=== Tafsir bersemayam ===
Para ulama salaf memahami bahwa bersemayamistiwa-Nya Allah tidaklah samaditerjemahkan dengan kata bersemayam makhluk-Nya. Hal ini dikarenakan Allah tidaklah sama dengan makhluk-Nya.<ref>“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11)</ref>
Bersemayam merupakan sifat ''fi'liyah'' (sifat perbuatan) bagi Allahmakhluk.maka para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah menetapkannyamentakwil sesuaimakna istiwa dengan makna yang layak bagi-Nya, tanpa diubah (''tahrif'') maknanya, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli ta'wil yang mengubah maknanya menjadi 'menguasai' (''istii'la'')jadi istiwa Tidak jugatidak bisa diserupakan dengan bersemayamnya makhluk, karena sesungguhnya Allah tidak ada satupun yang menyerupai dzat-Nya dan tidak ada satupun yang menyerupai sifatnya,baik perbuatan,dzat, atau sifatnya.
Ucapan Imam [[Malik bin Anas]] dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi [[Ahlussunnah wal Jama'ah]] dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab, {{cquote|''Istiwa telah diketahui, caranya ''majhul'' (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, bertanyamenyamakan tentangnyadengan kata bersemayam adalah [[bid'ah]].<ref>Riwayat Al-Laalikai dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah (3/441), Baihaqi dalam Al-Asma wa Sifat (hal. 408) dishahihkan oleh Az-Zahabi, Syaikhul Islam dan Al-Hafiz Ibnu Hajar. Lihat Mukhtashar Al-Uluw (hal. 141), Majmu Fatawa (5/365), Fathul Bari (13/501). Ada beberapa redaksi yang berdekatan dengan makna yang sama.</ref>}}
Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Bertanya tentangnya, maksudnya tentang caranya, merupakan bid'ah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata, {{cquote|''Perkara istiwa di atas Arasy telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran dan Sunah serta kesepakatan pendahulu (salaf) umat ini serta para tokoh ulamanya. Bahkan dia telah ditetapkan dalam seluruh kitab yang diturunkan dan oleh seluruh [[nabi]] yang diutus.<ref>Majmu Fatawa, 2/188</ref>}}
Imam Ibnu Khuzaimah berkata, {{cquote|''Kami dan seluruh ulama kami, baik dari [[Hijaz]], [[Tihamah]], [[Yaman]], [[Irak]], [[Syam]], [[Mesir]], mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai wajahdzat Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.<ref>Kitab Tauhid, 1/18</ref>}}
== Lihat pula ==
|