Gajah-gajahan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 15:
Dalam candi sukuh terdapat relief Gajah Wengker, sebagai penanda pernah adanya kehidupan gajah di wilayah Wengker.
=== Masa Kolonial ===
Pada masa-masa ini, gajah-gajahan dalam hal pagelaran lebih lancar dan diterima oleh pihak Belanda karena tidak seperti Reog yang terlalu aktif, agresif hingga menimblkan kegaduhan. Meski berada di era kolonial, sepek terjang Gajah-gajahan sering di pertunjukan di luar Ponorogo untuk perayaan, menerima tamu besar, hingga peresmian.
=== Masa Kemerdekaan ===
Baris 32 ⟶ 35:
[[Jetis, Ponorogo|Jetis]], [[Mlarak, Ponorogo|Mlarak]] dan [[Siman, Ponorogo|Siman]] pada masa tahun [[1950]]-an sampai [[1960]]-an merupakan basis dari [[Masyumi]] dan sebagian lagi [[NU]]. Di daerah ini pula [[Pondok Modern Gontor]] yang memiliki pengaruh kuat di sekitar wilayahnya menyebarkan syi’ar [[Islam]]. Praktis, kemunculan Gajah-gajahan yang merupakan kesenian beridentitas Islami benar benar mendapatkan tempat di daerah ini. Kesenian ini muncul sesudah tahun [[1965]]. Kesenian yang khusus keberadaannya dari [[Ponorogo]] semata ini tampil dengan mengandalkan alat musik dari jedor, kendhang dan [[kompang]]. Pada akhir tahun [[1960]]-an antara seniman [[Reog (Ponorogo)|Reyog]] dengan gajah gajahan tak bisa akur. tidak diketahui mengapa ada perseteruan antara seniman gajah gajahan dengan reyog saat itu.
Pada tahun 2016 diadakan sebuah Parade Gajah - Gajahan di Aloon - Aloon Ponorogo yang dihadiri dan dimeriahkan oleh seluruh grup seni gajah-gajahan di Ponorogo.
== Pementasan Gajah-gajahan ==
|