Gajah putih (idiom): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: +{{Authority control}}
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6
Baris 6:
[[Berkas:The White Elephant, Punch 103.png|thumb|[[Perusahaan Kerajaan Britania Afrika Timur]] menganggap Uganda sebagai gajah putih ketika konflik internal di sana membuat administrasi di wilayah tersebut tidak mungkin dilaksanakan]]
[[Berkas:"+arya+" bandara Kertajati 2020 01.jpg|thumb|right|300px|[[Bandar Udara Internasional Kertajati|Bandara Internasional Kertajati]] di [[Jawa Barat]], salah satu contoh gajah putih di Indonesia{{cn}}]]
Istilah ini berasal dari [[gajah putih]] suci yang dipelihara oleh raja-raja [[Asia Tenggara]] di [[Burma]], [[Thailand]], [[Laos]], dan [[Kamboja]].<ref>[http://www.thailandelephant.org/en/royalstable.html "Royal Elephant Stable"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210309020106/http://www.thailandelephant.org/en/royalstable.html |date=2021-03-09 }}. Pusat Konservasi Gajah Thailand.</ref> Memiliki gajah putih dianggap (dan masih dianggap di Thailand) sebagai tanda bahwa sang raja bertakhta dengan penuh keadilan dan kekuasaan, dan bahwa kerajaan diberkati dengan kedamaian dan kemakmuran. Kemewahan yang diharapkan dari siapa pun yang memiliki binatang sebesar ini sangatlah luar biasa. Para raja sering menunjukkan kepemilikan gajah putih dalam gelar resminya (misalnya, [[Hsinbyushin]], [[Arti harfiah|har]]. 'Penguasa Gajah Putih', raja ketiga dari [[dinasti Konbaung]]).<ref name="leider">{{cite journal|last=Leider|first=Jacques P.|date=Desember 2011|title=A Kingship by Merit and Cosmic Investiture|journal=Journal of Burma Studies|volume=15|issue=2|doi=10.1353/jbs.2011.0012|s2cid=153995925|url=http://muse.jhu.edu/journals/journal_of_burma_studies/v015/15.2.leider.html}}</ref> Karena hewan ini dianggap suci dan undang-undang melindungi mereka dari penderitaan, menerima gajah putih sebagai hadiah dari seorang raja dapat berarti menerima berkah sekaligus kutukan. Ia adalah berkah karena hewan ini suci dan merupakan tanda kemurahan hati sang raja, dan juga kutukan karena si penerima sekarang memiliki hewan yang mahal untuk dipelihara yang tidak dapat ia berikan kepada orang lain dengan mudah dan tidak dapat ia gunakan secara praktis.
 
Di dunia Barat, istilah "gajah putih", yang berkaitan dengan beban mahal yang kegunaannya tidak memenuhi harapan, pertama kali digunakan pada tahun 1600-an dan tersebar luas pada tahun 1800-an.<ref>{{cite book|last1=Ammer|first1=Christine|title=The American Heritage Dictionary of Idioms, Second Edition|date=2013|publisher=Houghton Mifflin Harcourt|isbn=978-0547677538|url=https://books.google.com/books?id=9QuEiIMaBt0C&pg=PA495}}</ref> Menurut salah satu sumber, ia dipopulerkan menyusul pengalaman [[P.T. Barnum|Phineas Taylor Barnum]] bersama seekor gajah bernama ''Toung Taloung'' yang ia juluki sebagai "Gajah Putih Suci Burma". Setelah banyak berusaha dan mengeluarkan biaya besar, Barnum akhirnya memperoleh hewan ini dari Raja Siam hanya untuk mengetahui bahwa "gajah putih" nya sebenarnya berwarna abu-abu kotor dan memiliki beberapa bintik merah muda.<ref>{{cite book|last1=Harding|first1=Les|title=Elephant Story: Jumbo and P.T. Barnum Under the Big Top|date=1999|publisher=McFarland|location=Jefferson, N.C.|isbn=0786406321|page=110|url=https://books.google.com/books?id=iDllhLZcF0IC&pg=PA110}}</ref>