Prasasti Karang Berahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gugunsuganta (bicara | kontrib)
perbaikan kesalahan pengetikan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ctify (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
[[Prasasti]] ini berbahasa [[Melayu Kuno]] ditulis dalam aksara [[Aksara Pallawa|Pallawa]], dengan pertanggalan abad ke 7 Masehi sekitar tahun 680-an. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.<ref>[https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti-karangberahi/ Prasasti Karang Berahi] di ''kemdikbud.go.id''</ref> Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada [[Prasasti Kota Kapur]] dan [[Prasasti Telaga Batu]] yang ditemukan di [[Pulau Bangka|Bangka]], dan di [[Palembang]]. Penaklukan [[Jambi]] oleh [[Sriwijaya]] sendiri telah terbukti dari pernyataan I-tsing tahun 685 Masehi saat pulang dari [[India]] dan mengatakan bahwa Jambi ([[Kerajaan Melayu]]) sudah menjadi bagian dari Sriwijaya.<ref>[https://wisato.id/wisata-budaya/prasasti-karang-berahi-satu-satunya-prasasti-di-jambi/ Prasasti Karang Berahi, Satu-Satunya Prasasti di Jambi] di ''wisato.id''</ref>
[[Berkas:KITLV A508 - Steen met inscripties te Bangko, KITLV 81728.tiff|jmpl|200px|Prasasti Karang Berahi sekitar tahun 1940-an]]
 
==Isi==
<blockquote>
Keberhasilan! Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan yang melindungi provinsi sriwijaya, juga kau Tandrun luah dan semua dewata yang mengawali setiap mantra kutukan!
 
Bilamana di pedalaman daerah akan ada orang yang memberontak, yang bersekongkol dengan pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak, yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagak datu. Biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk. Biar sebuah ekspedisi seketika dikirim di bawah pimpinan datu sriwijaya, dan biar mereka dihukum bersama marga dan keluarganya.
 
Lagi pula, biar semua perbuatannya yang jahat, seperti mengganggu ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja, saramvat, pekasih, dan memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya. Semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil, dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu, biar pula mereka mati kena kutuk.
 
Tambahan pula, biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung.
 
Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku-pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.
 
Akan tetapi, jika orang takluk, setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya : dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka!
 
Tahun saka 608, hari pertama paruh terang bulan waisakha, pada saat itulah kutukan ini diucapkan. Pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bumi Jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.<ref>Coedes, George, 2014. Prasasti berbahasa Melayu Kerajaan Srivijaya. Dalam Kedatuan Sriwijaya, oleh
George Coedes, Louis-Charles Damais, Hermann Kulke dan Pierre-Yves Manguin, 45-88.
Jakarta: Komunitas Bambu</ref> </blockquote>
 
== Lihat pula ==