}}
'''Melayu Cape''' atau '''Melayu Tanjung''' ({{lang-en|'''Cape Malay'''}} {{Lang-af|'''Kaapse Maleiers'''}}, [[Bahasa Arab-Afrika]]: {{lang|af|'''کاپز ملیس'''}}) adalah orang-orang keturunan Melayu yang tinggal di [[Cape Town]], Provinsi [[Western Cape]], [[Afrika Selatan]]. Kebanyakan orang Melayu Cape Malay merupakan keturunan [[Indonesia]]. Secaradan secara historis, mereka adalah keturunan orang buangan dari zaman penjajahan Belanda.<ref>{{cite web |url=http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/420510/ | title=Cape Malay |date=4 August 2012}}</ref> Saat ini, terdapat 200.000 orang Melayu Cape Malay di Cape Town.
== Budaya ==
Kebudayaan Indonesia pun banyak yang mewarnai kebudayaan Coloured atau Melayu Cape. Buku "''Indonesians in South Africa: Historical Links Spanning Three Centuries''" mencatat beberapa hal. Sebagaicontohnya contohadalah tari lingo[[Tari Lingo ayoen|Lingo ayoen]], tari [[Tari Kusin|kusin]], dan tari beras.
Bahkan, [[debus]] pun terbawa ke [[Cape Town]]. Tapinamun, di [[Cape Town]] [[debus]] disebut "''ratieb''". Ini dimungkinkan dibawa oleh pengikut [[Yusuf Al-Makassari|Syeikh Yusuf]]. Sebagai catatan, [[Yusuf Al-Makassari|Syeikh Yusuf]] punya banyak pengikut dari [[Banten]], tempat [[debus]] berkembang. Dia bahkan mengawini anak [[Ki Ageng Tirtayasa]] (raja Banten).
Kosakata [[bahasa Indonesia]] pun masih banyak dipakai orang Melayu Cape. Achmad Davids, dalam bukunya "''Words The Cape Slaves Made''" mencatat ada 40 kosakata [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] yang sering dipakai di [[Cape Town]]. Di antara kosakata itu adalah: ''taramakasie'' (terima kasih), ''katja'' (kaca), ''boeka'' (buka), ''toelis'' (tulis), ''batja'' (baca), ''kitab'' (kitab), ''soempah'' (sumpah), ''syambole'' (cambuk), ''manieng-al'' (meninggal), ''granaa'' (gerhana), ''maskawi'' (maskawin), ''agama'' (agama), ''ghoenthoem'' (guntur), ''gielap'' (kilat), ''kamar mandie'' (kamar mandi), dan sebagainya.
Beberapa kegiatan [[ritual]] dan [[tradisi]] [[agama|keagamaan]] yang berasal dari tanah [[Sumatra|Melayu]] masih terus dipraktikkan seperti ratib ([[debus]] di [[Indonesia]]).dan Ritualbeberapa ini kemungkinan besar berasal dari tanah [[Banten]]. Beberapa [[ritual]] danserta praktik [[agama]] lainnya yang banyak menggunakan [[bahasa Indonesia]] sebagai bahasa penamaan [[ritual]] itu seperti [[puasa]], [[buka puasa|iftar]], [[salat|sembahyang]], [[azan|bang]] (adhan), [[wudhu|abdas]] (wudhu). Kata-kata [[bahasa Indonesia]] lain yang masuk dalam kosakata lokal tetapi tidak ada kaitannya dengan ritual antara lain jamban (''wc''), terima kasih, kuli, pisang, dan roti.
Pengaruh [[musik Indonesia]] pun juga kuat. ''Ghoema'' sebenarnya sejenis genderang yang berasal dari [[Indonesia]]. Musik ini dipakai untuk merayakan pembebasan budak pada [[1883]]. Instrumen yang dipakai dalam musik ghoema, [[coen]], atau klopse adalah campuran dari [[alat musik Melayu]] dan Afrika.
[[Budaya Indonesia|Adat Indonesia]] juga ikut berpengaruh. Contohnya "''tjoekoer''". Ini adat mencukur anak yang baru berumur sepekan. Sedikit rambutnya dicukur, seperti yang dilakukan sebagian [[orang Indonesia]].
Rampie sny adalah kebiasaan Wanita berkumpul di masjid dan mengiris daun jeruk kecil-kecil sebagai pewangi untuk perayaan maulud. Ini sama dengan di indonesia yang mengiris daun pandan kecil-kecil. Karena di cape town tak ada pandan, gantinya daun jeruk.
Ada juga pengaruh [[masakan Indonesia]]. [[Bubur]], misalnya, di [[Cape Town]] disebut "''boeber''". Sedangkan ''sago pudding'' mirip [[bubur sagu]] di [[Maluku]]. Hanya, di [[Cape Town]], resepnya memakai air mawar, [[kapulaga]], susu (pengganti santan), dan taktidak memakai [[kenari]]. Pengaruh makanan lain adalah ''kolwadjib'' (waji), ''sambal'' ([[sambal]]), dan ''blatjang'' (blacang[[Terasi|belacan]]), dan sebagainya.
== Catatan Kaki ==
|