Masjid Istiqlal, Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 144:
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh [[gerbang]] untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan ''[[Asmaul husna|Al-Asmaul-Husna]]'', nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis [[langit]] dalam [[kosmologi]] [[alam semesta]] Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus tempat tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun [[1945]], tahun [[Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia]]. Kemuncak atau mastaka [[kubah]] utama dimahkotai ornamen [[stainless steel|baja antikarat]] berbentuk [[Bulan sabit]] dan [[bintang]], simbol Islam.<ref name=M3/>
Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan [[Maulid Nabi Muhammad|hari kelahiran Nabi]] [[Muhammad]] yaitu tanggal 12 [[Rabiul Awwal]], juga melambangkan 12 bulan dalam [[Hijriyah|penanggalan Islam]] (juga penanggalan [[Masehi]]) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima [[Rukun Islam]] sekaligus melambangkan [[Pancasila]]
Adanya dua bangunan masjid; yaitu bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang tambahan dan pintu masuk ''Al Fattah''), serta dua kubah yaitu kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka "2" atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan akhirat dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk hubungan penting bagi Muslim yaitu ''Hablum minallah'' (hubungan [[manusia]] dengan Tuhannya) dan ''Hablum minannaas'' (hubungan manusia dengan sesamanya). Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik urusan keagamaan maupun [[sosial|sosial kemasyarakatan]]. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada masalah [[ibadah]] dan [[akhirat]] saja tetapi juga memperhatikan urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, [[ekonomi]], [[hukum]], [[ilmu pengetahuan]], [[kebudayaan]] dan kehidupan sehari-hari umat Muslim.<ref name=M3/>
|