman, [[Kota Yogyakarta]] dan sebagian Bantul. Daerah kerucut, dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di [[Sleman]] bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai objek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
[[Berkas:River of Paliyan.jpg|jmpl|Karst mendominasi struktur rupa bumi di wilayah Gunungkidul|kiri]]
Satuan [[Pegunungan Selatan]] atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah [[Gunungkidul]], merupakan kawasan perbukitan [[Batugamping|batu gamping]] dan [[bentang alam]] ''[[karst]]'' yang tandus, dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan [[cekungan Wonosari]] yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi ''Plato Wonosari'' (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses ''solusional'' (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping, dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal, dan vegetasi penutup sangat jarang.
 
Baris 119 ⟶ 117:
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan [[fluvial]] (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran [[aluvial]], membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan ''[[marin]]'' dan ''[[eolin]]'' yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan ''marin'' dan ''eolin'' di [[Parangtritis, Kretek, Bantul|Parangtritis]] Bantul, yang terkenal dengan [[gumuk pasir]]<nowiki/>nya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.
 
[[Berkas:Parangtritis dilihat dari atas1.jpg|jmpl|Dataran Pantai Parangtritis|kiri]]
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana, dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antarwilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran ''fluvial'' yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah ''Aglomerasi'' Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju, dan berkembang.
 
[[Berkas:KITLV 91017 - Kassian Céphas - Crossing by proa from the Kali Opak at Kretek near Yogyakarta - 1897-04-19.tif|jmpl|Tampak sejumlah orang sedang menyebrangi [[Sungai Opak]] pada 19 April 1897.|kiri]]
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah [[DAS Progo]] di barat, dan [[DAS Opak-Oya]] di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, [[Sungai Progo]], Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, [[Sungai Gajah Wong]], [[Sungai Opak]], dan Sungai Oya.
 
Baris 136 ⟶ 134:
 
=== Pertanian dan Kehutanan ===
[[Berkas:Rice 02.jpg|jmpl|Pertanian tetap menjadi andalan|kiri]]
<ref name="ReferenceB"/> Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di DIY yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu wilayah. Pada 2010 NTP sebesar 112,74%.<ref>ILPPD Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010</ref> [[Ketahanan pangan]] merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama [[hak asasi manusia]]. Secara umum ketersediaan pangan di DIY cukup karena berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh pemerintah. Pemenuhan kebutuhan [[ikan]] di DIY dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan [[Pantai Sadeng|Sadeng]] dan [[Pantai Glagah|Glagah]]. Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton, dan perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06&nbsp;kg/kap/tahun.<ref name="ReferenceA"/>
 
Baris 154 ⟶ 152:
 
=== Kependudukan dan tenaga kerja ===
[[Berkas:Malioboro Street, Yogyakarta.JPG|jmpl|Jalan Malioboro|kiri]]
<ref name="ReferenceB"/> Laju pertumbuhan penduduk di DIY antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun.
 
Baris 572 ⟶ 570:
 
== Pariwisata ==
[[File:Logo Jogja Istimewa.svg|thumb|Logo "Jogja Istimewa" yang diperkenalkan pada 2015. Penggunaan huruf kecil yang dominan menggambarkan sifat masyarakat Yogyakarta yang egaliter, sederajat, dan saling bersaudara. Penulisan yang miring dengan rupa huruf simpel yang terinspirasi dari cara menulis aksara Jawa gagrag Jogja yang dominan miring melambangkan manifestasi ''youth'', ''women'', dan netizen.<ref>{{Cite web|title=Ini Makna dan Filosofi di Balik Logo Baru 'Jogja Istimewa'|url=https://jogja.tribunnews.com/2015/02/06/ini-makna-dan-filosofi-di-balik-logo-baru-jogja-istimewa|website=Tribun Jogja|language=id-ID|access-date=2021-02-25}}</ref>]]
=== Wisata candi ===
{{col|3}}