Dinasti Han: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
GuerraSucia (bicara | kontrib)
memperbaiki penggunaan istilah
Baris 237:
Keluarga pada zaman Han bersistem [[patrilineal]] dan biasanya terdiri dari empat hingga lima [[keluarga inti]] yang hidup bersama dalam satu rumah tangga. Tidak seperti keluarga pada masa dinasti sesudahnya, anggota-anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tidak sampai tiga generasi atau lebih.<ref>{{harvp|Hinsch|2002|pp=46–47}}; {{harvp|Ch'ü|1972|pp=3–9}}.</ref> Menurut [[Konfusianisme|norma Kong Hu Cu]], setiap anggota keluarga diperlakukan dengan berbeda. Sebagai contoh, lama periode berkabung untuk ayah dan paman dari pihak ayah tidaklah sama.{{sfnp|Ch'ü|1972|pp=9–10}}
 
Pernikahan di Dinasti Han penuh dengan ritual, terutama bagi mereka yang kaya. Terdapat sejumlah langkah yang harus diikuti, dan yang paling penting adalah pemberian [[mahar]] dari pihak pengantin pria dan pemberian [[harta bawaansesan]] dari pihak pengantin wanita kepada keluarga pengantin pria. Jika mahar dan harta bawaansesan tidak diberikan sama sekali, keluarga yang bersangkutan akan menanggung malu, dan wanitanya tidak akan dianggap sebagai istri, tetapi hanya sebagai selir.{{sfnp|Wiesner-Hanks|2011|p=30}} Perjodohan merupakan hal yang lumrah, dan masukan dari ayah dianggap lebih penting daripada masukan dari ibu.<ref>{{harvp|Hinsch|2002|p=35}}; {{harvp|Ch'ü|1972|p=34}}.</ref> Pernikahan [[monogami]] juga lumrah, walaupun para bangsawan dan pejabat tinggi bisa memiliki selir.<ref>{{harvp|Ch'ü|1972|pp=44–47}}; {{harvp|Hinsch|2002|pp=38–39}}.</ref> Sesuai dengan ketentuan adat (dan bukan hukum), suami dan istri sama-sama bisa bercerai dan menikah lagi kemudian.<ref>{{harvp|Hinsch|2002|pp=40–45}}; {{harvp|Ch'ü|1972|pp=37–43}}.</ref> Namun, wanita yang menjanda tetap menjadi bagian dari keluarga suaminya setelah suaminya meninggal. Agar bisa menikah lagi, sang janda harus membayar keluarga suaminya agar ia bisa kembali ke keluarga asalnya. Anak-anaknya tidak boleh ikut dengannya.{{sfnp|Wiesner-Hanks|2011|p=30}}
 
{{multiple image| align = left | direction = horizontal | header = | header_align = left/right/center | footer = '''Kiri''': Kriya tembikar Han yang menggambarkan seorang pelayan wanita yang mengenakan jubah sutra<br /> '''Kanan''': Kriya tembikar Han yang menggambarkan penari wanita yang mengenakan jubah sutra| footer_align = left | image1 = Cernuschi Museum 20060812 069.jpg | width1 = 175 | caption1 = | image2 = Nswag, dinastia han, figurina dipinta di danzatrice.jpg| width2 = 125| caption2 = }}
 
Dalam sistem waris di keluarga Han, setiap anak lelaki mendapatkan bagian yang sama. Tidak ada sistem [[primogenitur]] (pewarisan kepada anak sulung secara utuh) kecuali untuk pewarisan gelar atau pangkat bangsawan.{{sfnp|Ch'ü|1972|pp=16–17}} Tidak seperti dinasti-dinasti sesudahnya, anak lelaki yang sudah dewasa dan menikah pergi dari rumah orang tua dengan membawa sebagian dari harta keluarga.{{sfnp|Ch'ü|1972|pp=6–9}} Anak perempuan mendapatkan bagiannya dalam bentuk [[harta bawaansesan]] dalam pernikahan, walaupun jumlahnya biasanya lebih rendah daripada bagian yang diterima anak lelaki.{{sfnp|Ch'ü|1972|pp=17–18}} Pewarisan juga bisa ditentukan melalui surat wasiat, tetapi tidak diketahui seberapa lumrah praktik ini di masyarakat Han.{{sfnp|Ch'ü|1972|p=17}}
 
Wanita diharapkan untuk menghormati kehendak ayah, suami, dan anak lelaki mereka yang sudah dewasa. Namun, sumber-sumber dari zaman Han menunjukkan bahwa aturan ini tidak selalu diikuti, terutama dalam hubungan antar ibu dengan anak lelaki, serta maharani yang menyuruh-nyuruh dan mempermalukan ayah dan saudara lelakinya di muka umum.{{sfnp|Ch'ü|1972|pp=49–59}} Wanita dikecualikan dari rodi tahunan untuk bekerja tanpa dibayar, tetapi mereka sering kali bekerja untuk mendapatkan penghasilan dan juga melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan membersihkan rumah.{{sfnp|Hinsch|2002|pp=74–75}}